Mohon tunggu...
Rizal Fatoni
Rizal Fatoni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Yakinkan dengan iman, usahakan dengan ilmu, sampaikan dengan amal "Yakusa"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Political Jokes Indonesia

5 Januari 2018   22:40 Diperbarui: 5 Januari 2018   23:06 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada itik didepan kaca, siapa yang berpolitik pasti dicinta.

Si juki pergi ke kandang banyak, siapa yang korupsi  bagai pelita kehabisan minyak.

Setiap ambisi pasti ada janji, siapa yang melanggar janji pasti dia dicacimaki.

Hari ini hari politik juga meliput, ayo kita pilih pemimpin negeri yang baik ,dan jangan sampai kita golput.

Kalimat diatas merupakan kehidupan politik yang dikemas dalam seni pantun jenaka, dan di era milineal dikenal sebagai political jokes atau politik jenaka. Dewasa ini politik digambarkan sebagai kegiatan yang membosankan dan kotor, akan tetapi disisi lain politik mempunyai humor tersendiri. Humor politik semakin eksis ketika banyak dari kalangan pejabat-pejabat negeri sering melontarkan humor-humor yang membuat masyarakat Indonesia terkesan merasa tentram hatinya,dan terhibur. Sehingga banyak masyarakat Indonesia membutuhan pemimpin yang berkompeten,tegas dan humoris.

Humor politik merupakan ekspresi seseorang dalam mengutarakan pendapat berupa sindiran atau kritik yang bernuansa humor. Sujoko (1982) mengemukakan bahwa di Indonesia kalangan mahasiswa gemar menggunakan humor sebagai sarana kritik  sosial. Kegemaran itu menunjukkan bahwamahasiswa adalah personal yang sedangdididik untuk menjadi manusia yang kritis,serta harus bersikap skeptis sehingga jalanpikirannya akan menjadi ilmiah, tidak begitu saja menerima semua yang dihidangkan. Berekspersi dalam humor politik tidak boleh menggunakan kata-kata yang kurang sopan, dan tidak boleh ad hominem atau menyerang pribadi orang, akan tetapi menyerang lewat pemikiran lawan.

Menurut Kartono Muhamad (dalam Suhadi, 1989) berpendapat bahwa humor yang baik adalah humor yang dapat menertawakan diri sendiri, atau humor otokritik. Meskipun membuat diri pribadi sakit hati, humor otokritik merupakan sesuatu yang menunjukkan kedewasaan sikap. Artinya, mampu memberi kritik terhadap diri sendiri, serta dapat pula secara terbuka menerima opini orang lain.

Banyak manfaat dari humor, bagaimana dengan orang yang melontarkan humor adalah orang terpandang dari sudut negeri, baik humor verbal maupun non-verbal. Humor dapat membantu seseorang menjadi fleksibel. Secara terbuka hari ini politik di Indonesia membutuhkan fleksibelitas dalam menangani masalah negeri. Jadi dalam rangka mendorong fleksibelitas, kegiatan politik merasa perlu memberikan humor politik yang segar.

Terkadang humor politik ini tidak hanya memberikan fleksibelitas, tetapi dapat memberikan efek jera terhadap pelaku politik. Sebagai contoh; hari ini yang trending topic adalah kasus yang menjerat pelaku tindak pidana korupsi dan tindak pidana yang lain. Dalam hal ini dari segi politik sangat memanas, akan tetapi dikemas dengan humor sehingga sendokpun tak lagi memanas, dan masyarakat dapat menilai bagaimana perkembangan politik di Indonesia.

Humor politik juga sebagai salah satu humor dapat menjadi sarana kritik penguasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa humor politik merupakan sarana demokrasi yang diberikan kepada masyarakat sebagai penikmat politik. Menurut Sujoko (1982) humor dapat berfungsi untuk: (1) melaksanakan segala keinginan dan segala tujuan gagasan atau pesan; (2) menyadarkan orang bahwa dirinya tidak selalu benar; (3) mengajar orang melihat persoalan dari berbagai sudut.

Kesimpulannya Politik tidak selamanya menegangkan, politik itu indah. Jangan sekali-kali takut berkecimpung dalam berpolitik, karena kita pada dasarnya termaskud manusia politik (zoonpoliticon), sehingga secara tidak langsung kita melakukan kegiatan politik, jadilah budaya politik menjadi bagian dari diri kita. Stigma politik itu kotor merupakan hasil tendensi dari kumpulan penglihatan yang belum sempurna sehingga menimbulkan limitasi pengetahuan politik secara empiris.

Rizal Fatoni

Mahasiswa Malang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun