Mohon tunggu...
Rizal
Rizal Mohon Tunggu... Psikolog - mahasiswa

seorang pencari ilmu yang senantiasa berjuang demi kedua orang tua

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Motivation Letter Beasiswa Bank Indonesia

14 Oktober 2020   11:27 Diperbarui: 14 Oktober 2020   11:36 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bapak saya bernama M. Idris dan ibu saya bernama Darlia. Kami dari keluarga sederhana. Bapak saya yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang petani, harus berpanas-panasan setiap harinya demi mencukupi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Ibu saya telah meninggal dunia saat tahun ketiga saya di pondok pesantren. Perasaan kacau dan sedih yang saya rasakan dimana kehilangan sosok paling penting dalam keluarga. Seseorang yang seharusnya ada sebagai penguat, pemberi motivasi, dan membantu peran bapak dalam mendidik anaknya telah tiada. Tetapi saya ingat bahwa Allah tidak akan menguji hambanya diluar dari batas kemampuannya. Seperti kutipan dari sahabat Rasulullah diatas yang menjadi pegangan saya bahwa “Jangan katakan kepada Allah bahwa aku punya masalah besar, tapi katakanlah kepada masalah besar bahwa aku punya Tuhan yang lebih Besar dari masalahku”. Allah SWT berfirman yang artinya “sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kamikembali”.

Di Desa kecil itulah saya memulai mimpi di SDN 052 Impres Galeso. Dorongan dan semangat yang kuat dari orangtua dan keluarga menjadikan saya tidak mudah menyerah untuk terus belajar. Didikannya mengantarku pada prestasi-prestasi sederhana tapi membuat mereka sangat bangga seperti ketika saya meraih juara kelas. Saya juga menyukai sepakbola, saya bergabung dalam klub sepak bola daerah dan Alhamdulillah sempat menjadi juara sekecamatan.

Setelah tamat dari SD saya melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an As’adiyah di Kabupaten Wajo yang terbilang cukup jauh dari tempat tinggal saya. Rasa cemas dan takut pasti dirasakan oleh kedua orangtua saya mengingat usia saya pada saat itu terbilang masih sangat muda untuk harus berpisah dengan orangtua. 

Hari-hari pertama di pondok pesantren adalah yang paling sulit. Bahkan sempat berniat untuk kabur dari pesantren pada saat itu tapi tidak memungkinkan untuk saya dikarenakan jarak yang cukup  jauh. Seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dengan kehidupan di pondok. Membiasakan diri untuk bisa beradaptasi ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan. 

Saya bertemu  banyak teman dan mulai terbiasa. Tinggal di asrama bersama teman-teman menjadikan rasa persaudaraan kami sangat erat. Kebiasaan-kebiasaan seperti makan bersama, mandi bersama,melakukan apapun bersama. Kami dididik untuk selalu disiplin, bersifat tawadu’, dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu itu semua adalah moment yang tidak akan pernah terlupakan. Hukuman –hukuman yang sering kami terima di pondok mendidik kami menjadi generasi disiplin,berakhlak,bermoral,dan kelak menjadi generasi kebanggaanIndonesia.

Beberapa tahun tinggal di pondok pesantren seakan mengubah hidup saya. Menuntut ilmu agama, mengikuti kajian, menghafal al-qur’an adalah rutinitas kami. Perbedaan antara pendidikan umum dengan pendidikan di pondok pesantren sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar desaku. Ketika bulan Ramadhan tiba kami senantiasaberpartisipasi penuh di masyarakat, aktif di masid membantu mengajarkan Al-Qur’an pada anak-anak, memimpin sholat, serta sesekali memberikan ceramah keagamaan. Pendidikan dengan karakter seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia. Generasi yang unggul dalam akhlak dan moral yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis.

Menempuh pendidikan di pondok pesantren setidaknya mengurangi sedikit beban yang harus bapak saya jalani. Terutama masalah pembiayaan. Di pondok pesantren saya diamanahkan dalam hal mengontrol di asrama, mengurus dan membunyikan radio masjid setiap waktu sholat tiba, sehingga saya mendapat sedikit bantuan perbulannya dari pesantren dan bebas dari pembayaran bulanan.

Setelah tamat dari pesantren waktunya untuk menginjakkan kaki di dunia pendidikan yang lebih tinggi dan pastinya sangat berbeda. Menjadi seorang perantau demi menuntut ilmu di kampus negeri yang lebih bagus tidaklah semudah yang saya bayangkan ketika masih duduk di bangku sekolah. Diantara ribuan orang yang juga menginginkan kampus negeri dan jurusan-jurusan favorit yang ada di dalamnya saya harus bersaing bersama mereka. Harapan besar dari orangtua dan keluarga untuk menjadi seorang terdidik dan lebih baik dari mereka menjadikan semangatku sekuat baja. Berangkat dengan kepercayaan diri diatas level saya yakin akan diterima dijurusan favorit saya.

Di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar , Alhamdulillah Saya lolos di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam di fakultas Dakwah dan Komunikasi. Di tahun-tahun pertama saya kuliah ini saya aktif di salah satu organisasi kampus, yaitu LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Saya yakin dengan aktif pada kegiatan- kegiatan maupun organisasi dapat menambah penglaman dan pelajaran baru yang akan banyak berguna di kemudian hari. 

Saya juga aktif di dalam kelas, serta senantiasa membagun hubungan emosional dengan baik bersama teman-teman, sehingga teman-teman mengamanahkan saya menjadi Ketua Tingkat.Jurusan BPI adalah jurusan yang bisa dibilang kurang popular tapi sangat luar biasa menurut saya. Bukan jurusan kedokteran yang diminati oleh puluhan ribu pelajar, bukanpulajurusan teknik atau hukum yang menjadi jurusan kebaggaan setiap orang. Bagaimana tidak? jurusan yang berfokus untuk Membimbing dan menjadi Penyuluh bagi masyarakat ini adalah jurusan yang besentuhan langsung dengan masyarakat, mengingatkan saya akan masyarakat Indonesia yang membutuhkan seorang generasi unggul yang dapat menjadikan Masyarakat Indonesia lebih maju dalam berbagai aspek.

Melalui jurusan Bimbingan dan Penyeluhan Islam ini saya harap mampu untuk menjadi mahasiswa yang kelak akan membangun Indonesia, membimbing dan mengarahkan masyarakat untuk sedikit demi sedikit bergeser dari kebiasaan buruk atau perspekstif mereka yang sering salah dikarenakan kurangnya pendidikan. BPI adalah jurusan psikologi islam yang akan banyak membantu menyelesaikan permasalahan sosial masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun