Mohon tunggu...
Bung Rizma
Bung Rizma Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Football Blogger - www.pengamatbola.id dan channel YouTube Bung Rizma

Blogger Pengamat Sepakbola sejak 2012 di blog www.pengamatbola.id. Analis Bola dalam program Football Insight di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019). Top ten Football Analyst di UC News tahun 2017. Analis di website sponsor salahsatu klub Liga Indonesia pada tahun 2015 dan 2019. Untuk kerjasama hubungi WA 081282126529 Saya pernah rutin tampil sebagai Analis dalam Program Football Insight yang tayang di Berita Satu TV selama 5 tahun (2014 - 2019) Semua ulasan saya bisa dibaca di Blog pengamatbola.id atau ditonton di channel YouTube Bung Rizma

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Simon Out? Engga lah, Simon Stay!

14 September 2019   09:20 Diperbarui: 14 September 2019   09:43 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada dua orang yang menjadi target cemoohan penonton saat timnas Indonesia dibantai Thailand 0-3 pada laga kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK (Selasa 10 September 2019). Dua orang itu adalah Andritany Ardhiyasa dan Simon McMenemy

Status kapten tim dan posisinya sebagai orang nomor satu di bawah mistar gawang membuat Andritany jadi sorotan. Dua kekalahan yang dialami tim Garuda dihadapan pendukung sendiri tidak bisa dilepaskan dari kinerjanya yang buruk. 

Andritany bertanggung jawab pada dua gol Malaysia ke gawangnya dan kecerobohannya di kotak penalti sendiri dimanfaatkan pemain Thailand untuk mendapatkan hadiah penalti.

Meski demikian, cemoohan paling besar datang kepada sosok Simon McMenemy. Pelatih asal Skotlandia inilah yang membuat keputusan untuk memberikan ban kapten kepada Andritany meski dalam skuad tim Merah Putih terdapat sosok seperti Hansamu Yama yang sudah berpengalaman menjadi kapten timnas era Luis Milla. 

Diluar sosok Hansamu, McMenemy juga masih memiliki "stok kapten" dalam diri Manahati Lestusen dan Ruben Sanadi yang terbiasa menjadi kapten di level klub.

McMenemy bersikukuh bahwa Andritany adalah sosok yang terbiasa tampil di arena sebesar SUGBK bersama Persija. Ini pula yang tampaknya menjadi dasar keputusan untuk tetap menempatkan Penjaga Gawang nomor satu Persija itu saat meladeni Thailand meski performanya dinilai buruk pada laga sebelumnya melawan Malaysia. Keputusan yang tampaknya keliru.

Disamping pemilihan pemain yang tampak kurang pas, racikan strategi McMenemy terlihat tidak berjalan dengan baik. Timnas Indonesia keteteran ditekan Thailand sejak awal laga dan gagal keluar dari kepungan tim Gajah Putih. Apa karena lawannya Thailand? Well, rasanya dengan timnas bermain seperti era Luis Milla, Thailand sekalipun bisa diladeni bahkan mungkin ditaklukkan.

Kalaulah hari ini banyak yang mendadak kangen dengan "Mantan Terindah" bernama Luis Milla, rasanya hal tersebut wajar. Bersama pelatih asal Spanyol itu, tim Garuda tampil cantik dan menarik. Aliran bola berjalan dengan baik antar lini dalam situasi bertahan maupun menyerang. 

Saking mampu bermain dengan bagus, ketika kalah pun tim asuhan Luis Milla masih mendapatkan permakluman atau bahasa sederhananya kalah terhormat.

Kondisi ini yang dirasakan berbeda dengan tim asuhan Simon. Evan Dimas dkk kalah segala-galanya. Bukan hanya kalah dipapan skor tetapi juga kalah dari segi permainan. Atas dasar tersebut, tidak ada maaf seperti yang biasa diberikan bagi timnas era Luis Milla.

Apakah artinya Simon bukan sosok yang tepat untuk menangani timnas Indonesia? Hmmm, menurut saya jangan terburu-buru menyimpulkan demikian. Bagaimanapun McMenemy bukan Pelatih kacangan. Orang Skotlandia ini adalah alasan mengapa negara jago Bola Basket seperti Filipina bisa-bisanya menembus semifinal AFF Cup 2010 sebelum susah payah dikalahkan oleh Indonesia.

Simon juga jadi aktor sukses "klub antah berantah" seperti Bhayangkara FC menjadi juara Liga Indonesia. Sebuah kebetulan? Tidak juga karena pada musim berikutnya klub tersebut dibawanya tetap mampu bersaing memperebutkan gelar juara meski harus rela hanya berada di papan atas.

Atas dasar ini, rasanya terlalu dini menyalahkan Simon sebagai penyebab utama buruknya kinerja timnas di dua laga kualifikasi Piala Dunia 2022. Bagaimanapun dua laga itu adalah dua debut resmi Simon di pertandingan kompetitif bersama timnas Indonesia. Simon jelas butuh lebih dari dua laga untuk menerapkan idenya kedalam racikan strategi bermain bagi Evan Dimas dkk.

Jangan lupakan bahwa dengan segala pujian atas cara bermain timnas yang menarik bersama Luis Milla, eks pelatih timnas junior Spanyol itu tidak pernah berhasil memenuhi target PSSI meski hanya di level turnamen invitation. Luis Milla bukan tanpa cacat meski harus diakui dirinya mampu membawa Evan Dimas dkk menampilkan gaya sepakbola yang memanjakan mata.

Hal penting yang harus diingat bahwa pelatih sekelas Luis Milla pun butuh waktu untuk bisa memoles skuad Merah Putih untuk tampil sesuai harapannya. Rasanya tidak adil menghakimi Simon hanya dari dua kekalahan di kualifikasi Piala Dunia 2022 ketika timnas hanya melakoni laga ujicoba melawan Bhayangkara FC dan Persika Karawang jelang laga penting tersebut.

Simon layak untuk tetap dipertahankan. Setidaknya berikan waktu bagi pria Skotlandia ini memoles timnas Merah Putih. Lupakan angan-angan lolos ke Piala Dunia 2022 karena sejatinya timnas bahkan belum menyentuh level Asia Tenggara. Biarkan Simon terus bersama tim meski pada akhirnya Evan Dimas dkk gagal lolos dari fase kualifikasi Piala Dunia 2022.

Target terbaik dan pantas untuk sepakbola Indonesia saat ini adalah memenangkan persaingan di level Asia Tenggara lewat ajang AFF Cup. Dan untuk itu kita bisa berharap banyak pada Simon McMenemy. 

Kalau Filipina saja bisa dibawa menembus semifinal AFF Cup, masak iya sekelas Indonesa tidak bisa dibimbing lebih jauh sampai final dan juara. Simon Out? Engga lah, Simon Stay!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun