Mohon tunggu...
Rizal Kyoto
Rizal Kyoto Mohon Tunggu... Wiraswasta - rizal kyoto

Rakyat Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Aku, Temanku dan Pilkada DKI

17 Februari 2017   21:51 Diperbarui: 17 Februari 2017   22:31 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak dapat dipungkiri Pilkada DKI telah membuat suhu politik di negeri ini khususnya di Ibu Kota kian semakin panas,baik dari kalangan elite politik dari masing-masing partai pengusung maupun tim sukses dan para relawan. Yang tak kalah menarik dan malah sangat riuh adalah apa yang terjadi di media sosial,baik di Twitter,Facebook,Path dan media sosial lainya. Dari beberapa media sosial di atas yang paling mencolok adalah apa yang terjadi di Faceook.

Saya ingin berbagi cerita tentang apa yang saya alami selama dari mulai nya Pilkada DKI sampai saat saya menulis tulisan ini.

Saya berasal dari Sumatera Barat dan saat ini berdomisili di Bandar Lampung

Dari sekian banyak daftar pertemanan saya di Facebook,65% nya adalah teman dari daerah yang sama,30% dari 65% tersebut adalah yang saya kenal dan bahkan teman-teman saya di masa kecil dan remaja.

Seperti sama-sama kita rasakan,Pilkada DKI gaungnya terasa keseluruh pelosok negeri ini bahkan menyamai hiruk-pikuknya Pilpres 2014 lalu,fenomena yang terjadi di media sosial pun terasa sama, berlomba saling mendukung jagoanya masing-masing,bukan hanya saling mendukung,saling menjatuhkan pun kerap terjadi,ada-ada saja cara untuk menjatuhkan lawan dan menonjolkan jagoanya.

Kembali kepada apa yang saya alami,sebagai salah satu pengguna Facebook aktif,saya pun tentunya mempunyai pilihan dan "jagoan" untuk para calon orang nomor satu di Ibu Kota ini,pilihan saya itu jatuh pada Paslon no urut 2,Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot)

Tentu ada alasan kenapa saya menjagokan pasangan ini,apalagi saya bukanlah pemilik hak suara di DKI.

Alasan saya adalah kinerja pasangan ini sudah terbukti walau belum secara keseluruhan,dan itu di maklumi mengingat pasangan ini baru mulai bekerjasama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terhitung dari bulan November 2014 untuk Ahok sebagai Gubernur menggantikan Joko Widodo dan periode Desember 2014 untuk Djarot sebagai wakil. Kolaborasi kedua tokoh ini cukup berhasil menurut saya,terutama dalam memberantas korupsi dan pungli di DKI tentunya.

Disamping hal-hal lain yang telah dilakukan Ahok dan Djarot di masa kepemimpinanya,pemberantasan korupsi adalah salah satu poin yang membuat saya jatuh hati pada mereka,tentunya juga sikap tegas Ahok yang tak kenal kompromi terhadap praktek tilep menilep uang anggaran,walau terkadang lepas kontrol dalam berlisan,tapi itu saya anggap wajar karena sikap dan lisan yang dibilang kasar tidak di tujukan kepada semua bawahan.

Banyak kasus korupsi yang berhasil di bongkar Ahok,baik ketika berpasangan dengan Djarot maupun ketika Joko Widodo jadi DKI 1 dan Ahok DKI 2.Yang paling mendapat sorotan salah satunya adalah kasus uninterruptible power supply (UPS) yang menyeret beberapa nama ke balik jeruji besi.

Sepak terjang Ahok ini tentu menuai dendam bagi mereka yang terlibat,Ahok berani membongkar segala macam praktek busuk yang terjadi di jajaran pemerintahan DKI baik yang melibatkan perlemen maupun di jajaran instansi pemerintahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun