Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apel Pagi atau Coffe Morning?

20 Oktober 2010   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:16 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masih penting kah apel pagi kalau isinya cuma begini", Faiz temen saya memulai obrolannya pada suatu kesempatan. Sebagai seorang pegawai negeri memang ada rutinitas seremonial yang wajib diikuti di kantornya yaitu  melaksanakan apel pagi setiap hari senin. Kegiatan yang biasanya dimulai dengan menyiapkan barisan oleh pemimpin upacara, pengormatan kepada pembina upacara, pembacaan Panca Prasetya Korpri (Kode Etik Korps Pegawai Negeri Indonesia dalam Janji/Komitemen) dan inti dari kegiataan ini adalah amanat dari pembina upacara, yang biasanya diisi oleh pejabat di tempatnya bekerja.

"Lho bukankah kegiatan apel ini termasuk kegiatan yang memupuk budaya disiplin kerja di kantor pemerintah seperti tempatmu bekerja itu?", saya mulai menanggapi obrolannya. "Paling tidak dalam waktu lima hari kerja ada pencerahan dan pembinaan dari pejabat-pejabat dilingkungan mu bekerja".

"Nah itu dia yang saya anggap apel pagi ini menjadi tidak penting, lho kalau event yang ditunggu-tunggu kehadirannya selama satu minggu ini, isi amanat dari pembina upacarnya gak ada yang istimewa, saya masih begitu ingat ketika zaman sekolah dulu, setiap hari senin melakukan kegiatan upacara, yang isi amanatnya sampai sekarang masih saya ingat dengan jelas" Anak-anak karena kita akan menghadapi ujian, maka belajarlah kalian dengan rajin di rumah, jaga kebersihan dan selalu patuhilah nasehat orang tua dan guru-guru kalian" kata temen saya ini sambil menirukan gaya kepala sekolahnya ketika menyampaikan amanat Pembina upacara. "Pun demikian isi amanat Pembina upacara di tempat saya ini, isinya ya kurang lebih sama  " Marilah kita tingkatkan disiplin kerja di lingkungan kita, dan terima kasih atas kesediaan Bapak Ibu untuk menghadiri kegiatan apel kita ini.

"Selesai apel pagi, ya sudah, semua berjalan seperti biasa, tak ada hasil yang menonjol, yang rajin datang pagi ya tetap datang pagi, yang rajin bekerja ya tetap begitu, pun pegawai yang malas, dan tak ada target dalam bekerja, tetap asyik dengan kebiasaanya, coba bandingkan dengan tempatku bekerja dulu, walupun tidak harus setiap minggu, karena biasanya dilakukan diawal bulan dan diakhir bulan, ada istilah coffee morning, yang suasananya lebih santai dan kekluargaan, tapi muatannya menurut saya lebih baik, karena disitulah pemimpin perusahaan atau yang mewakili membuka forum bagi para pegawainya, untuk menyampaikan unek-unek, saran, hasil yang telah dicapai dan langkah apa yang akan dilakukan untuk kedepan agar target yang telah di dibuat dapat tercapai".

"Saya rasa itu lebih bermanfaat dibandingkan berbaris didepan kantor setiap hari senin pagi, berpanas-panas ria hanya untuk mendengarkan amanat yang itu-itu saja isinya, tapi penerapannya tidak ada". Ah kritis juga teman saya ini aku berfikir dalam hati, seandainya semua pegawai pemerintah mempunyai sikap kritis seperti ini, saya rasa good government di negeri ini bukan cuma jadi mimpi.

"Jadi mulai senin besok kamu tidak mau ikut apel lagi?" saya pun bertanya. " Bukan saya tidak mau apel pagi, yang saya kritisi itu muatan dan hasilnya, dan sepertinya tidak pernah ada evaluasi dari penerapannya, bagaimanapun juga sebagai pegawai saya harus taat kepada peraturan yang berlaku".

"Makanya kalau suatu saat menjadi pemimpin, rubahlah kebiasaan yang menurutmu belum baik itu, dengan tetap berpegang pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku, pasti kebijakanmu akan di dukung bawahan ". Obrolan kami pun diakhiri.

So pilih apel pagi atau Coffe Morning?. Semoga akan ada perubahan, selamat berkarya dan bekerja.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun