Mohon tunggu...
Rizki Zakaria
Rizki Zakaria Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa

Penghuni bumi dan penyuka angin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Lato-lato Datang Kembali

20 Januari 2023   14:37 Diperbarui: 20 Januari 2023   15:04 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mainan lato-lato (dok. koransumsel)

Di awal tahun 2023, lato-lato menjadi permainan viral yang kini kembali dimainkan oleh beragam usia. Bagi para sesepuh, permainan tersebut mengingatkan mereka pada masa kecilnya, sedangkan bagi anak muda, permainan ini semacam penyegar kehidupan digital anak-anak, khususnya di Indonesia. Lato-lato, permainan yang dimainkan dengan cara membenturkan dua bola plastik yang terhubung oleh tali. Perlahan dibenturkan hingga terus meningkat kecepatannya sehingga menimbulkan suara yang "nikmat" untuk didengar. 

Namun, viralitas lato-lato bahkan menyiksa telinga karena hampir dimanapun berada,orang yang memainkan lato-lato selalu ada. Menurut catatan sejarah, permainan ini sudah dikenal sejak tahun 1960-an dengan nama clackers atau sisi's ball. Di Indonesia, namanya juga beragam, ada nok-nok, dan tentu yang paling terkenal adalah lato-lato.

Dengan viralnya lato-lato, bagi saya merupakan sebuah pemberhentian sementara, semacam breaktime dari hiruk-pikuk digital. Suara yang ditimbulkan lato-lato semacam menghasilkan efek magis atau disebut ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response). 

ASMR dapat memberikan efek healing dan baik untuk tubuh. Bagi bocil, permainan lato-lato menjadi ajang pamer keterampilan. Banyak sekali gaya bermain yang ditampilkan anak-anak. Bagi orang dewasa, suara yang dihasilkan itulah yang dinikmati selain nostalgia. Hmm, kadang efek suara tersebut bisa menjadi pengganggu karena terlalu sering didengar.

Setelah beberapa pekan,lato-lato nampaknya akan kembali ke masa kelamnya, akan kembali hilang dalam peredaran. Hanya menunggu waktu saja dan menunggu permainan baru. Hal-hal semacam ini lumrah, banyak kasus yang telah menjadi sejarah tren di Indonesia. Dulu sempat tren batu akik, dan sekarang ada tren lato-lato. Bedanya, tren kali ini dimainkan oleh siapapun tanpa mengenal usia atau gender. 

Sebenarnya seru sekali. Tapi ada hal lucu sih, misalnya di beberapa tempat, mainan ini dirazia dan disita karena sangat mengganggu. Wajar saja karena seperti yang tadi sudah disampaikan. Terlalu banyak dosis, mengakibatkan penyakit. Begitulah permainan.

Saya jadi teringat masa SMP, dulu itu guru-guru menyita HP atau alat elektronik. Suatu ketika saya berada di masa depan atau dengan kata lain saya berada di waktu kini. Guru-guru masuk ke kelas dan menyita lato-lato. Sebuah aktivitas yang serupa dengan objek yang berbeda. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun