Mohon tunggu...
Rizda Anniza
Rizda Anniza Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Materialisme atau Profesionalisme?

6 Juli 2018   22:45 Diperbarui: 6 Juli 2018   22:51 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dok. Poskotanews



Dalam dunia pendidikan unsur yang paling utama adalah guru dan murid. Siapakah guru itu? jika kita berpikir, guru itu adalah seorang yang sangat berharga, mulia dan sangat berjasa dalam pendidikan. Bagaimana tidak? dengan adanya guru kita dapat mengenal dunia ini, kita memiliki banyak  ilmu  pengetahuan yang lebih luas. Hal tersebut dikarenakan tugas guru adalah mendidik setiap insan di dunia untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang lebih baik di dalam kehidupannya.

Guru menjadi sosok yang sangat penting setelah orang tua kita, karena  gruru berperan dalam mendidik demi terbentuknya manusia yang kompeten dan berbudi baik. Perilaku guru secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa, baik yang positif maupun negatif. Jika kepribadian yang ditampilkan guru sesuai dengan tutur katanya, sikap, dan perilaku yang baik, siswa akan termotivasi untuk belajar dengan rajin. Pengaruh seorang guru terhadap anak didik hampir sebesar pengaruh orang tua terhadap anak.

"Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa", itu adalah semboyan buat para guru namun dengan seiringnya waktu semboyan itu sudah mulai diabaikan  karena pada dasarnya guru memiliki jasa yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Terabaikannya semboyan tersebut berkaitan dengan apa yang didapat oleh guru pada saat ini. Mungkin semboyan tersebut hanya pantas untuk kehidupan seorang guru yang profesional saja. Guru profesional adalah seorang guru memiliki kemampuan yang lebih dalam mendidik siswa. Kemampuan tersebut berkaitan dengan penguasaan metode, strategi, dan model pembelajaran . Guru yang profesional juga hendaknya mampu mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya dan berusaha meningkatkan kemampuan keguruannya. Dengan adanya guru yang kompeten di bidangnya dan profesional dalam melaksanakan tugas mengajarnya, maka secara langsung dapat  menghasilkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang lebih baik. Untuk menyiapkan guru yang profesional pada saat sekarang ini sudah ada program profesionalisme guru. Dengan adanya program tersebut diharapkan akan menghasilkan guru-guru yang profesional di bidangnya.

Gambar oleh Baskoro Poedjinoegroho E
Gambar oleh Baskoro Poedjinoegroho E
Bertolak belakang dari penjelasan di atas, ternyata ada fenomena yang miris yang muncul di dalam dunia pendidikan saat ini. Profesionalisme guru sudah banyak dijadikan kedok  belakang bagi terlaksananya materialisme pendidikan. Banyak guru-guru yang mengikuti program profesionalisme guru hanya dengan tujuan mendapatkan gaji dan penghargaan atau sebuah pengakuan yang lebih, sedangkan peningkatan metode, strategi, dan model pembelajaran telah diabaikan begitu saja. Mereka hanya tertarik terhadap materi yang berlimpah dan mengabaikan profesionalisme dalam proses pembelajaran. Apa yang terjadi pada saat sekarang ini jelas tampak ketika seorang guru telah lulus sertifikasi maka yang dilakukan pertama kali adalah  menerima gaji lalu membeli sesuatu yang tidak berkaitan dengan pendidikan. Mereka cenderung akan meningkatkan kekayaan pribadi seperti membeli mobil dan hal lain yang mencerminkan materialism seorang guru itu sendiri. Pada dasarnya peningkatan gaji bagi guru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti untuk biaya pembelian media pembelajaran yang bisa meningkatkan dan bermanfaat untuk mutu pendidikan. Banyak contoh lain  yang mencerminkan materialism seorang guru yang ingin memperkaya diri misalnya guru tersebut menjual belikan LKS kepada siswanya  atau membuka bimbingan belajar diluar jam untuk bisnis semata. Seorang  guru materialisme selalu memperhitungkan waktu dan tenaga yang dikeluarkan padahal tenaga dan waktu yang dikeluarkan digunakan untuk kepentingan pembelajaran atau pendidikan.

Untuk memaknai profesionalisme, guru perlu introspeksi tentang beberapa hal. Pertama, guru tidak boleh bosan menggali kemampuan dan keilmuan diri. Kedua, senantiasa meningkatkan profesionalisme. Ketiga, menjaga keikhlasan dan niat tulus untuk mengabdikan diri demi berkembangnya pendidikan di masyarakat.

Ini adalah sebuah kritik bagi dunia pendidikan kita dan terutama bagi guru, yang perlu kita ingat adalah jadilah guru yang sebenar-benarnya. Guru yang bisa memberikan panutan dan teladan yang baik bagi peserta didik. Guru yang tetap berada dalam kemuliaannya untuk benar-benar mendidik insan dengan sepenuh hati dan jiwa. Berbagai metode, strategi dan model pembelajaran hendaknya dijalankan dengan baik

Tidak ada salahnya jika memang guru ingin meningkatkan taraf ekonominya dengan gaji guru profesional, namun yang perlu ditekankan dan yang tidak boleh dilupakan adalah sikap PROFESIONALISME guru itu sendiri dalam mengajar. Hendaknya guru benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik, dengan profesional, dengan kompeten demi meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan SDM .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun