Mohon tunggu...
Rizky Febrinna S.Pd
Rizky Febrinna S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Love Your Sweet Life

Write all about life, believe in your heart...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjuangan Sisi (20)

20 Januari 2021   11:14 Diperbarui: 20 Januari 2021   11:52 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pandangan Bapak dan Ibu sungguh takjub melihat penampilan Sisi pagi ini saat akan memulai sarapan. Mereka tak menyangka Sisi memutuskan untuk mengenakan cadar pagi ini. Semakin anggun tertutup dari atas hingga ke bawah dengan gamisnya yang berwarna cokelat tua. Semenjak berhijab panjang dia hanya memilih warna-warna tua dan cenderung gelap. Sisi duduk di kursi meja makan dan menatap Bapak dan Ibu secara bergantian, dia paham kenapa mereka heran dengan keputusannya yang tiba-tiba. 

"Si, kamu cantik Nak, Ibu semakin bangga dengan kamu. Tapi ini beneran niat kamu karena Allah kan? Bukan karena seseorang kan?"

"Masyaa Allah terimakasih ibu udah support Sisi, Sisi begini merasa lebih terlindungi dan aman dan merasa lebih dekat dengan Allah Bu."

"Bapak sangat mendukung Nak, karena doa kamulah yang Bapak dan Ibu harap jika kami berdua sudah tak ada lagi di dunia ini." Mata bapak berkaca-kaca bangga dengan anak angkatnya itu. Merasa hidup mereka lebih berwarna sejak merawat Sisi sebagai anak mereka sendiri.

"Ya Allah Pak jangan ngomong gitu, doa Sisi setiap hari untuk Emak, Ayah, Ibu dan Bapak." Dan untuk Bang Surya beserta keluarga. Katanya dalam hati. Duh kenapa hatinya belum bisa move on jika mengingat tentang bang Surya. Namun doanya sungguh tak pernah putus, jika diizinkan ingin sekali berjumpa meski tak berjodoh sama sekali. Ingin rasanya berjumpa lagi. Namun entah kapan.

"Terima kasih ya Nak, yok kita sarapan, kamu harus berangkat ke kampus kan?"

"Iya Pak."

Sisi makan dengan membuka sedikit cadarnya setiap menyuapi nasi ke mulutnya. Hari ini ada dua mata kuliah. Jeda waktu istirahat bisa digunakan untuk angsur tugas yang menumpuk. Setelah sarapan dia segera pamit dan berjalan kaki menuju pemberhentian angkot. Dia segera naik dan duduk di area paling luar karena hanya tersisa bangku panjang untuk satu orang di pintu angkot. Terpaksa dia duduk sambil memegang pintu angkot. Orang-orang sesekali menatapnya heran mungkin dengan cadar yang digunakannya. Biarlah, naik angkot juga hanya sebentar fikirnya.

Saat perjalanan matanya asyik memandang keluar jendela. Jauh di seberang jalan  sana matanya sekilas melihat seseorang berpakaian rapi dan topi hitam. Darahnya berdesir tiba-tiba. Astaghfirullah. Mungkin hanya mirip fikirnya. 

"Ya Allah... gadis cantik mana ini." Rani kaget melihat Sisi bercadar.

"Allahu akbar, jangan gitu ah. Kan banyak juga tu yang bercadar. Biasa aja kan. Udah jangan teriak gitu." Sisi jengah dilihat terus oleh Rani. Ternyata bukan hanya sahabatnya yang lihat Sisi baru mengenakan cadar, Dodi seorang ikhwan yang kebetulan sedang mengerjakan tugas di ruangan itu ikut melihat Sisi seolah dia terganggu dengan keberadaan Sisi dan Rani. Dia langsung bergegas meninggalkan tempat itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun