Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Usia 40-an Lebih Baik dari 20-an

21 November 2016   09:35 Diperbarui: 21 November 2016   09:49 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dulu, saat saya mengakhiri usia 20 an dan menjelang usia 30, saya merasa lumayan stress, karena kata orang, masa remaja adalah masa yang paling indah, dan memasuki usia 30 berarti tamatlah dunia saya yang indah itu, dan setelah 30 apa yang terjadi? Saya akan berusia 40!!! Kiamat!! Jadi cuma segini aja pencapaian saya??

Tapi, saat saya berusia 35 tahun menjelang 40 an perlahan-lahan rasa stress itu pun hilang, malah yang timbul adalah perasaan damai dan tenang. Diusia 40 an saya malah jadi lebih percaya diri, karena saya akhirnya mengerti, siapa diri saya. Saya jadi lebih mengerti apa tujuan hidup saya, fokus pada apa yang saya ingin capai dan membuang apa yang tidak penting bagi kehidupan saya. 

Saya belajar untuk tidak terlalu peduli lagi kepada kritik dari orang-orang yang hanya punya sedikit peranan dalam hidup saya. Ini tidak mungkin terjadi di usia 20-an, apa lagi jaman masih remaja labil, rasanya pendapat orang kok ya penting banget, bahkan orang-orang yang tidak saya kenal. Kalau ada teman saya yang menertawakan saya, saya akan pusing memikirkan, 'apa ya? yang salah pada diri saya sampai ditertawakan?' 7 hari7 malam akan saya pikirkan! Kalau orang menggosip tentang saya, huaah.. rasanya kiamat deh dunia. Sebel sebel sebeeell deh boo!

Di usia 40-an, orang-orang yang menyebalkan seperti itu, dengan kepercayaan diri seorang wanita dewasa, saya hadapi secara langsung. Entah kenapa saya tidak takut lagi berargumentasi dengan orang, disaat saya tahu saya benar. Dan kalau mereka ngotot untuk bersikap menyebalkan, saya langsung menendang mereka keluar dari kehidupan saya. CIAAATT!! Gubrak!

Apakah saya jadi egois? Justru tidak. Berkat pengalaman hidup saya, saya justru lebih belajar mengerti akan kesulitan dan rasa sakit orang lain. Kalau ada yang minta tolong dan saya bisa, ya saya bantu. Akan tetapi, kalau itu akan menyulitkan saya, ya saya tidak memaksakan diri untuk membantu orang, saya doakan saja mereka atau saya referensikan mereka kepada orang yang lebih mampu untuk membantu. Saat saya masih 20-an, saya akan pontang panting menolong orang tanpa peduli kalau saya sendiri hancur (duilee.. lebay). Sikap yang benar-benar bodoh dan akhirnya saya dimanfaatkan oleh banyak orang-orang narsis dan tidak punya perasaan. 

Selain itu, diusia 40-an ini, alhamdulillah saya kok lebih banyak bersyukur. Saya bersyukur atas hal-hal yang sebelumnya saya anggap biasa saja. Saya bersyukur kepada pilihan hidup saya yang single dan nyaman. Saya bersyukur karena saya punya otak yang lumayan kreatif da masih bekerja dengan baik, bersyukur atas kesehatan saya, bersyukur atas orang-orang yang baik kepada saya. Dan karena rasa syukur saya, kok ya lebih mudah mengendalikan rasa takut dan amarah yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari. Bersikap baik dengan orang ya jadi lebih mudah.  Rasa syukur akan kesehatan saya diwujudkan dengan usaha untuk hidup yang lebih sehat. Alhamdulillaaah..

Selain itu, saya sekarang merasa lebih tenang kepada masa depan saya. Di usia 20-an, saya begitu ambisius, ngotot, dan selalu cemas, apalagi yang bisa saya capai besok? Target! Target! Target! Semuanya dilakukan untuk mencapai target. Dan kalau sudah tercapai, bikin target baru lagi. Kalau tidak tercapai, stress!! Kesehatan pun tidak diperdulikan, yang penting ini itu harus bisa didapat. Tetapi syukurlah saya mendapat peringatan dari Allah melalui sakit yang cukup berat sampai saya tidak bisa apa-apa, bahkan duduk pun tidak bisa. Setelah itu, saya mengerem diri saya. Saya tetap bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi sekarang saya lebih memperhatikan peringatan dari tubuh saya. Kalau sudah lelah, ya saya stop. Ternyata benar, rezeki itu dari Allah, selama saya cukup berusaha, ada saja rezeki yang saya dapat. Akhirnya saya memasrahkan saja hidup saya kepada yang Maha Kuasa.

Banyak orang berhenti mempelajari sesuatu yang baru begitu memasuki usia 30-an, tetapi saya menjelang usia 40 an justru mempelajari banyak hal-hal yang baru, berkenalan dengan teman-teman baru, melakukan hal-hal yang tidak saya sangka masih mungkin dilakukan orang seusia saya. Misalnya saya belajar main piano (lumayan Fur Euis eh.. Elise sudah lumayan lancar), belajar bahasa Perancis (comment allez-vous?), rencananya mau kembali belajar mandarin, belajar mengendarai motor (sereeeemm!!), belajar menulis di kompasiana, belajar sketsa dan diupload ke instagram, dan masih banyak lagi. Mungkin itu juga kenapa saya menikmati usia 40 saya. Mungkin yaa...

Kalau saya tahu umur 40-an itu begini menyenangkan, kenapa juga ya saya menghabiskan usia 20-30-an saya untuk khawatir? tapi yaaa... Kalau usia harapan hidup sekitar 75-80, saya masih punya sekitar 30an tahun untuk menikmati hidup. Jadi nggak terlalu sia-sia banget lah....Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun