Hampir semua negara didunia sedang bertarung dengan ganasnya virus yang mempunyai nama familiar Covid-19 ini, tak terkecuali indonesia. Dengan menerapkan sistem lock down pada titik-titik keramaian tertentu, pemerintah berharap penyebaran virus ini dapat dikendalikan. Beberapa hari setelah adanya pencegahan tersebut, hasilnya nihil. Jumlah pasien ODP (Orang Dalam Pengawasan) semakin bertambah banyak dan meluas hampir diseluruh wilayah pulau jawa.
Menyikapi hal tersebut, turunlah surat dari Gubernur Jawa Timur bahwasanya, kegiatan belajar mengajar disekolah diganti dirumah masing-masing hingga tanggal 29 Februari 2020. Praktis, ultimatum membuat kegiatan belajar mengajar disekolah-sekolah berhenti total, tak terkecuali di perguruan tinggi, yang akhirnya diganti dengan pembelajaran online.
Seperti halnya dunia pendidikan Formal, dunia pesantren pun yang awalnya HARMONIS , berubah seketika menjadi KRITIS. Termasuk pula salah satu pesantren besar diIndonesia yaitu Pesantren LIRBOYO kediri.
Virus Corona yang makin ganas memaksa pesantren yang mempunyai lebih dari 20.000 santri ini, menghentikan aktivitas harian santrinya, seperti sekolah, Musyawarah, Koreksian kitab, dan lain-lain. Bahkan liburan yang awalnya dijadwalkan tanggal 12 April 2020, dirubah menjadi tanggal 30 maret 2020. Tak hanya itu, seluruh santripun wajib pulang kerumah masing-masing dengan cara dijemput atau rombongan bersama pengurus pesantren.
Kejadian tersebut sudah sepatutnya dicatat dan diabadikan, kenapa demikian ? sepanjang sejarah pondok pesantren Lirboyo hingga sekarang, hanyalah perang melawan belanda yang membuat kegiatan belajar-mengajar dipesantren yang diasuh oleh K.H M. Anwar Manshur Ini terhenti, itupun diganti dengan perang dan do’a bersama. Namun berbeda dengan saat Corona melanda, kegiatan belajar mengajar pun juga dihentikan, diganti dengan do’a bersama lalu seluruh santri diharuskan pulang kerumah masing-masing..
Ironis memang, tapi nyawa dari pesantren lirboyo ini adalah belajar dan mengajar, oleh karena itu meski Ponpes Lirboyo sudah libur dan sepi dari hiruk pikuk santri, para kyai dan pengurus pesantren akan tetap mengadakan pengajian kitab-kitab pesantren salaf, tak peduli meskipun pengajian tersebut tak dihadiri oleh para santri. Kyai dan pengurus pondok akan tetap meneguhkan tradisi belajar-mengajar yang sekaligus menjadi nyawa dari pondok pesantren Lirboyo.
Seorang Kyai bernama Agus Subhan Basith Ihsan mengatakan “bahwasanya yang libur hanya sekolah diniahnya saja, namun pondok pesantren lirboyo tidak akan pernah libur hingga hari kiamat” Praktis pernyataan tersebut memberi asumsi kepada para santri dan khalayak ramai bahwasanya kegiatan belajar-mengajar dipesantren lirboyo akan tetap lestari ditengah-tengah wabah virus dari Wuhan-Tiongkok tersebut.