Kalau ada pertanyaan tentang “Gayo” yang pertama terlintas dikepala pasti nikmatnya rasa dan aroma kopi, mungkin Cuma sedikit yang mengetahui kalau Gayo itu adalah salah satu warisan kearipan lokal yang ada di Indonesia, salah satu suku yang berdiam diwilayah tengah provinsi Aceh, penyebaranya mulai dari kabupaten Gayo Lues, Bener Meriah, sebahagian wilayah kabupaten Aceh Tenggara, Tamiang didaerah Pulo Tige, Aceh Timur dikecamatan Serbe Jadi, dan Aceh Selatan di kampung lhok Gayo.
Pada awalnya suku Gayo berdiam di daerah Serule kecamatan Bintang, dan setelah datang peradapan Islam ke wilayah ini dari daerah Peurlak, pergerseran pemukiman gayo berpindah ke daerah Linge. Di linge inilah para penyiar Islam mendirikan kerajaan Linge, minim sekali informasi tentang kerajaan linge, keberadan kerajaan ini banyak diceritakan dari mulut kemulut yang diselipkan dengan cerita dongeng.
Pada priode selanjutnya para penyiar islam yang dari daerah Pasai masuk ke wilayah tengah dan bermunkim didaerah isaq, para penyiar Islam dari daerah Pasai inilah yang diceritakan juga dari mulut ke mulut sebagai cikal bakal para sultan hampir diseluruh daerah Aceh.
Pada saat ini Suku Gayo sudah berasimilasi dengan suku dari wilayah pesisir, baik dari pesisir timur, pesisir timur, pesisir utara, pesisir barat dan pesisir selatan, yang sangat erat kaitanya dengan kedatangan para penyiar islam ke wilayah Gayo. Asimilasi penduduk Gayo dengan daerah pesisir itu sebenarnya dapat diketahui didaerah tempat tinggal masyarakat gayo itu sendiri, contoh penduduk Gayo yang berasimilasi dengan pendatang dari pesisir Timur dan pesisir Utara biasanya paling banyak mendiami daerah Uken, sedangkan masyarakat Gayo yang berasimilasi dengan pendatang dari pesisir selatan dan pesisir barat biasanya banyak mendiami daerah Toa. Bahkan ada juga masyarakat Gayo yang berasimilasi dengan pendatang dari Minamg Kabau yang banyak mendiami daerah Gayo Lues.
Jadi menurut penulis definisi suku Gayo itu untuk saat ini dan kedepanya adalah suku asli yang berasimilasi dengan suku pesisir timur, utara, barat, selatan dan sebahagian dari Minang Kabau yang berdiam diwilayah Tengah Aceh, mengunakan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa Gayo, tetapi banyak yang tidak mau mengakui kalau ada keturunan darah dari daerah pesisir tersebut secara terbuka. Mungkin takut dianggap koro jamu (Kerbau tamu).