Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial Merusak Citra Hijabers

5 Juli 2020   03:52 Diperbarui: 5 Juli 2020   04:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Pixabay: bayangan-hitam-matahari-terbit

Tiongkok mematahkan dominasi ini dengan cara jauh lebih cerdas ketimbang Amerika.

Sementara platform media sosial amerika dipenuhi oleh buzzer dari Rusia, Tiongkok dan negara-negara lain, sehingga rakyat Amerika mendapatkan pengaruh dari mereka juga. Tiongkok dengan Tiktoknya merajai tanpa mempengaruhi rakyatnya sendiri.

Tiongkok memiliki Tiktok versi mereka sendiri DouYin yang sudah lebih dahulu populer dengan jumlah user yang luar biasa besar, menggunakan karakter Hanzi (huruf Kanji Mandarin) sehingga mereka tidak tertarik mengikuti Tiktok versi Internasional.

Lagipula Tiktok versi internasional tidak memiliki pilihan huruf Hanzi Sederhana yang digunakan oleh rakyat Tiongkok, hanya ada pilihan huruf Hanzi Tradisional yang digunakan oleh rakyat Taiwan. Sebaliknya, banyak orang bisa berbahasa Mandarin dan mau bergabung dengan DouYin. Untuk apa? Kan sudah ada Tiktok?

Dengan ini, mereka bisa mempengaruhi seluruh dunia, bahkan Amerika, untuk melakukan propaganda Tiongkok atau setidaknya mempromosikan produk Tiongkok. Sementara rakyat Tiongkok tidak bisa dipengaruhi secara masif. Mungkin ada beberapa agen rahasia yang mencoba, tapi tentu saja tidak banyak.

India menyadari hal ini lalu mematahkan pengaruh Tiktok dengan membannya beserta puluhan platform Tiongkok lainnya.

Polarisasi yang basi ini, konservatif vs Liberal dan sejenisnya, jelas dianggap banyak pihak masih efektif. Sehingga masih ada di Indonesia dimana-mana.

Berbagai pihak yang  sudah pernah mendapatkan keuntungan dari hal ini secara turun temurun dan ingin terus mempertahankan keuntungan ini, ingin membuat rakyat saling membenci secukupnya, sehingga sibuk sendiri dan tidak menyadari bahwa mereka membuat berbagai keputusan penting yang  menguntungkan diri mereka sendiri.

Tapi untuk rakyat, ini bisa jadi sangat merugikan kita. Kita terlalu sibuk untuk bertengkar mengenai hal-hal yang sepele, memelototi satu sama lain, sementara negara lain menatap kedepan dan memoles diri mereka. Seperti Korea dengan semangat meningkatkan industri kreatif mereka, Tiongkok dengan berbagai kemajuan Teknologi yang mereka dapat dari pengembangan industri yang mereka curi dari banyak tempat.

Seperti pegawai toko yang membuat saya batal belanja dengan perlakuan diskriminatif mereka pada saya. Kita terlalu sibuk saling menghujat ketimbang berusaha mensejahterakan rakyat, bersikap puas mendapatkan remah-remah sementara Sumber Daya Alam kita semakin kering dan pada akhirnya kita tidak punya apapun untuk diwariskan ke anak cucu selain kebencian.

Kita juga bisa belajar dari sejarah, bahwa polarisasi ini bisa berakibat fatal bagi rakyat saat mereka yang berada dipuncak sedang terlibat dalam perang dagang atau perebutan wilayah. Yang akan mengorbankan nyawa, yang usahanya akan hancur, adalah rakyat. Bukan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun