Mohon tunggu...
Rizki Saputra
Rizki Saputra Mohon Tunggu... Guru - Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam

Rizki Saputra: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab yang menyukai kisah-kisah serta buku-buku klasik yang bersumber dari negeri Timur.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengagumi, Mengungkapkan, atau Melupakan?

31 Maret 2020   13:36 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:47 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Perihal mencintai, sebenarnya Gibran sudah jauh-jauh hari menaruh hati pada Selma. Namun ia lebih memilih mencintai Selma tanpa ungkapan dan rangkaian kata, ia memilih mengagumi dari tempatnya bersembunyi dari pada memiliki. Gibran hanyalah seorang pecinta dalam diam yang ditemani angan-angan indah. Mungkin, hanya dalam do'a dan harapan ia merangkai kata cinta untuk Selma.

            Terpaku pada bayang-bayang Selma yang terisi dengan harapan bisa bersamanya sudah cukup bagi Gibran. Gibran lebih memilih gambaran cinta dalam kisah Majnun dan Layla, cintai Qais untuk Layla hanya berupa ungkapan sya'ir-sya'ir indah yang selalu berisi pujian kepada Layla, namun Qais lebih memilih pergi dan meninggalkan ketika sudah dipertemukan. Begitu juga dengan Layla yang selalu menuturkan sya'ir kerinduan di tengah malam, namun lebih memilih berhenti dan memandangi daripada menghampiri dan memiliki.

            Mengagumi dari tempatnya bersembunyi memang cukup untuk membuat Gibran senang, karna dari tempatnya ia bisa melihat keindahan Selma tanpa harus takut akan penolakan dan kekecewaan.

            Hari demi hari telah berganti, namun hati masih terisi dengan sosok yang sama dan tak kunjung mau terbuka untuk menerima pengganti. Mengagumi dalam diam tidak selalu membuat Gibran senang, adakalanya hati merasa cemburu saat orang lain bisa dengan mudah mendekati dan menarik perhatian Selma agar bisa lebih dekat dengannya. Apa yang bisa dia lakukan? Gibran tidak lebih dari seseorang yang hanya mampu beragan-angan untuk menjadi orang yang bisa mendampingi Selma selamanya.

            Sesekali Gibran merasa lelah dengan semua keadaan ini dan berharap bisa lepas dari belenggu cinta Selma, tapi ia gagal untuk melebur dari belenggu itu karna nama Selma sudah menjadi darah yang setiap detik selalu mengalir dalam tubuhnya, nama Selma sudah menguasai tubuh dan hati Gibran. "apakah Selma tahu kalau disini ada seseorang yang tidak bisa hidup tanpa namanya?", pikirnya sambil merenungi.

             Pertanyaan konyol itu terus datang menghantui hatinya walaupun sudah kesekian kali akal sehatnya menjawab,  "Bagaimana mungkin Selma tahu kalau selama ini ada seseorang yang sangat mengaguminya, yang selalu menyebut namanya, dan yang penuh harap bisa bersamanya? Sedangkan pengagum itu terus diam dan tidak pernah keluar dari tempat persembunyiannya" pikir Gibran menjawab pertanyaan yang selalu menghantui hatinya.

            Gibran tidak bisa terus menerus mengagumi kemudian bersembunyi seperti ini, ia tidak sanggup lagi menanggung gejolak hati yang memaksa untuk diungkapkan. Keinginan hati yang terus dipendam dan tak kunjung diungkapkan hanya akan memperburuk keadaan hati serta akan berpengaruh pada seluruh anggota tubuhnya, keadaan hati yang mulai memburuk akan menyalar ke akal sehatnya. Hati yang terbakar dengan api cinta akan menghilangkan akal sehat manusia, bukankah itu yang menimpa Umrul Qais sampai ia kehilangan akal sehatnya dan menjadi gila? Bukankah romeo juga kehilangan akal sehatnya karena cinta? Gibran harus bertindak cepat sebelum keterpurukan hati menjalar ke akal sehatnya, ia harus memilih antara mengungkapkan atau melupakan.

            Tidak mudah bagi Gibran untuk memilih antara dua hal tersebut, karena ia sudah sangat senang mengagumi Selma dari tempatnya bersembunyi. Namun takdir tidak memberikan pilihan mengagumi dan bersembunyi sebagai pilihan ketiga, ia hanya dihadapkan dengan mengungkapkan atau melupakan. Bukankah sang takdir telah menentukan bahwa apel yang sudah matang harus dipetik dan dinikmati? Bukankah apel yang mulai membusuk harus dibuang agar tidak mempengaruhi apel yang lain?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun