Mohon tunggu...
Riza Maulana
Riza Maulana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sosok Dokter yang Profesional dan Idealis

10 Mei 2019   22:37 Diperbarui: 10 Mei 2019   22:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang dokter, dr. Purnama Setia Budi, Sp OG sedikit berbeda dari kesan dokter pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari kesehariannya, baik selama menjalani profesinya selaku dokter, maupun saat bersosialisasi dengan beragam aktifitasyang ditekuninya. Kesan tersebut tersirat dari sejumlah pengakuan para sahabat dan pasien yang pernah berhubungan dengan beliau. Selain dianggap ramah dan profesional, dr. Purnama juga dinilai sangat peduli dengan masalah-masalah sosial dan isu-isu kesehatan dan tata pemerintahan.

Selama menjalankan tugasnya di Bireuen, dr. Purnama kerap terlibat dalam beragam kegiatan sosial seperti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga tidak mampu, sunatan gratis bagi anak yatim dan kurang mampu, mendukung aktifitas para relawankemanusiaan dan taman baca anak, sampai mengisi sejumlah acara sosialisasi kesehatan bagi para ibu-ibu. Hal ini tidak saja ditekuni selama beliau menjadi dokter, bahkan saat menyandang status sebagai mahasiswa kedokteran pun dr Purnama telah dikenal sebagai sosok aktivis yang begitu peduli dengan isu-isu kesehatan dan kemanusiaan.

"dr Purnama Setia Budi SpOG menurut hemat saya tokoh muda yang sangat koperatif dan komunikatif dalam membangun hubungan dengan semua pihak, serta dikenal ramah dengan semua kalangan." Suhaimi Hamid, S.Sos - Politisi dan juga Aktifis Lingkungan Hidup Aceh.

Kepedulian terhadap persoalan dan nilai-nilai kemanusian membuatnya dekat dan sering mengisi ruang-ruang diskusi bersama para aktivis sosial. Hal ini yang kemudian menguatkan tekatnya untuk masuk ke dalam sistem, untuk terlibat langsung merubah sistem birokrasi dan program sehingga pembangunan di Bireuen dapat lebih berpihak pada orang-orang kurang mampu dan terpinggirkan dari pembangunan.

Lahir di Gampng Jawa Lama, Lhokseumawe pada 5 Maret 1978, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara yang berasal dari pasangan sederhana. Bapaknya bernama Alm. M Nurdin, kelahiran desa Geudong Geudong, Kota Juang, adalah seorang mantan prajurit RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), kesatuan elit yang sekarang disebut Kopassus.

 "Sedangkan ibunya Alm. Maimunah Ibrahim, kelahiran Peudada, adalah seorang guru di Sekolah Menengah Atas, dan sempat pula menjadi anggota DPRK Aceh Utara dua periode (1994-2004) mewakili DAPIL Peudada saat Bireuen masih bersama kabupaten Aceh Utara.

dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG mengatakan, ia merasa cukup beruntung mendapatkan pendidikan yang cukup sejak masa kecil, dikarenakan memiliki orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan. Dimulai dari pendidikan dasar di SD Negeri 2 Lhokseumawe, dilanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Lhokseumawe dan kemudian SMA Negeri 1 Lhokseumawe.

"Praktis masa kecil saya lalui di kota yang terkenal dengan julukan "Petrodollar" ini, yang saat itu merupakan ibukota bersama kabupaten Bireuen dan Aceh Utara sebelum dimekarkan. Tak berbeda jauh dari anak-anak lain, dimasanya saya juga aktif terlibat dalam kepanduan Pramuka dan aktif terlibat dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai ketua.

dr Pur mengatakan, ia bersyukur Alhamdulillah karena setamat dari SMA ia mendapatkan undangan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) Medan.

 "Selama perkuliahan pula saya melibatkan diri aktif di sejumlah organisasi, diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FK-USU, PEMA USU, ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia), KMPAN ( Komite Mahasiswa Pemuda Aceh Nusantara), IPTR (Ikatan Pemuda Tanah Rencong) dan juga Sekjend di Kelompok Aspirasi Mahasiswa FK-USU. Selama pendidikan di medan saya tinggal di Asrama mahasiswa Aceh dan pesantren Miftahussalam di bawah pimpinan Abu Syihabuddin Syah atau yang sering dikenal dengan Abu keumala. Dan selesai pendidikan kedokteran pada 2004, saya pun memilih pulang mengabdi di kabupaten Bireuen, kampung halaman saya, " ujar dr Pur bercerita.
Memulai kehidupan di Bireuen, selain menjadi dokter di RSUD dr. Fauziah, dr Pur juga

pernah menjadi pengurus KNPI Kabupaten Bireuen pada (2007-2010), dan ikut terlibat dalam
team relawan kemanusiaan bencana tsunami pada 2004 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun