Mohon tunggu...
Rizkya Wimahavinda Kardono
Rizkya Wimahavinda Kardono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

IISMA 2022 Sustainable Development Goals 8 | Kelompok 8 | Batch 3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kesenjangan dan Pendapatan Tak Setara, Penghambat Tumbuhnya Ekonomi

1 Agustus 2022   15:27 Diperbarui: 1 Agustus 2022   15:47 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenjangan dan Pendapatan Tak Setara, Penghambat Tumbuhnya Ekonomi

Secara global, perempuan dibayar 16 persen lebih rendah daripada laki-laki -- mereka mendapatkan 77 sen setiap dolar yang diperoleh pria untuk pekerjaan yang sama. Statistiknya, 22% remaja perempuan tidak mengenyam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan, sementara angka tersebut untuk laki-laki hanya mencapai 12% di usia yang sama. 

Akibatnya, lima belas pekerjaan dengan gaji tertinggi didominasi oleh laki-laki dan empat belas pekerjaan dengan gaji terendah didominasi oleh wanita. Kondisi di Indonesia menggambarkan hal yang sama: perempuan Indonesia memiliki penghasilan sebesar 23% lebih rendah daripada rata-rata laki-laki. 

Pendidikan pun tidak cukup untuk menutup kesenjangan upah ini, mengingat bahwa pekerjaan bergaji tinggi masih didominasi oleh laki-laki, sementara pekerja perempuan dengan gelar pendidikan tinggi justru memperoleh penghasilan yang jauh lebih rendah daripada rekan laki-lakinya.

Kesenjangan pendapatan tidak berakhir akibat faktor gender, melainkan juga dipengaruhi oleh ketidaksetaraan ras, disabilitas, dan kewarganegaraan. Untuk setiap satu dolar Amerika yang diperoleh pria kulit putih non-Hispanik, perempuan Asia hanya memperoleh 90 sen, perempuan Filipina 83 sen, perempuan Tonga 75 sen, dan perempuan Nepal 50 sen. 

Terkait disabilitas di Amerika Serikat, untuk setiap satu dolar Amerika yang didapatkan oleh non-disabilitas, penyandang disabilitas hanya memperoleh 87 sen. Hal serupa terjadi di Inggris -- kesenjangan gaji antara disabilitas dan non-disabilitas naik drastis dari tahun 2020 yang hanya 0,3% menjadi 13,8% pada tahun 2021.

Terkait kewarganegaraan, orang yang berpindah dari negara lain dan bekerja di negara berpenghasilan tinggi -- migran -- mendapatkan penghasilan 13% lebih rendah daripada pekerja nasional. Di beberapa negara, kesenjangan gaji tersebut lebih tinggi, seperti di Italia 30% dan Austria 25%. 

Kesenjangan yang dirasakan migran tentu beririsan dan diperparah dengan ketidaksetaraan gender karena menurut International Labour Organization (ILO), setengah dari 164 juta pekerja migran di seluruh dunia adalah perempuan. 

Oleh karena itu, tidak dapat diragukan lagi bahwa minoritas menghadapi kesenjangan gaji karena banyak faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, seperti diskriminasi ganda dengan ketidaksetaraan gender yang terdapat di dalamnya.

Salah satu penyebab terjadinya ketidaksetaraan upah pekerja adalah stereotip gender. Pada umumnya, laki-laki dikaitkan dengan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan berat dan 'kontributif' sehingga dianggap perlu 'digaji lebih', sementara perempuan dikaitkan dengan pekerja yang kurang gesit, mengedepankan perasaan, dan kurang cakap memimpin. 

Akibatnya, mereka sering tidak dihargai setinggi laki-laki dan muncul anggapan bahwa menikahkan perempuan di usia muda mengalihkan 'beban ekonomi' ke keluarga lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun