Tahun 2021 ini berpotensi menjadi tahun yang istimewa untuk AC Milan. Jika ditarik mundur kebelakang saat terakhir meraih Scudetto tahun 2011, artinya sudah 10 tahun lamanya Milan kehilangan tahta di Serie A Italia.
Menjadi istimewa karena jika Milan meraih Scudetto tahun ini maka genap menunggu satu dekade untuk raksasa Italia itu kembali bergelar Scudetto. Sebuah penantian panjang yang tidak mudah untuk dituntaskan.
Selama 10 tahun puasa gelar Scudetto, Juventus tampil merajai Serie A Italia. Sebanyak 9 musim beruntun Si Nyonya Tua menguasai Liga Italia. Sebuah pencapaian fantastis untuk tim yang bahkan tidak masuk 4 besar klasemen saat Milan menjuarai Serie A di tahun 2011.
Ya, AC Milan pada momen terakhirnya meraih Scudetto itu memang terlalu kuat bagi tim manapun di Italia. Di posisi akhir klasemen, Milan meraih Scudetto dengan raihan 82 poin, selisih 6 poin dengan Inter Milan di posisi runner up.
Dimana posisi Juventus kala itu? Bukan di posisi 3, bukan pula posisi 4. Juga bukan di posisi 5 atau 6. Gianluigi Buffon dkk saat itu hanya sanggup menduduki posisi 7 klasemen, selisih 24 poin dengan Milan dan tidak lolos ke Eropa!
Begitu hebatnya Milan musim 2010/2011 yang ditangani Massimiliano Allegri ketika itu tergambarkan dari statistik. Who Scored mencatat Milan hanya kalah 4 kali sepanjang musim, catatan terbaik kala Inter di posisi kedua mengalami kekalahan sampai 8 kali.
Milan juga tercatat sebagai satu dari 3 tim tertajam di Liga Italia kala itu bersama Inter dan Udinese. Wajar saja jika melihat komposisi lini serang Milan yang dihuni Alexandre Pato, Robinho, Antonio Cassano, Zlatan Ibrahimovic dan penyerang senior Filippo Inzaghi.
Perpaduan bintang muda Brazil yang tengah naik daun dalam diri Pato ditemani seniornya Robinho dipadukan dengan "versi terbaik" dari Antonio Cassano, ditambahkan bintang sebesar Ibrahimovic dan pengalaman sang legenda Inzaghi, jadilah Milan sangat menakutkan.
Lini depan Milan ketika itu bahkan bisa dikatakan membentuk trio maut yang terdiri dari Pato, Robinho dan Ibra. Hebatnya lagi, ketiga penyerang ini sama-sama menyumbangkan 14 gol sepanjang musim atau total 42 gol dari ketiganya.
Tajam di depan, kekuatan utama Milan juga datang dari lini belakang. Milan adalah tim dengan pertahanan terbaik kala itu dengan hanya kebobolan 24 gol. Lebih baik dari pertahanan terbaik kedua milik Napoli yang kemasukan 39 gol.
Keberadaan duet Thiago Silva dan Alessandro Nesta di jantung pertahanan menjadi kunci kekuatan lini belakang Milan. Kombinasi keduanya mengingatkan kembali masa-masa kala Milan memiliki duet Nesta dan Maldini di sana.