Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Logical Fallacy: Kesesatan dalam Berpikir

12 Agustus 2021   22:34 Diperbarui: 12 Agustus 2021   22:47 2278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Argumen ini dibuktikan bahwa manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri dan memenuhi kebutuhannya tanpa adanya bantuan dari orang lain. Manusia adalah makhluk yang terbatas, meskipun manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk lainnya -- memiliki akal, nafsu, hati -- tentu manusia juga akan selalu terikat dengan sekelilingnya. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Manusia membutuhkan alam, sedangkan alam pun membutuhkan manusia.

Manusia akan membentuk suatu perkumpulan yang memiliki kebutuhan yang sama agar bisa bertahan dari hidupnya, oleh karena itu terbentuklah suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyaknya masyarakat dengan keberagaman yang berbeda. Untuk membentuk sebuah komunitas sosial, manusia memerlukan pola komunikasi yang baik. Manusia memiliki akal untuk berpikir dan karuniai panca indra yang sempura seperti mulut, mata, telinga dll. Oleh karena itu komunikasi adalah salah satu bentuk tindakan yang dilakukan oleh manusia dalam menjalin hubungan sosial.

Ditengah perkembangan zaman modern, waktu terasa begitu lebih cepat. Hal ini terjadi akibat teknologi yang semakin canggih diikuti dengan pola pikir manusia yang semakin maju. Bentuk pola komunikasinya pun semakin maju -- tidak perlu lagi untuk bertatap muka dan hanya menggunakan media virtual manusia sudah bisa berinteraksi.

Dunia yang luas pun bisa didekati oleh media sosial. Oleh karena itu media sosial menjadi suatu sarana bagi manusia untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Akan tetapi, dibalik sisi positif media sosial, ada sisi negatif yang ditemui dikehidupan sehari-hari.

Beberapa dampak negatifnya yaitu manusia akan mengalami kegugupan saat melakukan komunikasi secara langsung, makin banyak manusia yang merasa pesimis dengan kehidupannya lantaran banyak melihat hal yang kurang dari dirinya, merasa insecure dengan pencapaian orang lain dan adanya misinformasi saking cepatnya arus modernitas yang tidak dapat dikendalikan.  

Sebagaimana yang disebutkan oleh seorang tokoh, bahwa media sosial adalah salah satu sarana yang paling efektif untuk bisa mempengaruhi seseorang pada era digitalisasi. Alhasil segala tindakan yang dilakukan pun selaras dengan apa yang ia lihat, apa yang ia temui, apa yang ia pikirkan, dan apa yang ia dengarkan.

Salah satu bentuk dari adanya misinformasi ini yaitu adanya pola pikiran yang keliru atau yang disebut dengan Logical Fallacy. Menurut Irving M Copi,  Logical Fallacy adalah tipe argumen yang terlihat benar akan tetapi sebenarnya mengandung kesalahan dalam penalaran. Ada tiga karasteristik Logical Fallacy yaitu adanya kekeliruan logika berpikir, biasanya ditemui didalam sebuah argumen, suatu bentuk tipu daya atau menipu.

Ada banyak kesesatan dalam berpikir, akan tetapi pada tulisan kali ini, saya akan membahas beberapa jenis kesesatan dalam berpikir yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari.

1. Ad Hominem 

Suatu jenis kesesatan berpikir yang biasa terjadi ketika ada dua pihak yang sedang beradu argumen. Dimana salah satu pihak menyerang pribadi lawan yang tidak berhubungan dengan argumen pihak lainnya. Hal ini sering kali terjadi ketika pihak satu yang merasa tidak puas dengan argumen lawannya sehingga pihak yang merasa tidak puas berusaha menyerang pribadi lawannya baik secara fisik, menyerang sifat, maupun latar belakang lawan dengan emosi. Salah satu contohnya yaitu : "kamu setuju dengan argumen A karena kamu anak orang kaya kan"

2. Hasty Generalization

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun