Kiri dikira komunis
Kanan dicap kapitalis
Keras dikatai fasis
Tengah dinilai tak ideologis
Muka klimis katanya necis
Jenggotan dikatai teroris
Bersurban dibilang kearab-araban
Bercelana Levi's di-bully kebarat-baratan
Diam dianggap pasif
Lantang katanya subversif
Bertani dianggap kuno
Jadi pegawai distempel mental londo
Memilih jadi kere salah
Ingin kaya sangatlah susah
Belum berhasil dihina
Sukses jadi omongan tetangga
Makin hari makin susah saja
Menjadi manusia yang manusia
Sepertinya menjadi manusia
Adalah masalah buat manusia
(Iksan Skuter - Bingung)
Ya, di atas tadi adalah penggalan dari lirik lagu milik Iksan Skuter dengan judul bingung, mengungkapkan keresahan dan kegusaran sang pencipta lagu asal kota Malang ini terhadap kondisi sosial, politik, serta masyarakat yang jamak terjadi di sekitar kita sekarang ini dimana masifnya framing yang terjadi entah secara  sadar atau bahkan tanpa sadar kita lakukan.Â
Entah siapa yang mengawali, entah bagaimana ini semua diawali namun seperti itu lah kondisinya. Bahkan saya masih mengingat betul cerita dari pendahulu saya bahawa pada masa sebuah orde, apabila kita tidak memilih satu partai tertentu kita kan di cap sebagai pembelot atau penganut faham komunis, wallahualam
Mengutip cakheppy.wordpress.com, Konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi--informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.Â
Ide tentang framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Meski pada awalnya Framing lebih dikenal melalui media namun saat ini telah terjadi framing yang dilakukan oleh suatu kelompok, bahkan oleh individu.
Kembali ke topik pembahasan, Framing, paling sederhana dan jamak kita jumpai adalah tentang Agama, saat kita melihat seseorang yang bersurban, berjubah, berjanggut beberapa diantara kita menggangapnya sebagai penganut faham tertentu, atau lebih parahnya kita menganggap itu sebagai teroris.Â
Padahal hal tersebut hanyalah subyektivitas individu yang tidak bernilai baku, sedangkan pada beberapa orang hanya mengikuti dan menjalankan apa yang dianjuran seperti sunnah dalam Agama. Namun beberapa dari kita masih terjebak dalam pemahaman framing tadi. Entah siapa yang mengawali, entah bagaimana ini diawali namun seperti itulah kondisinya.