Stres kerja menjadi fenomena yang semakin sering dialami di era modern, terutama karena tekanan beban kerja yang terus meningkat dan tuntutan untuk selalu produktif. Gap antara kebutuhan untuk mencapai target tinggi dan kemampuan individu dalam mengelola tekanan menjadi penyebab utama dampak negatif stres. Hal ini menimbulkan urgensi untuk menemukan strategi efektif dalam mengatasi dampak stres, agar tidak hanya mencegah gangguan fisik dan psikologis, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup individu dan produktivitas kerja. Mangkunegara mengidentifikasi cara mengatasi stres kerja dengan tiga pola yakni pendekatan berbasis pola sehat, keseimbangan, dan penghindaran pola patologis menjadi solusi penting dalam menghadapi masalah ini. Penjelasan lebih lanjutnya adalah sebagai berikut:
Pola Sehat
Menghadapi stres dengan pola sehat memerlukan kemampuan mengelola perilaku secara positif. Pola ini melibatkan pendekatan proaktif seperti olahraga rutin, meditasi, dan menjaga pola makan yang baik. Dengan cara ini, stres tidak lagi menjadi ancaman, melainkan peluang untuk berkembang dan memperbaiki kualitas diri. Individu yang menerapkan pola sehat mampu menjadikan tekanan kerja sebagai tantangan produktif, sehingga dampaknya dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan hubungan sosial di tempat kerja. Pola ini juga menciptakan resistensi terhadap dampak negatif stres, menjadikan individu lebih tangguh menghadapi tantangan.
Pola Keseimbangan (Harmonis)
Pola keseimbangan dalam mengelola stres kerja berfokus pada pengaturan waktu dan aktivitas secara proporsional. Individu diharapkan mampu memprioritaskan tugas tanpa mengabaikan kebutuhan pribadi seperti istirahat dan hiburan. Dengan jadwal yang terstruktur dan harmonis, stres kerja dapat diminimalkan, karena tidak terjadi konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Pola ini menciptakan keselarasan yang mendukung produktivitas, sekaligus mengurangi risiko burnout. Dengan demikian, keseimbangan yang tercapai akan membawa manfaat jangka panjang bagi kesehatan dan stabilitas emosional.
Pola Patologis (Kerusakan)
Sebaliknya, pola patologis merupakan pendekatan yang tidak sehat dalam mengatasi stres kerja, yang sering kali berujung pada kerusakan fisik maupun psikologis. Contohnya meliputi penggunaan alkohol, merokok, atau perilaku impulsif lainnya sebagai pelarian dari tekanan. Pola ini tidak hanya mengurangi kemampuan individu untuk mengatasi stres, tetapi juga menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi, depresi, dan konflik sosial. Menghindari pola ini penting untuk mencegah efek jangka panjang yang merugikan, baik bagi individu maupun organisasi tempat ia bekerja.
Simpulan
Mengatasi dampak stres kerja memerlukan pendekatan yang tepat agar tekanan tidak berubah menjadi ancaman bagi kesejahteraan. Pola sehat dan pola keseimbangan (harmonis) merupakan cara efektif untuk mengelola stres secara positif, mendukung kesehatan, dan meningkatkan produktivitas. Sebaliknya, pola patologis harus dihindari karena hanya memperburuk kondisi fisik dan psikologis. Dengan menerapkan strategi yang tepat, stres kerja dapat dikendalikan, bahkan dijadikan sarana untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Hal ini menjadi kunci bagi individu dan organisasi untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai aspek.
Catatan: Tulisan ini disarikan dari bahan ajar Mata Kuliah Psikologi Organisasi, Part 13 dengan judul "Psikologi Kepemimpinan Stres Kerja", yang diampu oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM.
Penulis: Rizki Mohammad Kalimi, Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.