Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Negeri dengan Amarah Terpendam

18 Mei 2019   12:31 Diperbarui: 18 Mei 2019   13:39 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tadi saya baru membaca satu puisi dimana penulisnya mengatakan kurang lebih : Jangan karena saya diam, jangan karena saya bersikap ramah, maka saya tidak marah pada sikapmu. Bahkan bisa dikatakan sebetulnya dia sangat marah dan ingin agar objek puisinya untuk berhenti melakukan sesuatu.

Hal ini bukanlah hal baru dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bahkan teman-teman saya ada juga yang bersikap seperti ini. Saat marah pada saya mereka hanya menyindir halus dan tetap bersikap ramah pada saya. 

Saya ini orang yang polos dan lugu. Omongan saya keras, tapi saya tidak berniat jahat pada orang. Saya tidak bermuka dua. Saat saya memuji, berarti saya betul2 suka. Saat saya mengomel, maka betul ada masalah. Saya tidak akan bersembunyi dibalik senyum saya, apalagi kalau saya tahu kalau saya diam orang akan terjebak masalah. Saya akan bicara, memberi peringatan. Jadi betapa terkejutnya saya saat tahu, teman2 yang saya anggap sahabat baik, yang selalu saya bela. Yang saya anggap sebagai prioritas hidup saya, ternyata diam-diam sangat membenci saya. 

Biasanya saya baru mengetahui ini melalui dua hal : yang pertama adalah tahu dari orang lain, yang kedua mereka menyerang saya atau mendadak memusuhi saya. Mungkin karena mereka merasa kemarahan dalam diri mereka sudah terakumulasi dan meledak jadi suatu kemarahan besar. Mereka mengatakan : Ini orang sudah disindir2 kok tidak ngerti juga! 

Dimana ada aturan orang harus bisa mengerti sindiran? Apalagi sindiran tidak jelas? Apalagi sambil menyindir tersenyum2 ramah!!

Dan yang paling parah : Mereka merasa mulia saat melakukan hal itu. Padahal mungkin sudah menyumpah2i saya dalam doa mereka.

Saya jadi teringat cerita salah satu expatriate dari Jerman yang lama tinggal di Indonesia, dia mengatakan : Kalau di Jerman, orang terbiasa menyatakan apa yang dirasakannya. Mereka tidak terbiasa pura-pura ramah padahal dalam hati merasa kesal. Kalau marah, maka ungkapkan kemarahan dalam dialog. Berdiskusi. Sehingga masalahnya bisa diselesaikan. 

Kalau merasa tersinggung, mereka akan berkata : Maaf ya. Itu menyinggung perasaan saya. Atau bertanya lebih jauh : Coba jelaskan apa maksud kamu mengatakan itu pada saya? Karena saya menangkapnya sebagai begini. Atau seperti kasus diatas, kenapa sipenulis tidak bicara langsung pada objectnya untuk berhenti melakukan hal yang dia tidak suka?

Kalau di Indonesia, semua selalu tersenyum. Bahkan menolak sesuatu dengan kata-kata pun tidak bisa. Selalu berputar-putar mencari alasan. Kalau sampai terjadi dialog, biasanya sudah merupakan ledakan dari perasaan yang dipendam dan dipendam. Si Jerman ini mengaku awalnya sangat kebingungan saat berada di Indonesia. Sebetulnya apa maunya sih orang-orang ini?

Ledakan amarah di negara ini, yang disalahkan pada PKI dan Khilafah, menurut saya terutama karena tidak ada dialog antara satu bagian dengan bagian lainnya di negara ini. Kita terbiasa mengisolasi diri di pulau-pulau yang berbeda. Bahkan dipulau yang sama, kita akan mengisolasi diri dalam suatu suku-suku yang berbeda. Jadi kalau ada masalah akan bisa dipendam dalam bisik2 penuh kecurigaan dikalangan mereka tersendiri.

Sayangnya sekarang, di zaman internet ini, isolasi tidak lagi bisa dilakukan. Semua nya terekspose dengan jelas di sosial media. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun