Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ambiguitas

23 Februari 2020   00:46 Diperbarui: 23 Februari 2020   00:44 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.blitartimes.com

Ketika waktu berhenti, kota dan air mata menghapus jejakmu. Saksikanlah betapa kota beserta gedung yang menjulang nampak murung tanpa kehadiranmu, sebagai makna kehidupanku.

Dengan apa aku bersusah-payah menepi di ujung petang; di balik sorot pandang orang-orang; di beranda ruangan yang jauh dari riuh. 

Apakah aku harus kembali menyusuri lorong pencarian tuk menyapa dirimu di dalam kesementaraan waktu?

Sudah berapa dekade aku harus duduk termangu, menepi dan berlindung dalam ruangan dari tumpukan hujan? Apakah aku harus kembali membunuh kesunyian sampai beberapa dekade yang akan datang? Genap sudah kuhitung; abad menghampiriku; lamunan yang kau buyarkan dengan tamparan kesenyapan.

Satu kali aku bermimpi denganmu dalam hitungan; ketakutan diguyur hujan; dan belum menemui kepastian. Belum lagi keintiman dalam berbagai candaan.

Aku, telah terbelenggu dengan rasa yang kau penuhi dalam isi kepalaku. Aku, yang kau samaratakan dengan keinginan rasamu; bersama riuh hujan dan keheningan malam: aku mendengar sapamu dalam bayang-bayangmu di dalam lamunanku yang membisu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun