Mohon tunggu...
Rizki Firdaus
Rizki Firdaus Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

mahasiswa strata1 universitas padjajaran fakultas perikanan dan ilmu kelautan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kehidupan TPA

31 Oktober 2019   23:54 Diperbarui: 31 Oktober 2019   23:56 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kuteringat masa-masa kehidupanku bersekolah di TK Islam dimana dasar-dasar agama sangatlah kental. Dengan pemikiranku saat masih kecil selalu ingin bermain dan tak ingin dikekang oleh apapun, maka hal itu sangatlah sulit. Awal masuk selalu ingin pulang dan saat pembelajaran selalu bosan. Ditambah lagi dengan pembelajarannya yang sedikit merepotkan bagiku kala itu, terutama hafalan Al-Qur'an yang membuatku selalu ingin bolos dan menangis.

Saat lulus dari sekolah itu aku senang sekali karena akhirnya lolos dari hal yang tak kusukai. tapi ketika mau masuk SD, mamah menyuruhku untuk ikut TPA dan aku merasa jengkel karena hal tersebut. Hari-hari berikutnya terus berjalan dan aku melupakan perkataan mamah, disinilah hal yang menyenangkannya karena setelah lulus TK aku bisa kemba;li bermain sebelum masuk SD. Namun keesokan harinya mamah mengajakku ke masjid untuk sholat ashar dan aku merasa senang karena itu. Namun, setelah beres kulihat  mamah mengobrol dengan seorang ibu yang ternyata seorang guru ngaji. Mamah mengobrol dengan maksud mendaftarkanku. Aku pun langsung pergi lari ke rumah. Saat mamah tiba di rumah, mamah langsung menghampiriku yang sedang minum di kamar dan memberitahukan kalua guru ngajinya baik bangeett. Tapi ya dasarnya aku sulit percaya, jadi aku selalu nolak. Setelah itu mamah pun keluar dari kamar karena ada tamu datang.

Setelah beres pembicaraan mamah dengan tamu, mamah kembali menghampiriku. Aku yang merasa tau apa yang akan mamah katakan langsung bilang kalau aku gak mau ikut TPA. Ya awalnya mamah terdiam sejenak, tiba-tiba mamah bilang "kalau aku gak ikut TPA papah akan marah dan ibunya papah yang akan datang malam ini suka nyempret anak yang tidak mau belajar ngaji, maka kiki akan repot". Disini bulu kudukku berdiri, tak kusangka kalau aku engga ikut TPA akan dicepret. Akhirnya akum au ikut TPA. Pukul 8 telah tiba, aku mendengar suara motor dari kamar di luar rumah dan aku bergegas untuk membuka pintu. Ketika aku membuka pintu, aku pun langsung dipeluk oleh seorang nenek. Nenek itu berkata "ya Allah, cucuku sudah besar. Semoga kamju jago ngaji." Disitu aku merasa senang sekaligus kaget, aku langsung mengajak nenek ke dalam rumah. Di dalam, nenek langsung disambut oleh mamah dan yang lain. Aku langsung izin pergi ke kamar karena sudah ngantuk.

Keesokan harinya, pada pukul 5 aku dibangunin nenek. Aku kaget karena ini pertama kalinya aku dibangunin jam 5, kau masih merasa ngantuk tapi nenek menyuruhku untuk sholat subuh dan aku pun melakukannya. Setelah beres sholat, mamah sudah ada di kamarku dan mengatakan kalau hari ini TPA akan dimulai pada pukul dua siang. Aku shock di dalam hati karena tak ingin dicepret, aku mengatakan pada mamah kalau aku semangat walau ada sedikit unsur kebohongan di dalamnya.

Hari pun menjelang siang dan tibalah saat untuk memulai kehidupan TPA. Aku merasa gugup, tapi juga merasa tidak mau. Namun aku berusaha menghilangkan rasa ketidakmauanku itu. Saat kegiatan TPA dimulai ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan, pembelajarannya sangat menyenangkan dan beda dari pas di TK, mulai dari saat belajar ngajinya, perkenalannya serta teman-temannya. Dan yang paling aku suka ialah gurunya, yaitu bu Rika. Bu Rika ini sangat baik dan pengertian sama murid-muridnya. Dia yang mengajarkanku untuk sabra dalam mengaji.

Saat beres TPA hari pertama, aku langsung pulang ke rumah dan menceritakan semua hal yang aku alami kepada mamah dan nenek. Hal itu membuat mereka senang dan. Aku pun bilang bahwa seterusnya aku akan bersemangat ikut TPA. Keesokan harinya hingga hari-hari berikutnya pun aku senang ikut TPA.

Saat TPA, banyak hal yang aku pelajari, mulai dari cara sholat yang benar, mengaji dengan baik dan benar, doa-doa, serta adab. Itulah hal-hal yang paling aku sukai dalam belaajr di TPA. Tapi, materi hafalan qur'an pun mulai ada. Aku awalnya hampir bolos karena itu, tapi aku tetep berusaha untuk mencobanya. Awal surat An-Nas hingga surat Al-Asr, hanya saja untuk surat-surat berikutnya aku mengalami kesulitan dalam menghafal. Walaupun begitu, hal itu masih bisa aku kendalikan.

Setelah beres TPA, aku biasanya langsung pulang untuk berganti baju, setelah itu bermain Bersama teman TPA yang lain. Permainan yang selalu kami mainkan ialah main bola, sepeda, bermain di taman TK deket TPA., dan ucing sumput. Diantara semua permainan itu, ucing sumput ialah yang paling rame karena yang ikutan bisa banyak banget.

Pada Suatu hari, saat aku sedang asik mendengarkan penjelasan dari bu Rika tiba-tiba  ada seorang bapak masuk dan menyela pembicaraan serta mengajak bu Rika keluar. Aku dan anak TPA yang lain hanya menunggu. Setelah bu Rika beres mengobrol, bu Rika langsung bilang ke kita untuk melaksanakan sholat ashar. Selesai sholat ashar, kita diminta untuk tidak beranjak pergi dari masjid karena ada sesuatu yang ingin diberitahukan. Setelah itu, datang seorang bapak dan seorang ibu, mereka bernama pak Ubaidillah dan Bu Rof. Mereka diperkenalkan bu Rika secara langsunng. Bu Rika memberitahukan bahwa pak ubaidillah dan bu Rof akan menggantikan bu Rika dalam hal mengajar. Disini aku merasa sedih karena bu Rika tidak akan mengajar lagi dan begitu pula dengan anak TPA yang lain, namun kami berusaha untuk tegar.

Besoknya kegiatan TPA sudah diisi oleh Pak Ubaidillah dan Bu Rof. Pak Ubaidillah mengajar seperti bu Rika ngajar dan begitu pula dengan bu Rof, tapi ada sedikit tambahan berupa nahwu sorof dan sejarah Islam. Awalnya aku merasa enak-enak saja, santai. Tapi ketika hafalan dimulai semuanya berubah. Aku yang surat menengah seperti al-Bayyinah aja kesulitan harus mengikuti keiinginan guru yang ingin memulai hafalan dari surat An-Naba. Aku mencoba mengikutinya, tapi sangatlah sulit. Sebulan hanya dapat 20 ayat dan tidak mampu menambahnya, tidak seperti . Hal itu membuat aku putus asa dan akhirnya tidak mau TPA.

Disaat ini aku tidak mau datang ke TPA. Jadwal TPA ku kupakai dengan bermain PS ataupun tidur siang. Aku selalu membuat alas an ke mamah kalau aku sibuk belajar ataupun ngerjain pr. Tapi, pada akhirnya mamah membujukku untuk TPA dan aku juga selalu disamper oleh teman-teman TPA karena sudah satu bulan lebih aku tidak ikut TPA. Aku pun akhirnya mau ikut TPA lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun