Mohon tunggu...
Rizka Edmanda
Rizka Edmanda Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer - Mom Blogger - Soon To Be Notary

www.rizkaedmanda.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berwisata ke TN Tanjung Puting, Aksi Nyata untuk Menyelamatkan "Mereka" yang Terancam Punah

30 Oktober 2018   09:01 Diperbarui: 3 November 2018   12:51 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Nasional Tanjung Puting adalah Surga Kecil di tanah Borneo yang menjadi destinasi wisata impian bagi banyak wisatawan asing dari berbagai belahan dunia.

 Kemegahan hutan hujan liar khas Kalimantan, syahdunya Sungai Sekonyer, serta tingkah polah orangutan yang lucu memang telah banyak dibahas di berbagai portal media asing. Sebutlah The National Geogprahic dan Animal Planet. Bahkan sederet nama artis Hollywood seperti Julia Roberts pernah menyambangi kawasan Taman Nasional ini. 

Karena kecintaan dan kesan mendalam yang Ia dapatkan selama mengunjungi tempat ini pula, Julia Roberts sampai membuat sebuah film dokumenter berjudul 'In The Wild: Orangutans With Julia Roberts'. Namun sayang, di mata wisatawan lokal, objek wisata sekaligus pusat konservasi orangutan terbesar di dunia ini, belum terlalu dikenal.

Perjalanan Menuju Surga Hutan Hujan di Jantung Tanah Borneo

Perjalanan Menuju Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting (dokpri)
Perjalanan Menuju Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting (dokpri)

Pukul 07.30 pagi kami sekeluarga tiba di Pelabuhan kumai. Kapal kelotok yang akan mengantarkan kami ke Surga hutan hujan di jantung Borneo ini telah menunggu sejak pagi di pelabuhan. Perjalanan kurang lebih 4 jam kami tempuh dengan menggunakan kapal kelotok.

 Kapal ini sebenarnya adalah kapal tradisional yang dahulu sering digunakan masyarakat untuk menjala ikan, tapi kini puluhan kapal dialihfungsikan sebagai moda transportasi untuk mengangkut wisatawan menuju Taman Nasional Tanjung Puting.

Menyusuri Sungai Sekonyer (dokpri)
Menyusuri Sungai Sekonyer (dokpri)
Perjalanan selama 4 jam menggunakan kapal kelotok tak terasa membosankan, sebab di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan yang eksotik yang tentu tak akan kita temukan di kota-kota besar. 

Nyanyian owa-owa, kera ekor panjang dan bekantan yang bersahut-sahutan, sekelompok burung yang terbang melayang di atas kepala, aroma tanah basah,syahdunya sungai Sekonyer, rimbunnya pepohonan dan semak belukar serta suasana hutan liar akan membawa kita pada atmosfer yang sungguh damai.

Camp Leakey

Camp Leakey (Dokpri)
Camp Leakey (Dokpri)
Sebagai taman nasional sekaligus pusat rehabilitasi bagi orang utan, Taman Nasional Tanjung Puting memiliki beberapa camp. Camp yang paling terkenal disini adalah Camp Leakey. Saya beserta keluarga memilih langsung mendatangi Camp Leakey, karena di Camp Leakey ini, setiap hari para Ranger akan memberi makan orang utan pada jadwal feeding yang sudah ditentukan yaitu pada pukul 14.00-15.00 wib.

Suara lolongan ranger menandakan jadwal feeding akan dimulai, dari kejauhan tampak beberapa ekor orangutan bergelantungan hendak mendekati feeding platform berupa podium kayu yang sudah dipenuhi oleh pisang-pisang yang siap dibagikan kepada orangutan oleh para Ranger. 

Tak lama berselang, seekor orangutan besar yang diperkirakan berusia sekitar 30 tahunan, bernama Tom mendatangi feeding platform. Tom adalah primadona disini, beberapa wisatawan yang sudah pernah berkunjung lebih dari sekali, tentu akan dengan mudah mengenali si "Raja" Tanjung Puting ini. 

Orangutan dewasa (orangutan.org)
Orangutan dewasa (orangutan.org)
Tubuhnya yang besar, lengannya yang kuat dan wajah nya yang khas dengan lipatan lemak menghitam di area muka, menjadi ciri-ciri untuk mengenali Tom dengan mudah. Ranger yang mendampingi kami bilang, wajah Tom sudah banyak beredar di berbagai tv dan majalah. Tak heran, Tom juga dikenal sebagai "artisnya orangutan" di kawasan ini.

Setelah Tom puas menikmati pisang-pisang yang disajikan, Iapun beranjak. Kepergiannya disambut dengan hadirnya puluhan ekor Orang Utan lain yang datang dari berbagai arah. 

Kami beruntung saat itu, karena biasanya tak terlalu banyak jumlah Orangutan yang mendatangi feeding platform, mungkin karena mereka pemalu. Tak ayal kedatangan mereka disambut dengan decak kagum yang riuh dari para wisatawan yang rata-rata adalah wisatawan asing dari mancangera. 

Buru-buru para ranger menunjuk jari ke mulut "Please, be quiet, they don't like noises" demikian kata seorang ranger mengingatkan. Para wisatawan pun lantas berdiam , menikmati pertunjukan alam yang sangat menghibur sore itu.

Terancam Punah

Terlepas dari kelucuan Tom dan teman-temannya, ada cerita yang menyayat hati dibalik berdirinya Camp Leakey ini. Tempat ini berdiri sebagai pusat konservasi Orang utan yang kini terancam punah populasinya.

Dilansir dari laman website orangutan.org, dalam 1 dekade terakhir populasi Orang Utan Kalimantan telah berkurang hingga 50% di alam liar. 

Orang utan diperkirakan kini hanya tinggal berjumlah 104.700 individu saja polulasinya. Sekitar 2000-3000 ekor dibunuh setiap tahun dalam 4 dekade terakhir. Mempertimbangkan hal ini, populasi Orangutan diperkirakan bisa punah 50 tahun kedepan.

Dr.Birute Mary Gladikas dan Mereka yang Peduli

Birute Mary Gladikas (orangutan.org)
Birute Mary Gladikas (orangutan.org)
Setelah asyik menyaksikan proses feeding Orangutan  tadi, kami melanjutkan perjalanan untuk kembali ke kapal kelotok. Di perjalanan, Ranger yang menemani kami, mengajak untuk mampir ke Pusat Informasi. 

Meski terlihat rapuh, gelap dan kurang terpelihara tapi Pusat Informasi Camp Leakey berisi banyak informasi penting seputar Taman Nasional Tanjung Puting. Disini, saya mengetahui banyak fakta menarik tentang Camp Leakey. 

Dr.Birute Mary Gladikas adalah seorang ahli primatologi yang berjasa melestarikan habitat asli orangutan di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dengan mendirikan Orangutan Foundation International (OFI).

Organisasi nirlaba ini didedikasikannya sebagai upaya konservasi orangutan Kalimantan dan habitat asli mereka. Dr. Birute dan rekan-rekannya pada tahun 1986, mengoperasikan Camp Leakey, juga mengelola fasilitas Orangutan Care Centre and Quarantine (OCCQ) di desa Pasak Panjang Dayak di dekat Pangkalanbun untuk menampung lebih dari 330 orangutan yang mengungsi,karena kehilangan habitat asli. 

Beberapa penyebab berkurangnya populasi orangutan diantaranya adalah aktivitas manusia khususnya praktik perburuan dan pembalakan liar, beralihnya fungsi hutan menjadi perkebunan, deforestasi, perubahan iklim, serta kebakaran hutan, maka untuk itulah Camp Leakey didirikan oleh para penggagasnya sebagai pusat konservasi dan rehabilitasi Orangutan Kalimantan serta sarana edukasi masyarakat mengenai pentingnya upaya konservasi orangutan pada masa-masa darurat punah saat ini.

Tanjung Puting dan Makna Perjalanan

Orangutan (orangutan.org)
Orangutan (orangutan.org)

Kapal kelotok yang kami tumpangi bertolak pulang kearah pelabuhan kumai, hari mulai gelap, pemandangan syahdu yang tadi pagi kami lihat berubah menjadi bunyi-bunyian binatang malam serta kunang-kunang yang kerlap-kerlip berterbangan. Di kapal, saya dan suami berbincang-bincang ditengah damainya malam, 

"Keren ya, bule-bule aja peduli sama pelestarian Orangutan di Negara kita. Lihat deh yang ngembangin lokasi ini bule, yang pada datang juga kebanyakan bule. Padahal yang punya potensi kita, tempatnya ada di Negara kita. Orangutan nya ya juga punya kita. Tapi yang ngurusin dan yang peduli ya bule lagi, bule lagi" kata saya.

Suami saya menjawab, "Ya begitulah adanya. Semoga saja nanti akan lebih banyak lagi orang Indonesia yang tertarik datang ke tempat wisata seperti ini,  karena cukup dengan datang berwisata ke taman nasional saja, maka sudah berarti kita ikutserta dalam upaya pelestariannya sebab, retribusi yang kita berikan pasti akan sangat berarti untuk pengelolaan kawasan konservasi ini. Semoga pula lebih banyak lagi bule yang datang berwisata ke Kalimantan, sebab wisata Indonesia bukan hanya Bali". Saya tak menjawab, hanya larut dalam lamunan. Berfikir bahwa kata-kata suami saya tadi, ada benarnya.

Hari semakin malam, udara semakin dingin menusuk tulang, untuk membunuh kesunyian, saya memilih membaca sebuah buku yang saya bawa dari rumah, sebuah buku yang sebenarnya sudah 2-3 kali saya baca tapi entah mengapa tak pernah bosan.  Buku berjudul "Titik Nol : Makna Sebuah Perjalanan " karya Agustinus Wibowo. Jika Agustinus Wibowo berkelana ke berbagai belahan dunia selama lebih dari 10 tahun, demi menemukan sebuah "makna perjalanan", maka bagi saya cukup dengan pengalaman singkat ke Tanjung Puting saya dapat menemukan sebuah "makna perjalanan" , yaitu bahwasannya aktivitas berwisata seyogyanya tak melulu hanya dapat sekedar dijadikan sarana berekreasi semata.

Apabila sesekali saja kita mengunjungi tempat-tempat wisata konservasi semacam ini, maka berarti kita tak hanya telah ikut bertamasya menikmati keindahannya, tapi juga secara tidak langsung dapat menanamkan kesadaran pada diri kita akan pentingnya upaya-upaya konservasi dan pelestarian habitat asli satwa endemik kebanggaan Indonesia, retribusi yang kita keluarkan juga akan sangat berarti bagi pengeloaan kawasan konservasi. Kedatangan kita ke taman nasional dan kawasan konservasi adalah sebuah bentuk kontribusi sekaligus sedekah bagi bumi, agar alamnya lebih lestari.

Lalu,apakah tidak akan merusak kawasan konservasi jika kelak terlalu ramai pengunjung yang datang?

Sebetulnya tidak, jika kita sebagai pengunjung menaati aturan yang ada di kawasan Taman Nasional, seperti dilarang menyentuh hewan apapun, dilarang memberi makan hewan dengan makanan yang kita bawa sendiri, dilarang membuang sampah sembarangan, dilarang merokok serta melakukan perbuatan yang akan merusak cagar alam. 

Jika ini dipatuhi maka kunjungan kita akan menjadi sangat berarti untuk menyambung nyawa Taman Nasional kita. Sebab kegiatan serta upaya konservasi semacam ini tentulah membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam pelaksanaan dan pengelolaannya, maka retribusi wisatawan memang menjadi hal yang sangat berharga. Ingatlah, bahwa setiap Rupiah yang kita keluarkan di tempat-tempat wisata semacam ini tak hanya sekedar berakhir menjadi sederet foto-foto selfie, tapi juga menjadi penyelamat bagi keanekaragaman hayati.

Mengenal Lebih Dekat Taman Nasional Tanjung Puting (Dokpri)
Mengenal Lebih Dekat Taman Nasional Tanjung Puting (Dokpri)

Yuk Berwisata ke TN.Tanjung Puting!

Beli Tiket Pesawat? Hotel? Kereta Api? Pegipegi aja!
Beli Tiket Pesawat? Hotel? Kereta Api? Pegipegi aja!
 Jika kamu akhirnya tergugah untuk mengunjungi TN.Tanjung Puting saat Libur Akhir Tahun atau Libur Tahun baru nanti, mari saya berikan sedikit tips. Pertama tentunya kamu harus membeli tiket pesawat. Ada beberapa penerbangan langsung untuk mencapai kota Pangkalanbun, yaitu dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Palangkaraya, Pontianak. Jika kota mu tidak disebutkan diatas, maka artinya kamu harus transit ke kota tersebut. 

Cobalah sesekali buka situs Pegipegi, disana kamu bisa memesan tiket pesawat dengan harga terbaik, dan membandingkan harga satu maskapai dengan maskapai lainnya. Bahkan dengan situs ini kamu juga bisa melihat harga terendah dalam periode waktu tertentu.

Tidak hanya tiket pesawat, akomodasi hotel selama menginap di Pangkalanbun juga bisa kamu pesan melalui situs Pegipegi. Ada banyak hotel yang cukup nyaman dengan harga relatif terjangkau di kota kecil ini. Jangan khawatir, Pegipegi juga akan memberikan foto-foto dan ulasan jujur mengenai hotel tersebut, sehingga kamu tak perlu datang langsung untuk melihat hotel yang pas dan sesuai dengan yang kamu harapkan. 

Punya budget pas-pasan? ssst, tenang Pegipegi seringkali mengadakan promo menarik dan diskon untuk pelanggan mereka. Makanya, update terus media sosial Pegipegi : Instagram: @pegi_pegi, FB: Pegipegi, Twitter: @pegi_pegi. Jangan lupa juga, intip  Travel Tips di laman blog Pegipegi, biar kamu makin banyak inspirasi destinasi seru untuk liburan. 

Jadi gimana? jadi ke TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING kan kita? Yuk, brangkaaatttt !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun