Mohon tunggu...
Rizal Djati Dwisepta
Rizal Djati Dwisepta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga

Traveller

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Perkembangan Angkutan Kereta Api Wilayah Cilacap pada Era Modernitas

10 Juni 2020   19:08 Diperbarui: 13 Juni 2020   22:37 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 (Sumber foto dari tokdiki.com diakses 01-07-2020)

Pada tahun 2020 ini menjadi sebuah tahun yang penuh rintangan dan perjuangan dengan melewati situasi Pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang ini. 

Dengan adanya Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak dari berbagai sektor terutama ekonomi dan pendidikan. Namun, dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat yaitu dampak ekonomi karena adanya pembatasan untuk beraktivitas diluar rumah dan melakukan suatu pekerjaan dengan work from home sehingga segala bentuk kegiatan dilakukan secara online unuk bisa berjalan dengan lancar serta tidak ada interaksi langsung antar warga dalam lingkungan masyarakat. 

Dampak ekonomi yang terlihat di masyarakat saat situasi pandemi ini yaitu berhentinya transportasi umum yang mengangkut masyarakat untuk berpergian baik didalam kota maupun ke luar kota sebagai akibat dari aturan pemerintah untuk dilarang mudik ke kampung halaman dan aturan PSBB yang membatasi aktivitas masyarakat berkegiatan diluar rumah. Menurut Purnawan Basundoro dalam bukunya yang berjudul Arkeologi Transpotasi: Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan Keresidenan Banyumas 1830 - 1940an, 

Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam sektor perekonomian karena kegiatan pengangkutan biasanya menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas ekonomi. Kegiatan perdagangan, perindustrian, dan pertanian tidak mungkin berjalan dengan baik. Apabila terjadi hambatan dalam sektor transportasi, maka kegiatan pada sektor - sektor ekonomi tersebut akan mengalahi hambatan pula, atau malah macet. Maka dari itu, transportasi angkutan kereta api pada situasi pandemi Covid-19 mengalami hambatan khususnya angkutan penumpang untuk menghantarkan masyarakat ke berbagai tujuan daerah, khususnya wilayah Cilacap Kota yang letaknya berada diujung selatan Jawa Karesidenan Banyumas sehingga jalur kereta api sudah terminus atau tidak ada yang mengubungkan ke wilayah yang lainnya kecuali stasiun Maos dan stasiun Kroya.

Perkembangan Historis Angkutan Kereta Api Wilayah Cilacap

          Sebelum akhir abad ke - 19, seluruh alat transportasi darat di wilayah Karesidenan Banyumas khususnya Cilacap adalah alat transportasi manual atau tradisional yang tidak menggunakan mesin, melainkan menggunakan tenaga hewan atau manusia untuk menjalankannya. Pengangkutan barang dagangan maupun barang - barang lain dari desa ke pasar - pasar pinggiran kota atau pasar dalam kota dilakukan dengan berbagai ragam alat transportasi tradisional. Jaringan komunikasi yang pertama kali dibuat di Kota Cilacap berupa sarana transportasi sungai dari daerah pedalaman Banyumas menuju Cilacap, karena pada masa ini jaringan transportasi darat belum memungkinkan untuk pengangkutan massal. Sarana transportasi tersebut adalah dengan memanfaatkan Sungai Serayu dan membuat sebuah terusan yang menuju ke Pelabuhan Cilacap. Pembangunan terusan sebenarnya telah di mulai sejak tahun 1832, akan tetapi karena mengalami beberapa kendala, baru pada tahun 1836 pembangunan terusan dapat diselesaikan. Pada awal abad ke - 20 transportasi di wilayah Cilacap semakin berkembang dengan dibangunnya trem oleh perusahaan trem swasta milik kolonial Belanda yaitu Serajoedal Stoomtram Maatschappij yang menyambung dari Maos hingga Banjarnegara. Namun, sebelum SDS dibangun pemerintah kolonial Belanda juga membangun jalur rel kereta api dari Yogyakarta hingga Pelabuhan Cilacap oleh perusahaan kereta api Staadsspoor (SS). Pembangunan transportasi trem swasta di Banyumas merupakan salah satu upaya bangsa Eropa untuk membuat jalur distribusi barang - barang mereka, pembangunan jaringan trem tersebut tidak dapat lepas dengan keberadaan pabrik gula. Sebelum jaringan trem dibangun, gula di wilayah Banyumas diangkut ke Pelabuhan Cilacap melalui Sungai Serayu. Sebagai contoh, pada tahun 1890 pabrik gula Klampok mengirim hasil gula produksi pertama sebanyak 1.190 ton melalui Sungai Serayu sampai ke stasiun Maos yang kemudian dilanjutkan dengan kereta api S.S. sampai Pelabuhan Cilacap (Verslag over de Staatspoorwegen in Nederlandsch Indie 1890 (1891). (Purnawan Basundoro: 2008, 63 - 74).

Dengan adanya jalur trem SDS dari Maos - Banjarnegara dan juga jalur kereta api SS dimana kedua jalur tersebut sama - sama mengangkut hasil industri pabrik gula, perkebunan, dan pertanian ataupun mengangkut penumpang yang memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat Karesidenan Banyumas khususnya Cilacap dan sekitarnya. Namun, pada tahun 1933 terjadi krisis dunia yang mulai terasa di Banyumas sehingga mengalami pengurangan volume pengangkutan barang kereta api S.D.S. Apalagi, hampir seluruh pabrik gula di Karesidenan Banyumas menghentikan produksinya atau kalaupun masih berproduksi sangat sedikit karena pasaran gula di luar negeri turun drastis sehingga para pengusaha gula mengubah orientasi pasar mereka. Mereka lebih mem- fokuskan penjualan di dalam negeri. Gula tidak lagi dikirim ke pelabuhan Cilacap, tetapi ke wilayah -- wilayah  pedalaman Banyumas. Terjadinya penurunan penumpang dan pengiriman hasil industri pabrik gula ke Pelabuhan Cilacap membuat trem SDS mengalami pendapatan yang turun dan seiring berjalannya waktu trem SDS operasionalnya berhenti dengan menyesuaikan kondisi pada saat itu aktivitas pengiriman hasil industri pabrik gula sudah tidak menggunakan angkutan trem SDS lagi dan beralih ke transportasi angkutan truk untuk mengirimkan ke wilayah pedalaman desa Banyumas saja serta disisi lain banyak perusahaan pabrik gula yang mengalami gulung tikar karena krisis ekonomi yang melanda wilayah Banyumas dan ekspor ke luar negeri pun juga mengalami penurunan dalam pengirimannya. Sehingga dengan berhentinya trem SDS dimana jalurnya dari Maos hingga Banjarnegara mengalami mati dan hanya tersisa jalur SS di wilayah Cilacap yang menghubungkan Pelabuhan Cilacap hingga Yogyakarta untuk pendistribusian barang hasil industri dari Yogyakarta sekitarnya menuju stasiun Cilacap ataupun wilayah Karesidenan Banyumas yang lainnya seperti Kutoarjo, Kebumen, Gombong, serta Purwokerto dan mengangkut penumpang juga bagi para pedagang di wilayah desa yang terlewati dengan jalur kereta api dan akan hendak berjualan di pusat kota seperti Kebumen, Gombong, Maos, dan Cilacap. 

tjilatjap-history-20200607-133859-0-1-5ee05ea7d541df3df95a1432.jpg
tjilatjap-history-20200607-133859-0-1-5ee05ea7d541df3df95a1432.jpg
 Gambar 2 Jadwal Perjalanan SS dari Maos - Cilacap (Sumber Gambar Instagram Tjilajap History diakses 30-05-2020).

img-20200316-wa0014-1-5ee0611e097f366d284a14c2-5ee08669097f367b153d24c3.jpg
img-20200316-wa0014-1-5ee0611e097f366d284a14c2-5ee08669097f367b153d24c3.jpg
Gambar 3 Suasana stasiun Cilacap pada zaman dahulu dan jalur percabangan menuju pelabuhan Cilacap (Sumber Foto dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Cilacap).

Pasang Surut Angkutan Kereta Api Cilacap Awal Abad ke - 20 Hingga Masa Sekarang

          Pada era modern awal abad ke - 20 jaringan transportasi kereta api di wilayah Cilacap perkembangannnya sudah mulai menurun karena aktivitas pelabuhan Cilacap sebagai tujuan utama pengiriman barang - barang hasil industri pabrik gula Karesidenan Banyumas dan Yogyakarta mengalami penurunan karena krisis ekonomi yang melanda Hindia Belanda sehingga aktivitas transportasi kereta api dari stasiun Cilacap menuju ke beberapa wilayah yang dilalui jalur kereta api SS sampai ke Yogyakarta hanya mengangkut penumpang dan barang saja hingga saat ini. Pada tahun 1957 aktivitas pelabuhan Cilacap sudah tidak seramai pada zaman Hindia Belanda dan Jepang yang melakukan ekspor ke luar negeri sehingga angkutan transportasi barang hanya mengangkut minyak dan pupuk dari pelabuhan Cilacap yang akan dikirim ke berbagai kota di wilayah Karesidenan Banyumas dan sekitarnya hingga Yogyakarta. Dengan menurunnya aktivitas pelabuhan terhadap kegiatan ekspor ke luar negeri, Pemda Cilacap melakukan pemutusan jalur yang ada di pelabuhan dan hingga sekarang ini yang masih aktif hanya satu jalur saja menghubungkan ke stasiun Cilacap untuk angkutan minyak dan pupuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun