Mohon tunggu...
Rizka Afra Nafisa
Rizka Afra Nafisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa psikologi

stu-dying

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self-Diagnose: Penyebab, Metode, dan Cara Mengatasinya

28 September 2021   19:14 Diperbarui: 28 September 2021   19:16 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perlu diketahui, self-diagnose adalah kondisi dimana seseorang mendiagnosa diri sendiri berdasarkan informasi yang didapat sendiri. Self-diagnose merupakan suatu hal yang berbahaya dan tidak boleh dilakukan, karena ada banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan jika melakukan diagnosa terhadap diri sendiri. Ketika merasa ada yang salah dalam diri individu, hendaknya dikonsultasikan kepada ahli yakni psikolog atau psikiater.

Self-diagnose sangat mempengaruhi kehidupan dalam berbagai aspek, seperti melakukan suatu tindakan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, dan bahkan membuat resep obat sendiri tanpa bantuan profesional. Kemudian ketidaksesuaian ini dikembangkan karena kecemasan belaka yang jika diteruskan, dapat menyebabkan penyakit gangguan kecemasan.

Penyebab Self-Diagnose

Ada tiga pola sebab akibat yang berkaitan :

  • Latar belakang klinis. Hal ini menjurus kepada adanya pengetahuan tertentu yang dimiliki seorang individu. Contohnya seperti mahasiswa psikologi yang sedang mempelajari tentang kesehatan mental. Tidak jarang dari mereka melakukan self-diagnose berdasarkan ilmu yang dimiliki.
  • Pengalaman hidup yang pernah dialami. Peristiwa tertentu yang terjadi di kehidupan seseorang merupakan salah satu sebab untuk mendiagnosis diri. Peristiwa negatif apapun yang terjadi secara tidak langsung membawa pola pikir untuk melakukan diagnosa kepada diri sendiri dengan gangguan tertentu.
  • Informasi lain. Informasi yang didapat melalui media yang terkadang kurang jelas validasinya dapat menjadi salah satu penyebab adanya self-diagnose. Contohnya seperti informasi yang ada di acara TV, youtube, atau platform media yang lain.

Metode Self-Diagnose

 1. Faktor atau sumber intrinsik. Salah satu faktor yang umumnya muncul pada faktor intrinsik adalah pola pikir skematis. Hal ini merujuk kepada pengelolaan informasi baru dan merespon suatu informasi pada pola pikir tertentu. Beberapa informasi yang tidak sesuai dengan skema akan diubah atau dibuang untuk menyesuaikan skema tersebut.

2. Faktor atau sumber ekstrinsik. Tiga sumber ekstrinsik utama yang bisa dilihat dari data adalah literatur psikologis, sumber internet, dan kasus psikopatologi di kehidupan nyata. Literatur psikologis lebih mengacu kepada buku dan diagnosis manual yang digunakan untuk membandingkan gejala yang dirasakan. Selanjutnya, sumber yang didapat melalui internet juga digunakan seorang individu untuk mendiagnosa diri sendiri dengan suatu gangguan tertentu.

Dampak Self-Diagnose

  • Dampak kognitif. Merupakan salah satu dampak yang akan terjadi ketika seseorang tidak yakin sedang mengalami gangguan mental atau tidak. Selain itu, efek kognitif dari self-diagnose dapat menyebabkan tidak mampu fokus dan konsentrasi. Dampak kognitif ini juga menyebabkan seorang individu memiliki persepsi yang tidak normal terhadap diri sendiri. Terakhir, timbulnya persepsi individu memiliki gangguan dan tidak dapat disembuhkan, yang membawa perasaan putus asa.
  • Dampak afektif. Merupakan dampak yang terlihat jelas dan mudah diperoleh berdasarkan data adalah kesulitan fisik dan emosional yang selanjutnya disertai dengan self-diagnose. Selain itu, elemen terkait lainnya yang terlihat adalah penderitaan merupakan akibat dari self-diagnose yang mana akan mempengaruhi orientasi di masa depan.
  • Dampak perilaku. Khawatir dan memiliki anggapan negatif pada seseorang atau suatu kelompok yang mana akan menimbulkan "optimisme yang dipaksakan", yang menyebabkan diri sendiri terpaksa untuk berperilaku baik didepan orang atau kelompok tersebut serta membuat dirinya menjadi orang yang tidak sebenarnya.
  • Dampak positif. Dari beberapa dampak yang sudah disebutkan, self-diagnose sebenarnya juga memiliki dampak positif. Ada beberapa manfaat akademis yang didapat karena adanya self-diagnose. Misalnya seseorang melakukan evaluasi sehubungan dengan gejala yang dialaminya dalam mempelajari ilmu terkait diagnosis.

Walaupun self-diagnose memiliki dampak positif, tetap saja hal itu tidak dibenarkan untuk dilakukan karena dampak negatif yang didapat juga lebih banyak dan merugikan diri sendiri. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya self-diagnose, diantaranya:

  • Selektif dalam memperoleh informasi berkaitan dengan mental health.
  • Ketika merasa ada yang salah, segera konsultasikan kepada profesional.
  • Memahami kondisi psikis kita untuk menghadapi kesulitan secara efektif.

Daftar Pustaka

Aaiz Ahmad, Stefanus S. (2017). Self-Diagnosis in Psychology Students. The International Journal of Indian Psychology, 4(2), 120-136.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun