Mohon tunggu...
Rizky Febrinna S.Pd
Rizky Febrinna S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Love Your Sweet Life

Write all about life, believe in your heart...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seuntai Surat Terindah

1 Desember 2020   08:45 Diperbarui: 11 Desember 2020   08:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah satu jam aku duduk di bawah pohon besar ini. Jam pulang sekolah masih beberapa jam lagi. Teman-teman semua di kantin. Aku yang duduk sendiri menikmati permainan basket sekumpulan kakak kelasku. Sepertinya mereka tidak menyadari dari tadi aku memperhatikan mereka. Tepatnya memperhatikan salah satu dari mereka. Hampir setiap hari aku duduk di sini.

"Hey Ratih, melamun aja." Temanku dari kantin menyapa. Endah namanya. Kami sama-sama kelas 2 SMA. Aku masih diam terus memperhatikan gerak-gerik pemain basket.

"Hmm fix deh, kamu suka ma kak Ilham ya.. " katanya lagi bikin aku melihat matanya tajam. Mana mungkin kak Ilham, karena dia bukan tipeku. Kak ilham ganteng sih, tapi terlalu culun dan kutu buku. Aku tidak suka. 

"Apa si Ndah, aku duduk lagi nonton juga kamu mikir aneh ih." Sebenarnya aku mau masuk ke kelas menunggu bel masuk. Namun ada yang sedang melihatku dan mataku tak sanggup melihatnya, tiba-tiba mukaku merah dan segera berlari ke kelas meninggalkan Endah yang bengong melihatku. 

***

Aku sampai di rumah dan segera masuk ke kamar. Belum sempat ganti baju aku buka laci meja belajar dan mulai menulis diary. 

"Ya Tuhan, kk Adit liat aku tadi.. oh my diary aku harus gmn.. deg degan parah banget tadi. Apa dia tau aku tiap hari curi-curi waktu hanya untuk liat dia dari kejauhan? Duh moga dia gak nyadar. Kan malu.. hmm"

"Ratih sayang, keluar makan dulu. Baru buat PR cepat ya." Ibu memberi instruksi karena kalau tidak aku akan lupa waktu dengan menulis berlembar-lembar di diaryku.

"Iya bu."

Aku anak tunggal dari keluarga yang sederhana. Sejak kecil aku sudah terbiasa mengerjakan tugas rumah membantu ibu. Ayah sudah lama meninggal. Otomatis aku yang harus selalu jadi penyemangat buat ibu. Dan sejak awal SMP aku sudah mendapat beasiswa jadi ibu bisa menabung sedikit-sedikit dengan uang hasil jualan kuenya ke warung-warung dekat rumah. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun