Mohon tunggu...
Rizki Kurniawati
Rizki Kurniawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 21107030061

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menyajikan Banyak Rasa, Menjadi Pilihan Berjualan di Bulan Ramadhan

9 April 2022   19:04 Diperbarui: 9 April 2022   19:08 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan April 2022 saat ini, umat muslim di seluruh dunia tengah berbahagia karena telah memasuki bulan suci Ramadhan. Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) telah mengumumkan bahwa 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada hari Minggu, 3 April 2022 yang sesuai berdasarkan ketetapan pemerintah. Namun, nyatanya terdapat perbedaan penetapan awal Ramadhan di Indonesia tahun 2022 ini. Berdasarkan hasil sidang isbat untuk menentukan awal Ramadhan 1443 yang dipimpin oleh Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, pada Jumat, 1 April 2022, disepakati bahwa 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Minggu, 3 April 2022. Berbeda dengan hasil sidang isbat, ketetapan PP Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu, 2 April 2022. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Dikutip dari situs kompas.com, terjadinya perbedaan penetapan awal Ramadhan 1443 Hijriah dikarenakan adanya perbedaan pendekatan, salah satunya adalah menggunakan pendekatan ilwa hisab atau pendekatan hisab secara murni. Kementerian Agama (Kemenag) mempertimbangkan informasi awal Ramadhan 1443 Hijriah pada sidang isbatnya berdasarkan hasil perhitungan hisab (secara astronomis) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul hilal). Sedangkan PP Muhammadiyah menetapkan awal Ramadhan 1443 Hijriah berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Metode ini digunakan karena bersifat masih zonal dan belum global, sehingga hanya ditetapkan di Indonesia.

Meskipun terjadi perbedaan penetapan awal Ramadhan 1443 di tahun ini, umat muslim di Indonesia tetap hikmah menjalankan kewajibannya di bulan Ramadhan ini dengan tetap berpuasa. Dan untuk melengkapi puasa di bulan Ramadhan, biasanya masyarakat senang mencari takjil sambil menunggu waktu berbuka. Mencari takjil merupakan hal yang lumrah dilakukan masyarakat karena menjadi pelengkap di saat Ramadhan seperti ini dan banyak orang yang menjualnya. Lalu apakah itu takjil? Takjil berasal dari bahasa Arab yakni ajjala yu'ajjilu ta'jilan yang berarti bahwa menyegerakan atau cepat-cepat. Dengan demikian, takjil berarti ketika sudah mendengar suara adzan magrib berkumandang, maka kita dianjurkan untuk cepat-cepat atau segera membatalkan puasa kita. Namun, secara umum, takjil diartikan sebagai kudapan yang dimakan sesaat setelah berbuka puasa, misalnya kolak pisang, sop buah, es campur, gorengan, atau jajanan pasar lainnya.

Dan ketika Ramdhan ini, saya menemukan banyak orang-orang yang berjualan macam-macam makanan maupun minuman yang cocok digunakan untuk membatalkan puasa (takjil). Tidak hanya di satu tempat saja, namun diberbagai tempat di Jogja banyak orang-orang memanfaatkan bulan Ramadhan ini untuk mencari uang dengan berjualan takjil. Yang saya kunjungi untuk mencari takjil yakni Pasar Ramadhan Jogokariyan dan juga sekitar Lapangan Gesikan. Di sana banyak orang-orang ngabuburit sambil mencari takjil untuk berbuka karena banyak penjual dengan berbagai dagangannya. Mereka berjualan berbagai macam makanan, misalnya gorengan, kolak, makanan bakar-bakaran, siomay, batagor, jajanan jadul (jajanan pasar), atau makanan berat lainnya. Tidak hanya menjual makanan, diantara mereka juga ada yang berjualan berbagai macam minuman, misalnya es buah, es campur, es teh, jus buah, dan es dengan berbagai rasa.

Dokpri
Dokpri

Diantara banyaknya jualan yang ditawarkan, saya lebih tertarik dengan dagangan salah satu penjual yang menjajakan berbagai macam es dengan macam-macam varian, misalnya es rasa taro, es rasa mangga, es coklat, es sirsak, es jeruk, es rasa permen karet (bubble gum), es capucino cincau, dan ada juga es buah. Mereka memilih berjualan es karena menurutnya mengasilkan pendapatan yang lumayan banyak dengan modal yang tidak besar. "Es itu biasanya untungnya lebih banyak daripada yang lainnya, tetapi resikonya juga banyak", ujar salah satu penjual es dengan berbagai macam di sekitar Lapangan Gesikan, Pak Zakariya Ahmad.

Dokpri
Dokpri

Dengan modal yang tidak besar tetapi menghasilkan untung yang lebih banyak daripada lainnya, sehingga banyak juga yang memilih untuk berjualan es seperti itu. Meskipun banyak yang berjualan serupa, mereka tetap berjualan karena tidak takut disaingi. Mereka percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Seperti seorang penjual es yang sama seperti Bapak Zakariya Ahmad, tetapi di tempat berbeda yakni Pasar Ramadhan Jogokariyan, dengan banyaknya penjual serupa di tempat tersebut, ia tidak merasa tersaingi. "Kalo merasa tersaingi sih engga ya, soalnya kan ya Allah lah kan rezeki sudah ada yang ngatur. Lagian kan juga kita udah ada ini sendiri-sendiri kayak udah ada langganannya masing-masing", ujar salah satu penjual es dengan berbagai macam rasa di Pasar Ramadhan Jogokariyan. Selain itu, di bulan Ramadhan ini pasti banyak yang mencari es sehingga keuntungan atau kenaikah penghasilan di bulan Ramadhan pasti akan ada. "Kalau Ramadhan sekarang beda sama Ramadhan sebelumnya ya, karena sekarang masih ada pandemi, tapi kalau sebelumnya sih masih bisa minimal harusnya 50:50", ujar Pak Zakariya Ahmad.

Dengan banyaknya saingan, ternyata mereka juga tidak menggunakan teknik marketing ketika berjualan es tersebut disaat banyak yang juga berjualan serupa. Bapak Zakariya Ahmad hanya menggunakan rasa dari es tersebut untuk menciptakan pelangan-pelangan. "Sebenarnya tidak ada tekniknya, namun sebenarnya saingan dirasa saja", ujar Pak Zakariya Ahmad. Serupa dengan Pak Zakariya Ahmad, salah satu penjual es di Pasar Ramdhan Jogokariyan tersebut, ia juga tidak menggunakan teknik marketing apapun, hanya jualan seperti biasa. Seperi yang ia katakan, "Kalo teknik marketing ya paling apa ya engga ada sih, cuman jualan biasa gitu udah".

Di bulan Ramadhan ini mereka berharap bahwa penjualannya laris sehingga pendapatan dengan berjualan es tersebut lebih baik dari tahun sebelumnya. "Harapannya sih setiap penjualan laris manis, itu saja, yang penting berkah", ujar Pak Zakariya Ahmad. Dan, "Selama Ramadhan harapannya sih ya pasti misalnya kayak pendapatan kayak gitu pasti pinginnya lebih baik daripada tahun kemarin", ujar salah satu penjual es di Pasar Ramdhan Jogokariyan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun