Mohon tunggu...
Gadget

Implementasi Data Minning dalam Bidang Teknologi

18 Maret 2019   21:20 Diperbarui: 18 Maret 2019   21:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seperti yang kita ketahui, teknologi jaman sekarang sangatlah pesat apalagi di jaman yang serba modern seperti sekarang. Banyak dari kita sudah tidak asing lagi dengan mendengar kata teknologi, mungkin dari seluruh orang tidak jauh dari kata teknologi yang canggih dan rata-rata fungsi teknologi itu sendiri untuk membantu manusia melakukan sesuatu atau sebagainnya.

Teknologi ini juga banyak di buat oleh manusia dengan perkembangan dari masa ke masa. Tetapi semakin banyaknya teknologi kita juga tidak boleh melupakan masa dimana kita masih menggunakan budaya tradisional, contohnya saja di Indonesia. Banyak sisi tradisional di negara Indonesia ini walaupun kebanyakaan dari kita sudah menggunakan teknologi yang canggih. Indonesia juga dikenal sebagai destinasi alam yang luas sehingga banyak orang dari luar Indonesia masuk ke dalam negara berkembang ini hanya untuk menikmati baik alam semestanya maupun kebudayaan tradisionalnya.

Penggunaan teknologi digital untuk mengatasi kesenjangan nyatanya tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Australia. Julie-Ann Lambourne, pendiri perusahaan digital enVizion ini berjasa memperkenalkan teknologi ke penduduk lokal di Pulau Selat Torres, Australia.

EnVizion memberikan kelas gratis untuk memperkenalkan literasi digital dan setelahnya membantu perkembangan bisnis dan kewiraswastaan. Setelah individu mendapat pelajaran mengenai literasi digital, kata Julie, mereka bisa mengembangkannya sebagai peluang bisnis dan menjual produknya secara online.

Solusi memanfatkan potensi ekonomi digital untuk mendorong pembangunan daerah merupakan salah satu sub-tema di Indonesia Development Forum 2018. Forum ini digagas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative. IDF 2018 kali ini mempunyai tema besar "Terobosan untuk Mengatasi Ketimpangan antar-Wilayah di Seluruh Nusantara".

IDF 2018 mendorong percepatan pembangunan di Indonesia yang lebih merata dan berkelanjutan, berbasiskan ilmu pengathuan, pengalaman, dan fakta. Hasilnya, akan digunakan untuk bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020-2024.

Dalam perkembangan teknologi ini juga banyak para ilmuwan berlomba-lomba melakukan eksperimen dalam mewujudkan teknologi yang semakin berkembang dan banyak pula inovasi yang mereka lakukan demi melakukan perkembangan teknologi tersebut. Di masa sekarang juga, banyak beberapa orang tidak jauh dari alat elektronik yang selama ini kita gunakan seperti telepon genggam, banyak orang sudah memiliki telepon genggam di luar daerah maupun di dalam daerah.

Telepon genggam atau yang di sebut juga dengan ponsel pintar (smartphone) kini tidak sekedar piranti komunikasi, namun juga piranti penyedia informasi, pengetahuan dan sekaligus hiburan. Hanya berbekal sebuah ponsel pintar, misalnya, kini kita tidak saja bisa saling mengabarkan keadaan keluarga melalui telepon, SMS (short message service), media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lain-lain), atau video call service (Skype atau Google Hangout), namun juga bisa membaca berita melalui koran online Kompasiana.com, mengunduh artikel jurnal terbaru karya Jurgen Habermas dari Google Scholar, menonton live streaming pertandingan sepakbola PSSI U-21 atau mendengarkan rilis lagu terbaru milik Raisa melalui Youtube, memotret panorama Gunung Bromo dan membagikannya melalui media sosial Instagram, membeli baju batik murah melalui Bukalapak.com atau Shopee.com, memesan ojek online melalui Gojek, Grab atau Uber, hingga mematikan lampu ruang tamu ketika kita sedang berada di kantor menggunakan aplikasi Insteon Hub dan masih banyak kegunaan lainnya.

Para pengkritik teknologi menyatakan bahwa perkembangan teknologi terkini telah menguasai dan bahkan mengambil alih kehidupan manusia. Sebagai pencipta teknologi, manusia kini justru menghamba kepada produk teknologi yang diciptakannya. Ungkapan umum yang sering kita dengar bahwa "manusia adalah budak teknologi", dengan tepat menggambarkan kondisi manusia yang telah kehilangan kontrol terhadap teknologi.

Sebagai misal, seringkali tanpa sadar kita rela menghabiskan waktu berjam-jam berinteraksi di dunia maya (online) melalui media sosial, dan pada saat yang sama melupakan realitas nyata di sekeliling kita (Turkle, 2012). Kita kehilangan kendali atas waktu yang kita miliki sekaligus atas kehidupan yang kita jalani karena telah direnggut oleh media sosial.

Lebih jauh, teknologi komunikasi baru (the new communication technologies), terutama media sosial, dikhawatirkan akan menggantikan pola komunikasi dan interaksi sosial tradisional. Dalam model komunikasi dan interaksi sosial tradisional, pertemuan antar-individu secara intim dan hangat, dengan eye contact dan persentuhan kulit, ditakutkan akan semakin jarang terjadi dan digantikan oleh interaksi sosial artificial melalui Facebook, Twitter ataupun Instagram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun