Mohon tunggu...
Islah R. Nusa
Islah R. Nusa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi SMAN 1 Padalarang

14 Januari 2003

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bloody Moon

27 Februari 2020   18:55 Diperbarui: 27 Februari 2020   19:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jangan gerak Bulan" peringatnya. Tio tidak main-main, ia memang berniat untuk menusuk manusia keji dihadapannya ini, tetapi dia sadar bahwa itu adalah tindakan yang patethic. Jadi ia hanya bersiap jika Bulan mempunyai senjata lainnya. Bulan hanya mengangkat tangannya dengan seriangan yang terpampang di wajahnya.

"Coba aja, kamu gak bakalan berani, dan lagi si Caca bakal keabisan darah tuh" ujarnya sembari menunjuk Caca yang mulai kehilangan kesadaran di lantai. Lantainya penuh dengan cairan berwarna merah gelap yang mengelilingi tubuh Caca. Seketika Tio mendekati Caca dan berusaha menutup luka tusuknya. Tio menangis karena frustrasi akan apa yang sedang terjadi sekarang. Ia tidak mau Caca mati, ia tidak mau siapapun mati karenannya.

"Ya udah deh, aku pergi ya" pamit Bulan yang sedang merapikan bajunya. Ketika ia baru saja melangkah ke arah pintu, tiba-tiba banyak mobil polisi yang sedang menghadangnya. Ada beberapa polisi di luar yang sedang menodongkan senjata api ke mukanya. Bulan hanya menghela napas dan mengangkat kedua tangannya di atas kepala. Bulan menyapukan pandangannya dan berhenti di satu orang yang memakai baju SMA-nya. Retno.

Sedangkan para polisi dan Retno sibuk menaruh borgol di tangan Bulan, di dalam gedung Tio sedang memegang pipi Caca sambil menangis. "Ca tolong bangun Ca, aku gak mau kamu mati gara-gara aku" tangisnya. Ia menempelkan dahinya ke dahi Caca dan menatap matanya. Caca hanya tersenyum hangat ke arah Tio. Ia memegang tangan Tio yang ada di pipinya dan mengelusnya.

"Berarti...kalo aku mati... bukan karena kamu....boleh Ti?" Ucapnya perlahan. Caca mencoba tertawa, tetapi rasa sakit langsung menyelimuti tubuhnya. Tio menggelengkan kepalanya. Retno, yang tadinya berada di luar, datang bersama dengan tim medis. Caca dibawa pergi setelah Tio menggenggam tangannya. Mungkin untuk yang terakhir kali.

Tio hanya menatap tubuh Caca yang dibawa menggunakan ambulans dengan tatapan kosong. Setelah ditanya oleh beberapa polisi tentang apa yang terjadi, ia masih merasa bahwa apa yang dialaminya ini hanya mimpi buruk saja. Ternyata selama ini Caca sudah mengetahui siapa pembunuhnya dan memberitahu Retno yang merupakan anak polisi untuk menyelidikinya. Benar saja, ternyata dalang di balik semua ini adalah Bulan.

Tio hanya bisa pasrah dan berdoa agar Caca baik-baik saja. Ia hanya ingin melihatnya tersenyum sekali saja dan pergi selamanya dari hadapan Caca. Walau pun ibunya merupakan sumber trauma Tio, ia hanya ingin agar kejadian yang menimpanya tidak menimpa Caca yang merupakan malaikat penolongnya saat kecil.

23 Februari 2019

"Yahhh!" Teriakan seorang anak kecil membangunkan Retno dari tidurnya yang sunyi. Ia membuka matanya dan mendapati seorang anak kecil berumur 4 tahun berdiri di hadapannya. Retno tersenyum dan mencubit pipinya yang tembem. "Apa sayangku" ucapnya lembut sambil menggendong anaknya itu. Anak itu hanya tertawa saat ayahnya menggendongnya.

"Tad-Tadi Aca liat uaya" ucapnya dengan kosa kata yang belum sempurna. Retno hanya bisa terkekeh mendengarnya. Ia berjalan keluar ruangan dan mengambil segelas kopi hangat yang tersedia di atas meja makan. Ia tersenyum hangat. Istrinya tidak pernah lupa untuk menyiapkannya kopi setiap Retno bangun. Ia menggendong anak di tangan satu dengan yang satunya lagi memegang cangkir kopi. Retno berjalan di dalam rumagnya mencari keberadaan istrinya yang tidak terlihat sejak ia membuka mata.

"Ayah!" Suara wanita terdengar dari arah ruang tamu. Retno sontak langsung menuju ke ruang tamu sambil menggendong Aca anaknya. Ia panik, kebiasaan lamanya susah hilang ditambah sekarang ia adalah seorang polisi. Retno akan berusaha sebisa mungkin untuk membahagiakan kedua wanita yang ada di hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun