Mohon tunggu...
Rizal Kyoto
Rizal Kyoto Mohon Tunggu... Wiraswasta - rizal kyoto

Rakyat Biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gagal Maning

2 Juni 2020   13:26 Diperbarui: 2 Juni 2020   13:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika Covid-19 menyerang dunia,termasuk Indonesia,ada kontroversi antara Lockdown dan kontra Lockdown.Ada yang teriak agar pemerintah segera menerapkan Lockdown.Mereka yang meneriakkan itu adalah mereka-mereka yang memang tidak menyukai kepemimpinan negeri ini di bawah Jokowi. Mereka termasuk juga dari partai yang dengan sistematis membangun wacana agar Indonesia segera Lockdown.

Siapa mereka?
Semua pasti sudah mengetauhinya,siapa lagi kalau bukan mereka yang berada dalam barisan "sakit hati" karena tidak menerima Jokowi kembali dipilih rakyat untuk memimpin negeri ini satu periode lagi.
Bagi mereka,menunggu sampai 2024 terlalu lama,bisa-bisa "periuk nasi" mereka tidak ngebul lagi.
Karena itu mereka tanpa lelah membangun narasi dan presepsi bahwa Jokowi telah gagal nemimpin,dan layak untuk di turunkan.
Bahkan ada pemerintah daerah yang berada dalam satu garis partai melakukan Lockdown tanpa berkoordinasi dengan pemerintah pusat,tujuanya tak lain agar pemerintah pusat terlihat lemah dan lamban dalam menangani virus covid-19.
Namun usaha mereka gagal maning.Jokowi malah menerapkan PSBB.Dengan PSBB penanganan Covid-19 di serahkan ke masing2 daerah.Dengan begitu pemerintah pusat tidak bisa disalahkan sepenuhnya dalam hal ini.
Mereka lagi-lagi kecele.

Lalu ketika  fase pemerintah menerapkan "new normal",mereka kembali berteriak bahwa "new normal" adalah bentuk pembunuhan massal.
Mereka tak mau tahu kenapa Pemerintah menerapkan new normal.

Seperti kita ketauhi dalam masa PSBB,gelombang besar yang akan menghantam roda ekonomi bangsa ini akan semakin membesar dan ini tentulah sangat beresiko,andai sampai membocorkan roda tersebut,maka ekonomi Indonesia akan ambruk dan tak bisa lagi berputar.Hal ini sudah di sampaikan oleh kalangan pengusaha yang notabene adalah penggerak roda ekonomi negeri ini.Mereka hanya sanggup bertahan sampai bulan Juni,lewat dari itu, bisa-bisa PHK besar-besaran akan terjadi,dan resikonya tentulah sangat tidak kita inginkan,karena andai itu terjadi maka potensi kerusuhan takkan bisa terelakan.Rakyat yang kelaparan karena tak ada pekerjaan akan turun kejalan,penjarahan bisa saja terjadi dimana-mana.Kerusuhan akan merajalela.

Bagi kaum barisan "sakit hati" ini, jelas adalah apa yang mereka inginkan,dengan begitu jalan untuk menurunkan Jokowi akan menjadi lebih terbuka,karena orang-orang yang kelaparan akan mudah di provokasi.
Namun mereka lagi-lagi lupa,bahwa rakyat sekarang sudah cerdas dan tak terpancing akan narasi busuk yang mereka bangun.Al hasil gagal maning,deh

Seperti biasa,mereka tak kenal lelah dan pantang menyerah,isu PKI mereka mainkan kembali.Kali ini mereka mainkan dengan rapi yaitu memainkan isu PKI versus Islam,tak lain adalah agar gaungnya bisa terdengar lebih besar.
Siapa yang mereka tuju dengan isu PKI ini,jelas adalah Jokowi lagi.Mereka menganggap dalam kepemerintahan yang di pimpin Jokowi banyak diisi oleh orang-orang yang mereka sebut PKI.Tujuanya jelas sama dengan tujuan pokok mereka yaitu Jokowi di mundurkan dari tampuk kepemimpinan.

Kenapa mereka begitu ngotot?Karena mereka hidup dan cari makan dari sana.Mereka dibayar untuk membuat gejolak-gejolak di masyarakat,dan konyolnya sebagian dari mereka tak menyadari bahwa mereka hanyalah para "kurcaci" yang di manfaatkan para "dalang" yang tidurnya tak lagi bisa nyenyak dan tenang karena gregetan

Ujuk-ujuk mau dapat simpati,mereka malah jadi bahan tertawaan dan lelucon oleh rakyat atas apa yang mereka perbuat.

Lantas,mereka menyerah?Jawabanya "tidak".
Mereka tak akan menyerah meski tau mereka lagi-lagi akan kalah.

Setelah ormas dan partai politik merasa gagal,kalangan akademisi pun mereka libatkan.Kalangan akademisi ini bertugas membangun wacana bahwa menurunkan presiden dimasa pandemi ini sah-sah saja.Itu mereka lakukan dengan cara meeting,seminar virtual yang mereka publikasikan kemana-mana.
Kalangan akademisi ini yang menyebut diri mereka adalah kalangan pintar dan terpelajar lupa bahwa rakyat tak gampang mereka bodohi,bukannya dapat simpati,mereka malahan dapat kritikan dan protes keras dari rakyat sendiri,bukan dari pemerintah.Al hasil rencana mereka batal dengan sendiri nya,mereka sendirilah yang membatalkan.Namun mereka sengaja membuat pernyataan bahwa mereka dilarang mengadakan acara tersebut dan mereka bahkan mengatakan di ancam bahkan akan di bunuh jika tetap mengadakan acara meeting dan seminar virtual tersebut.Tentunya jika di tanya siapa yang mengancam mereka,mereka tak bisa membuktikan siapa yang telah melakukannya,karena gimana mau membuktikan,wong cuma rekayasa mereka sendiri kok, untuk menutupi kegagalan mereka.

Lalu apa rencana mereka selanjutnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun