Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Manfaat Belajar Bela Diri, Lebih dari Sekadar Jago Berantem

14 Juni 2019   12:04 Diperbarui: 14 Juni 2019   12:11 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat melihat tawuran antar remaja, atau membaca pertengkaran di sosial media, hampir selalu saya berpikir, 'Alangkah baiknya jika anak-anak ini sedari kecil berlatih bela diri!!'

Yang kemudian dibantah dengan berbagai pendapat -negara bebas, semua boleh membantah saya- yang terbanyak adalah mereka yang mengatakan, 'Jaman sekarang, anak-anak berantem menggunakan pedang, pisau, bahkan senjata api. Apa gunanya tinju disaat bertengkar dengan orang yang siap menembak?'

Juga ada yang mengatakan, 'Wah, anak-anak nakal itu tanpa bisa bela diri saja sudah begitu sulit dikendalikan. Apalagi jika bisa bela diri, tentu akan lebih sewenang-wenang lagi dong?'

Dan mereka benar, jika hanya untuk berantem, belajar bela diri bisa jadi terasa sia-sia. Kecuali jika mau menjadi atlit profesional, dimana mereka akan 'berantem' di gelanggang, dalam situasi yang terkontrol oleh berbagai aturan yang ketat. Barulah mereka bisa memanfaatkan ilmu beladiri mereka secara maksimal.

Tapi lebih dari untuk berantem, lebih dari sekedar membela diri, belajar Bela Diri punya banyak sekali manfaat tambahan :

Menyalurkan insting petarung kita

Pada dasarnya banyak dari kita adalah petarung untuk survival. Dizaman nenek moyang kita, mereka harus  mengejar-ngejar hewan buruan untuk survive, berperang melawan suku atau negara saingan untuk menguasai suatu wilayah, bertarung mati-matian memperebutkan tahta. 

Hal ini di jaman sekarang sudah jarang tentunya. Orang mengadakan pemilu untuk merebutkan tahta, mengadakan perjanjian antar wilayah, dan perburuan kita akan makanan biasanya sangat terbatas dengan berburu ke supermarket mendapatkan ayam yang sudah dipotong atau bahkan sudah dimasak.

Tapi insting bertarung kita tetap ada dalam DNA kita. Kadang kita menyalurkannya melalui dukungan kita pada tim bola favorite, bertengkar di sosial media. Tapi bagi sebagian orang, terutama remaja dengan energi berlebih, itu tidak cukup. Mereka ingin merasakan secara fisik pertarungan itu. Jika ini tidak disalurkan, mereka akan gelisah. Mudah emosi.

Sparring, beradu satu lawan satu, saat belajar bela diri bisa menyalurkan insting ini. Menaklukkan lawan, untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Apalagi jika banyak mengikuti turnamen dan lomba. Dan setelah insting ini cukup disalurkan, maka kehidupan akan bisa berlangsung dengan lebih tenang. Sudah puas digelanggang, tidak perlu lagi bertengkar dijalanan.

Belajar Disiplin Pengendalian Diri

Dipukul itu sakit. Itu salah satu hal penting yang didapatkan saat belajar beladiri. Dengan itu biasanya, semakin lama seseorang belajar bela diri dia akan mengerti betapa dia harus berhati-hati agar tidak kena pukul DAN berhati-hati agar tidak sampai menyakiti orang lain.

Orang yang suka memprovokasi orang lain biasanya tidak mengerti betul resiko dan sakitnya jika orang sampai membalas. Bahkan tidak mengerti bahwa sejauh mana dia bisa melukai orang lain. Apalagi jaman sekarang orang suka mengancam dengan hukuman penjara sehingga secara fisik mereka bisa menghindar dari konsekuensi perkataan mereka. Karenanya mereka akan terus menerus memprovokasi orang tak terkendali sampai melampaui batas sehingga timbulah kekacauan yang besar.

Orang yang sudah mengerti resikonya secara fisik melalui disiplin beladiri akan belajar untuk berhati-hati. Saat sparring, orang akan belajar mengendalikan emosinya, karena saat pikiran kita tertutup kabut emosi, apakah kemarahan atau rasa takut, kita tidak akan bisa mengendalikan gerakan kita, tidak bisa mengantisipasi gerakan lawan apalagi mengalahkan lawan. 

Itulah sebabnya kebanyakan orang yang jago beladiri akan punya kendali diri lebih. Mereka justru akan menghindari pertengkaran, dan mencari jalan kompromi. Semakin tinggi ilmu beladiri seseorang semakin pandai dia mengendalikan diri.

Melatih refleks tubuh

Latihan jurus, biasanya merupakan hal yang sangat membosankan tapi penting dalam belajar bela diri. Tujuan dari latihan jurus adalah melatih memori otot kita untuk mengantisipasi dengan tepat saat ada serangan datang. 

Untuk menggambarkan cara kerja memori otot adalah saat kita belajar menalikan sepatu. Saat pertama belajar, waktu kita kecil, kita harus mengingat setiap langkah : lipat tali berbentuk lingkaran di tangan kanan dan kiri, taruh lingkaran kanan diatas  lingkaran kiri, putar, lalu tarik, terbentuklah ikatan kupu-kupu. 

Tapi setelah sepuluh kali melakukannya kita bisa menalikan sepatu sambil mengobrol, bahkan tanpa melihat kaki kita lagi. Itu karena otot tangan kita sudah mengetahui apa yang harus dilakukan.

Melatih otot kita melalui jurus, tidak saja melatih refleks kita saat ada serangan datang dalam perkelahian. Tapi juga refleks kita sehari-hari. Misalnya saat terpeleset, kita akan lebih cepat meraih sesuatu dan menstabilkan diri. Menghindari tabrakan dengan orang lain saat sedang berjalan di pedestrian. Hal-hal sederhana seperti itu, sangat bermanfaat, terutama untuk mereka yang punya kecenderungan ceroboh dan linglung, seperti saya. heheheh..

Manfaat lain tentunya badan menjadi sehat dan stamina lebih tinggi berkat latihan olahraga beladiri yang teratur.

Jadi dengan memberikan latihan bela diri yang baik dan benar, kita bisa mengharapkan tercipta generasi muda yang sehat, percaya diri, bersikap ksatria dan tidak membuang-buang energi melakukan hal-hal yang bodoh tidak berguna. Sekalipun mereka mungkin tidak jadi jagoan berantem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun