Ada beberapa pengalaman Toxic Positivity yang saya pernah alami bahkan tanpa sadar pernah saya lakukan, yang pertama adalah pengalaman saya dimana saat saya mengalami satu kondisi dimana saya merasa hampir menyerah dengan masalah perkuliahan saya karena disana saya memiliki tanggung jawab besar terhadap kedua orang tua saya yang telah membiayai kuliah saya, saya kemudian berusaha mengkonsultasikan dengan orang terdekat saya, lalu apa yang saya dapat, ya, kata-kata motivasi seperti halnya "jangan menyerah" "seharusnya.." "semangat...",Â
tentu saya mendengarkan apa yang disampaikan kepada saya sebagai bentuk penghormatan saya, tapi di satu sisi saya merasa ada hal yang tidak tersampaikan, Â dan saya sempat bertanya "apa yang salah disini, saya sudah menyampaikan apa yang saya rasakan, dan dia telah memberikan motivasi.
tapi kenapa masih ada yang kurang, kenapa masih ada yang belum tersampaikan", dari sini saya belum menemukan jawaban, dan saya berusaha memotivasi diri saya bahwa  saya harus lebih bersyukur terhadap satu keadaan, termasuk keadaan dimana saaat saya tidak bisa melampiaskan apa yang saya alami
-
Kemudian dari penglaman kedua, disini saya sebagai orang yang melakukan Toxic Positivity, bermula dari orang terdekat saya yang menceritakan tentang kejadian tidak mengenakan yang dia alami, di kondisi tersebut saya dengan mudahnya mengatakan "masa gitu aja menyerah" meskipun pada saat itu saya berniat agar orang terdekat saya ini teralihkan perhatianya agar tidak terjebak terlalu lama dalam kesedihan, dan ternyata itu juga tidak memberikan feed back yang baik bagi dia, dan dari sini saya mulai sedikit menyadari bahwa ada hal yang salah, yang mungkin dulu secara tidak langsung pernah saya alami juga, dan dari sinilah saya mulai mengenal istilah Toxic PositivityÂ
-
Ada saat dimana orang yang mengalami masalah atau kesedihan hanya ingin didengarkan saja, mereka hanya ingin menyampaikan emosi tanpa merasa "dihakimi" atau "digurui".Â
Sebaik apapun niat kita untuk sekedar mengalihkan dia agar tidak terjebak di dalam kesedihan yang berlarut-larut kita harus tetap menahan diri untuk mendengarkan dan menjadikan diri kita sebagai tempat melampiaskan emosi mereka.Â
Dan itu bukan hal yang terlalu buruk, karena disitu kita seharusnya merasa tersanjung, karena kita secara tidak langsung merupakan orang yang dianggap mereka memiliki perasaan yang cukup terbuka untuk menampung keluh kesah dan kesedihan mereka.
-
Last, menurut saya Toxic Positivity sebenarnya adalah kebaikan yang tidak pada tempat dan waktunya, wajar jika kita ingin memberikan kata penyemangat atau motivasi kepada orang yang mengalami kesedihan.Â