Mohon tunggu...
Rizkita Indriaty
Rizkita Indriaty Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca yang mulai senang menulis

Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa - suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana - Seno Gumira Ajidarma

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Buku: Berani Tidak Disukai oleh Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga

16 Agustus 2021   21:45 Diperbarui: 16 Agustus 2021   22:27 5264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Penerbit Gramedia

Akhirnya bisa juga menamatkan membaca buku ini. Buku yang menurutku membacanya butuh waktu lama. Karena di setiap bab kita diajak untuk berfikir dan refleksi atas kehidupan kita seharin hari. Cukup mind-blowing sih buku ini. Membuat cara pandang kita melihat dunia berbeda.

Okey, lets start.. 

Buku ini memiliki alur percakapan seorang filsuf dengan seorang pemuda. Dari awal sampai akhir percakapan ini adalah tentang diskusi bagaimana pemuda ini melihat kehidupan dan bagaimana seorang filsuf melihat kehidupan dari sisi lain. Buku ini terdiri dari lima bab. Yang disebut Malam pertama sampai malam kelima.

Di Bab pertamanya (Malam Pertama) buku ini mengungkapkan teori psikologi Adler, Teleologi dan Aetiologi. Teleologi adalah ilmu yang memplejari keadaan yang kita sendiri yang menciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dan Aetiologi adalah ilmu sebab akibat. Apa bedanya? Contoh: Ada seseorang yang sangat tidak ingin keluar rumah. 

Dalam mata teleology, dia memiliki tujuan untuk tidak keluar rumah sehingga dia sendiri yang menciptakan keadaan mual, pusing bahkan sakit. Tetapi dalam Aetiologi, hubungan sebab akibat. 

Ya aku tidak mau keluar rumah karena aku sakit. See!! Sang filsuf sedang mengajarkan kepada pemuda tersebut sudut pandang lain atas sebuah kejadian, dan sang filsuf pun mengatakan “manusia tidak akan pernah maju selama dia hidup dalam Aetilogi”. Dengan kata lain, kita tidak akan pernah tergerak maju selama kita memberikan alasan-alasan untuk memang diam saja ditempat.

“Apa kau puas dengan adanya dirimu?” Apa sih perasaan puas itu? Kenapa kita selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain? Jawabannya menurut sang filsuf “ Saat ini kau tidak bisa merasa benar-benar bahagia karena kau belum belajar mencintai dirimu sendiri. 

Akan tetapi persis seperti dirimu sekarang itu tidak cukup, Kalau kau tidak bisa benar-benar bahagia. Jelas ada yang tidak beres dengan keadaanmu saat ini. Kau harus terus melangkah dan tidak berhenti”. “Yang penting bukanlah dengan apa seseorang dilahirkan, namun bagaimana dia memanfaatkannya”.

Intinya, kalau kau merasa tidak suka dengan keadaanmu sekarang yang kau lakukan adalah bukan dengan berharap menajdi orang lain tetapi belajar belajar dan melangkah. Keren kan? I know.. this books makes me think like a lot.

“Trauma itu tidak ada”. Menurut Adler “Tidak ada pengalaman yang dengan sendirinya menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kita. Kita tidak menderita syok akibat pengalaman kita – yang dinamakan trauma-namun sebaliknya, kita mengartikannya sesuai dengan tujuan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun