Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Perburuan Penyihir: Salem

20 Juli 2019   15:15 Diperbarui: 20 Juli 2019   15:18 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Salem, Massachusetts, Amerika, 1692. Betty Paris, putri dari Pendeta Samual Parris, dan sepupunya Abigail Williams, mendadak kejang-kejang dan histeris. Mereka seolah ditarik kesana kemari oleh kekuatan yang tidak terlihat. Tangan, punggung, leher dan kaki mereka meliuk-liuk kesegala arah dalam posisi yang aneh. Tidak mungkin mereka bisa melakukan itu dengan sengaja.

Mereka tidak bisa makan, tidak bisa bicara, hanya menjerit-jerit histeris saja. Merangkak-rangkak kebawah mebel sambil mengeluarkan suara-suara menyeramkan.

Dokter yang dipanggil pun kebingungan. Tidak ada, sepanjang pengetahuannya, penyakit semacam ini. Menemui jalan buntu, akhirnya dokter menjatuhkan diagnosanya : kedua anak ini adalah korban Ilmu Sihir.

Di tahun 1450 sampai tahun 1800 an, diagnosa penyakit yang diakibatkan ilmu sihir merupakan hal yang dianggap normal. Senormal diagnosa terhadap penyakit flu dan muntaber.

Saat itu penyihir dianggap sebagai orang-orang jahat, yang dengan bantuan kekuasaan gelap atau setan melakukan berbagai kerusakan demi keuntungan pribadi mereka. Saat mereka menginginkan sesuatu dan tidak diberikan, maka mereka akan mengutuk korbannya atau hewan peliharaan mereka.

Karena kekejamannya, penggunaan ilmu sihir dalam undang-undang dimasa itu merupakan kejahatan besar. Jika terbukti melakukan sihir, maka hukumannya sangat berat, mulai dari denda yang sangat besar, sampai hukuman mati.

Karenanya diagnosa dokter atas Betty dan Abigail menimbulkan kegemparan. Siapakah yang berani-beraninya mengutuk mereka dengan sihir? Lalu bagaimana mereka bisa mencari Tukang Sihir tersebut?

Akhirnya seorang budak, Tituba, yang berdarah Indian, berinisiatif untuk membuat sebuah kue yang dicampur dengan air kencing (bwekh) dari kedua anak korban sihir tersebut. Kue ini kemudian diberikan kepada seekor anjing pelacak, yang dipercaya akan dapat menunjukkan mereka kearah si penyihir.

Ini malah membuat murka Pendeta Samuel. Karena metode seperti ini tidak ada dalam ajaran Kristen. Ini pastilah cara-cara penyihir!

"Kita tidak boleh meminta bantuan Setan untuk mengejar Setan!" Serunya marah,"Sekarang setan sudah ada dimana-mana. Kita harus berpuasa dan berdoa untuk dapat mengusir mereka!"

Tetapi setelah berminggu-minggu berpuasa, situasi kedua anak ini tidak kunjung membaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun