Mohon tunggu...
Rizal Falih
Rizal Falih Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Ingin belajar membaca dan menulis\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mau Shalat? Bayar Dulu

9 Oktober 2010   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:35 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Gila nih kapal, kenapa mau sholat aja mesti bayar, perlu dilaporin nih ke dinas terkait, bukanya negara menjamin kebebasan beribadah" begitu bunyi sms temen saya Faiz yang kemaren sore  berangkat ke Jakarta untuk menemui anak dan istri tercintanya, setelah lima hari kerja dinas di daerah,  sudah menjadi kebiasaannya mudik ke kota untuk bertemu keluarga kecilnya, deg saya kaget juga dibuatnya, karena penasaran akhirnya saya telpon dia.

"Masa sih mau sholat mesti bayar?" Saya bertanya sambil tidak percaya. " Karena ada urusan mendadak saya  tadi izin ke atasan untuk pulang lebih cepat, sampai di dermaga saya buru-buru naik kapal, karena belum sholat ashar, jadi saya enggak memilih-milih kapal lagi", begitu teman saya ini memulai ceritanya. "Kapal yang saya tumpangi ini ada dua deck penumpang, kelas ekonomi di deck satu dan kelas II/AC diatas di deck dua. Karena belum sholat saya cari-cari mushola di kelas ekonomi ternyata enggak ada".

"Mungkin di kelas AC?", saya bertanya  lagi. "Itu dia, musholanya ada di atas di kelas AC, tapi tangga menuju ke sana cuma ada satu, dan disana ada petugas jaganya, jadi kalau mau kesana mesti bayar dulu".

Oh itu yg dia maksud mau sholat musti bayar dulu, aku mulai paham maksudnya." Ya sudah dibayar saja", saya memberikan saran. "Bukan saya tidak mau bayar, masa  orang mau sholat mesti bayar dulu, gimana coba kalau ada penumpang yang ongkosnya pas-pasan,  masa dia enggak sholat hanya karena tidak ada uang, mau digabung sholatnya lebih tidak mungkin lagi, memangnya boleh sholat ashar, magrib dan  isya digabung jadi satu, ajaran dari mana itu?, ya sudahlah saya bayar saja, daripada habis waktu sholatnya", begitu cerita teman saya sebelum menutup teleponnya.

Mengenai memilih-milih kapal saya jadi teringat ceritanya yang lain, setelah beberapa bulan bertugas di daerah, hampir setiap akhir pekan dia pulang ke Jakarta, pernah saya tanyakan kenapa mesti pulang setiap minggu, bukankah itu menambah beban biaya yang harus ditanggung juga.

"Saya kan punya tanggungjawab untuk mendidik anak saya yang masih kecil, memberikan kasih sayang, dan harus memberi nafkah lahir bathin istri saya, masalah beban biaya, rezeki itu bisa datang dari mana saja", begitu penjelasannya setiap kali saya tanya, masuk akal juga.

Kapal di dermaga itu jenisnya bermacam-macam, ada yang sudah tua, dengan fasilitas apa adanya, ada juga yg masih bagus dengan fasilitas AC dan gratis tak perlu bayar kalau mau masuk ke ruangannya.

Bahkan ada yang menyediakan fasilitas hiburan orgen tunggal dengan biduan yang cantik dan maaf  kadang tariannya erotis, padahal penumpangnya kan bukan cuma orang dewasa, ah sudahlah, bukankah hiburan itu hak asasi manusia juga, tapi yang lebih membuat prihatin kadang tempatnya bersebelahan dengan fasilitas untuk beribadah. Kalau yang ini mungkin karena tempat yang terbatas fikir saya,

Saya pun bingung kenapa fasilitasnya bisa berbeda-beda, padahal setahu saya ongkos di loket pembayaran sama saja, sehingga teman saya yang satu ini biasanya memilih naik kapal yang menurutnya masih bagus, biar aman dan nyaman dalam perjalanan katanya, ada-ada saja menurut saya, bukankah kalau sudah menyangkut waktu, orang sering mengabaikan kenyamanan dan keamanan.

Tiba-tiba Faiz menelpon saya lagi "oh ternyata saya salah sangka", begitu katanya, "salah sangka gimana?" tanya saya, "Tadi iseng-iseng saya pesen kopi mix di kantin, iseng karena saya tau harganya bisa tiga kali lipat dibanding diluar sana, terus saya ngobrol dengan petugas kantinnya, saya tanya kenapa mushola mesti di kelas II/AC, jadi kan penumpang kalau mau shalat mesti bayar dulu,  ah enggak pak, kalau cuma mau shalat bapak tinggal bilang sama petugas jaganya, nanti tidak diminta bayaran koq begitu penjelesan petugas kantin".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun