Mohon tunggu...
rizalofi chanel
rizalofi chanel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Usaha tidak akan mengkhianati hasil

chofifah fatwa arigayo Mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam IAIN Langsa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melestarikan Tarian Gayo melalui "Sanggar Seni Tunes Ayu" di Desa Kaloy

14 April 2021   14:00 Diperbarui: 14 April 2021   14:04 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  

Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki beragam suku budaya, bangsa serta keseniannya adalah salah satu simbol kekayaan Indonesia, dan kita sebagai bangsa Indonesia harus selalu melestarikan kekayaan yang kita miliki jangan sampai apa yang kita miliki hilang satu persatu dari pandangan kita.         Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang beribu kota Banda Aceh. Aceh adalah provinsi yang istimewa yang memiliki julukan "Seuramo Mekkah" (Serambi Mekkah) karna Aceh adalah wilayah pertama yang menerima ajaran islam dan letak geografis aceh yang sangat dekat dengan Mekkah .

Aceh terletak di ujung utara pulau sumatera dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia.  Aceh memiliki banyak suku diantaranya adalah suku aceh, gayo, alas, gayo luwes, singkil, tamiang, simeulue dan masih ada lainnya.        Suku Gayo adalah suku yang ada di dataran tinggi gayo di aceh bagian tengah yang memiliki beragam kendahan kesenian tariannya,suku Gayo juga banyak terdapat di Aceh Tamiang, salah satunya di Desa Kaloy. Desa Kaloya dalah salah satu desa yang berada di Provinsi Aceh, Kab Aceh Tamiang, Kec Tamiang Hulu. Desa Kaloy bermayoritas penduduk gayo yang banyak melestarikan seni budaya suku gayo salah satunya bahasa, adat istiadat serta kesenian musik dan tarian yang sering di tampilkan pada acara pesta atau acara lainnya.

Masyarakat Gayo melestarikan tarian dan musik gayo melalui sanggar "Tunes Ayu" yang di dirikan oleh salah satu pemuda Desa Kaloy Dusun Gapok yang bernama Arifin atau sering di sebut dengan nama panggilan kak ipin, sanggar tersebut sudah berdiri kurang lebih dua tahunan ini dan beroperasi sebagaimana banyak dikenal masyarakat hampir satu tahunan ini.  

Sanggar seni tunes ayu ini sudah banyak dikenal masyarakat dalam Desa Kaloy ataupun sebagian luaran Desa Kaloy, mereka sering di undang untuk memeriahkan acara pesta pernikahan, pesta sunat atau acara syukuran lainnya untuk menghibur para hadirin, satu tarian bertarif bisa sampai Rp. 300.000 dan dikarenakan banyaknya mayarakat Gayo di pemukiman tersebut maka banyak minat permintaan tuan rumah untuk menampilkan tarian Gayo, bukan hanya karena keunikannya tetapi juga kelucuannya yang di tampilkan oleh anak-anak kecil.

Tarian Gayo yang sering ditampilkan oleh sanggar tersebut adalah Saman Gayo,  Didong Gayo, Tari Bines, Tuah Kukur, Tari Bajang-Bajang Ama , Dabus dan masih banyak tarian lainnya lagi, sanggar ini juga menyajikan tarian adat lain dan juga tarian modern masa kini tergantung oleh permintaan si tuan rumah, hanya tetapi karena penduduk tempat tinggal kami mayoritas suku Gayo oleh karena itu lebih sering menampilkan tarian Gayo.

Sanggar ini di dirikan bukan hanya untuk mencari rezeki tetapi juga untuk melestarikan tarian Gayo agar tetap hidup dan berkembang walau banyaknya tarian modern yang menjadi pusat perhatian kaum milenial saat ini. Pada masa saat ini banyak kaum milenial yang tidak mengetahui tentang suku mereka dan keindahan dari tarian suku mereka, apa salahnya pada saat ini kita perkenalkan mereka dengan budaya yang ada pada suku kita agar tetap lestari sebagai mana mestinya.

Pada era saat ini banyak kaum milenial atau anak muda yang melupakan seni budaya yang ada pada suku mereka karena beranggapan kuno dan tidak terlalu keren saat ini, nah saat ini sanggar seni tunes ayu juga memasukkan sedikit gaya modern atau bahasa yang kini sering di pakai kaum milenial tanpa merusak seni gayo yang sudah lama ada, adanya penambahan unsur bahasa atau gaya yang dibuat baru baru ini pada tarian tersebut bukan untuk merusak kesenian tetapi untuk lebih memperindah dan memberi makna  modern agar tarian tersebut terdapat unsur kekinian dimata kaum milenial tersebut.

Kaum milenial saat ini adalah generasi yang akan melestarian seni tari yang ada pada daerah kita, lantas kalau bukan kita Masyarakat Gayo siapa lagi yang akan memperkenalkan seni budaya dan tarian Gayo? Gak mungkin kan masyarakat yang bukan bersuku Gayo yang akan memperkenalkan budaya yang bukan miliknya. Hayo lah kita kenalkan lebih dekat kepada anak cucu kita seni budaya dan tarian Gayo agar tidak mati di telan bumi. Milik kita ya kita yang melestarikannya, jaga milik kita agar orangpun segan menrendah suku kita yang tetap lestari hingga saat ini. Jadilah milenial yang mencintai suku budaya mu, jagalah dan lestarikanlah kesenian daerahmu, kobarkan api semangat mu untuk selalu menjunjung tinggi nilai kecintaan mu pada suku Gayo bukan hanya dengan omong kosong tapi juga buktikan. Perkenalkan pada masyarakat lain bahwa suku gayo mu indah tidak hanya di mata mu tapi juga indah dimata dunia. Salam Gayo

Penulis: Chofifah Fatwa Arigayo
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
IAIN Langsa      Kpm-ks 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun