Mohon tunggu...
rizkaita
rizkaita Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca, penulis, dan kawan seperjalanan

Mari berbicara lewat barisan kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tingalan Jumenengan Dalem, Rangkaian Peringatan Kenaikan Tahta (Bagian 2)

4 April 2018   17:27 Diperbarui: 4 April 2018   17:31 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sehari setelah prosesi ngapem, tibalah puncak Tingalan Jumenengan Dalem, yakni prosesi Sugengan. Sugengan atau yang lebih umum dikenal dengan selamatan bertujuan untuk mendoakan keselamatan Sultan, Keraton, dan masyarakat Jogja maupun Indonesia. 

Prosesi yang dilakukan di Bangsal Kencana ini dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan abdi dalem Keraton. Abdi dalem kaji yang mengenakan baju khas berwarna putih-putih bertugas melantunkan doa-doa pada prosesi puncak ini. 

Pada waktu yang sama, dihadirkan pula ubarampe(benda-benda yang akan dilabuh) dari Gedhong Prabayeksa. Beberapa ubarampeyang disiapkan antara lain, Apem Mustaka, seperangkat pakaian yang pernah digunakan Sultan, pakaian laki-laki dan perempuan, dan barang-barang lainnya. 

Setelah upacara, apem-apem yang telah jadi sehari sebelumnya dibagikan kepada tamu yang hadir.  Lalu Ubarampekemudian diinapkan di Bangsal Srimanganti setelah upacara Sugengan, sebelum keesokan harinya dibawa dalam prosesi Labuhan.


Upacara Labuhan yang merupakan rangkaian terakhir dari Tingalan Jumenengan Dalem, dilaksanakan pada 30 Rejeb. Labuhan ini bertujuan untuk membuang segala macam sifat buruk yang ada, sehingga di masa yang akan datang diharapkan bisa menjadi lebih baik. 

Ubarampeyang telah diteliti dan diinapkan satu malam, kemudian dibawa ke beberapa tempat yang menjadi petilasanuntuk dilabuh atau dilarung. Abdi dalem yang mengusung ubarampe ini berjalan kaki dari Keraton Yogyakarta ke berbagai lokasi petilasan menggunakan pakaian lengkap.

Satu hal yang menarik, pakaian lengkap yang dimaksud di sini berarti para abdi dalem tidak menggunakan alas kaki hingga kembali lagi ke Keraton. Namun untuk beberapa petilasanyang medannya cukup sulit, biasanya tetap dibuat pengecualian.

Petilasanmerupakan tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah terkait berdirinya Keraton Yogyakarta. Lokasi-lokasi yang dijadikan upacara Labuhan adalah Merapi, Pantai Parangkusumo, dan Hargo Dalem di Gunung Lawu. 

Tahun ini, menurut sekretaris Tepas Tandha Yekti Pak Bimo, ada satu upacara Labuhan tambahan di petilasanDlepih Khayangan di Wonogiri. Hal ini dikarenakan, tahun ini merupakan tahun Dal dalam penanggalan Jawa yang berarti siklus delapan tahunan atau diperingati setiap sewindu penobatan Sultan.

Pada Upacara Labuhan, biasanya masyarakat sekitar bisa menyaksikan atau ikut serta dalam batas tertentu. Sedangkan upacara yang lain dan berlangsung di dalam Keraton, biasanya memang dilangsungkan tertutup untuk menjaga kehidmatan jalannya acara. 

Selain itu, menurut GKR Hayu, hal ini dikarenakan seluruh keluarga dan abdi dalem sudah diberikan perannya sendiri-sendiri selama upcara yang biasanya dilangsungkan sejak pagi hingga sore sehingga sangat sulit untuk membagi perhatian untuk melayani orang-orang dari luar yang tidak terbiasa dengan rangkaian panjang upacara ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun