Mohon tunggu...
Islah R. Nusa
Islah R. Nusa Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi SMAN 1 Padalarang

14 Januari 2003

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bloody Moon

27 Februari 2020   18:55 Diperbarui: 27 Februari 2020   19:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bun...Bun!" Panggilan Tio baru dibalas ketika Bulan tiba-tiba tersadar. Bulan menatap Tio untuk sesaat lalu ia melongos pergi. Tio heran, ada apa dengan Bulan dan Caca? Mereka bertingkah aneh.

Dua bulan telah berlalu, Tio dan Caca menjadi semakin dekat. Walau terkadang Tio masih merasa janggal terhadap Caca, tapi dia mulai penasaran dan ingin dekat dengannya. Tetapi, Bulan malah menjauh darinya. Ketika saat mereka bertatap muka di lorong sekolah, Bulan pasti akan selalu membuang mukanya dan pergi begitu saja. Tio bingung, apakah dia memiliki salah? Tapi menurutnya yang salah malah Bulan. 

Di sisi lain, korban 'bunuh diri' sekolah semakin bertambah. Aneh. Padahal bulan kemarin saja sudah ada 3 orang, sekarang bertambah menjadi 5 orang. Kejadian ini tentu saja menggemparkan sekolah, karena para orang tua sudah mulai khawatir dan meminta anak mereka dipindahkan.

"Parah sih, masa korban di sekolah kita nambah?" Ujar Retno, teman Tio sambil membaca koran yang ada di tangannya. Tio yang tadinya sedang bicara dengan Caca berhenti dan merebut koran dari tangan Retno. Tio membaca headlinenya yang berjudul "Murid Sekolah Bunuh Diri". Caca pun jadi ikut tertarik untuk membacanya.

"Ada apa ?", Tanyanya kepada Tio. Tio yang mengerenyitkan dahinya menoleh ke arah Caca tanpa kelepas pandangannya dari koran. "Ada yang bunuh diri lagi di sekolah kita" katanya yang kemudian menatap Caca. Tio heran ketika melihat raut wajah Caca yang bagaikan sudah tahu kejadian itu.

"Bunuh diri?" Tanyanya dengan nada datar. Caca lalu akhirnya menatap muka Tio dan tersenyum. "Aneh gak sih kalo tiap bulan ada yang bunuh diri?" Tanyanya dengan penuh makna. Tio tertegun mendengarnya. Sebenarnya apa yang diketahui oleh Caca? Apa yang dia sembunyikan? Entahlah, hanya dia dan tuhan yang tau.

Sepulang sekolah, Tio bertemu dengan Caca yang sedang berjalan dengan seorang ibu-ibu di jalan. Ibu-ibu itu terlihat bingung dan pangling, Caca sedang membantunya. Tio ingin menyapanya, tetapi firasatnya tidak enak, jadi ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, ia melihat tantenya sedang memasak makan siang untuknya. Ia mengucapkan salam dan masuk ke dalam dapur. Ia menyalami tantenya dan saat akan masuk ke dalam kamar, ia tiba-tiba diberhentikan oleh tantenya. Tio tersentak kaget, ia menatap tantenya dengan bingung, "Ada apa tan?" Tanyanya. Tantenya hanya menyuruhnya untuk duduk di kursi ruang tamu.

"Kamu hati-hati ya Ti, sekarang lagi banyak kasus orang hilang yang berujung pembunuhan" ucapnya dengan tangan yang bergetar dan muka yang pucat. Khawatir, Tio mengelus tangan tantenya dengan lembut. "Tante kenapa? Sakit?" Tanyanya kepada tantenya. Ia menggelengkan kepalanya menandakan tidak, lalu ia hanya menunjuk ke arah televisi yang sedang memberitakan tentang seorang ibu-ibu yang hilang.

"Tante cuma takut Tio, kamu keluarga tante satu-satunya" ucapnya getir. Tio merasa aneh, tantenya tidak biasanya seperti ini, mungkin karena apa yang sedang terjadi sekarang adalah hal yang sama yang terjadi sebelum kedua orang tua Tio dan adiknya bunuh diri? Mungkin. Tapi apa yang dipikirkan oleh tantenya juga membuat hatinya goyah. Karena Tio juga berpikiran bahwa semua yang terjadi saat ini persis sama seperti 2 tahun lalu saat ia masih kelas X. Tidak mungkin kedua orang tuanya bunuh diri, tidak mungkin juga adiknya kabur meninggalkannya. Semua yang terjadi sekarang pasti ada hubungannya dengan apa yang terjadi di masa lalu. Apakah kedua orang tuanya sebenarnya bukan bunuh diri?

"Udah ah capek mikirinnya", batinnya, akhirnya ia memutuskan untuk tidur dan merelakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun