Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Kepergian Habibie: Kecerdasan dan Cinta yang Bersemayam

11 September 2021   01:15 Diperbarui: 11 September 2021   01:22 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

11 September 2019 menjadi hari yang sangat menyedihkan bagi para Cendekiawan Indonesia. Sebab pada hari itu, salah satu sosok inspiratif bangsa sekaligus mantan Presiden Indonesia yang ke 3 yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang dikenal dengan B. J. Habibie telah berpulang ke rahmatullah. 

Ia wafat pada usianya yang ke 83 akibat usia yang sudah tua dan juga gagal jantung. Pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini merupakan sosok yang sangat dibanggakan oleh semua kalangan. Kecerdasan intelektualnya membuat dirinya menjadi aset negara bahkan kecerdasannya sangat diapresiasi oleh pihak luar. 

Berkat kegigihannya dan semangatnya mendalami pendidikan sehingga ia tergolong sebagai tokoh berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu, wafatnya B. J. Habibie ini merupakan pukulan yang sangat berarti bagi para Cendekiawan Indonesia.

Semangat Berpendidikan B. J. Habibie

Selain pernah menjabat sebagai Presiden selama 512 hari, ia pun dikenal sebagai tokoh pendidikan yang sangat menginspirasi. Bahkan dimasa kepemimpinan nya yang sebentar ia mampu mengubah masa orde baru menjadi era reformasi yang penuh dengan gebrakan diakletis transformatif baik dari segi pendidikan, ekonomi, sosial budaya, maupun kebebasan pers yang sebelumnya sangat dibatasi. 

Tak hanya itu, berkat kecerdikannya pula ia mampu menemukan sebuah penemuan baru kedirgantaraan tentang teori keretakan pesawat pada tahun 1960. Bahkan penemuan nya diakui oleh dunia dan dijuluki sebagai "Mr. Crack"

Kecerdasannya itu sebenarnya sudah mulai terlihat sejak kecil. Ketika anak - anak seusianya masih asik bermain bersama teman temannya, ia lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca buku. 

Buku-buku seperti ensiklopedia dan sains sangat ia sukai, sehingga memotivasi dirinya untuk bercita-cita membuat sebuah pesawat. B. J. Habibie juga sudah mulai mandiri sejak kecil, ketika bapak nya wafat ia akhirnya terpaksa hidup dengan seorang ibu dan tujuh saudaranya. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. 

Kemandiriannya juga terlatih saat ia memutuskan merantau untuk menempuh pendidikan SMA-nya di Dago, Bandung. Bahkan ketikan lulus sekolah pun ia tetap memutuskan untuk merantau. 

Setelah lulus, Ia sempat masuk ke Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung atau sekarang dikenal dengan sebutan ITB. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengembara ilmu lebih jauh lagi ke RWTH Aachen Jerman untuk menempuh studi teknik penerbangan.

Tak hanya pintar secara kognitif saja, secara rohani pun ia sangat mendalami bagaimana islam yang memotivasi dirinya untuk terus belajar dan menggapai cita-citanya. Pendiriannya pada islam pun tak berubah sejak ia kecil sampai akhir hayatnya, dan sebab itulah akhirnya ia mendirikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau yang dikenal dengan ICMI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun