Mohon tunggu...
Rian Yulianto
Rian Yulianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

WARKOP DKI Reborn: Sebuah Refleksi Kerinduan dan Nilai Sosial Kemasyarakatan

11 September 2016   10:20 Diperbarui: 11 September 2016   10:38 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

WARKOP DKI REBORN

(Sebuah Refleksi Kerinduan dan Nilai Sosial Kemasyarakatan)

*Oleh Rian Yulianto, S.Pd.I

Masyarakat Indonesia saat ini sangat merindukan dunia perfilm-an di masa lalu. Inilah yang penulis baca dari keadaan masyarakat yang mengetahui informasi dari berbagai media. salah satu yang menggemparkan informasi ini adalah Fanspage Facebook. Penulis melihat sampai tulisan ini dibuat viewer-nya sudah mencapai 448.914 penonton. Jumlah sebanyak itu baru trailer-nya, belum film aslinya yang ditayangkan di bioskop seluruh Indonesia. Ketika film diputar perdana pada tanggal 8 September 2016 penonton di bioskop sudah membanjir mencapai hampir 300.000 penonton. Hal ini menandakan bahwa masyarakat rindu akan banyolan Trio Warkop.

Di atas hanya sedikit informasi mengenai gambaran pemutaran flm Warkop DKI Reborn. Di sini penulis tidak akan menulis ceritanya secara ilmiah banget, takut dikira orang pintar. Toh hanya amatir. Penulis berangkat dengan empat teman yang sangat melonggarkan waktu dan biayanya, dia adalah Ferdi sang fotografer, Podang sang guitaris dan Buyung si bocah ngapak dari Banjarnegara sang Konselor. Berangkat dari kampus IAIN Surakarta dengan motor Megapro dan Shogun 125 SP. Walaupun terkendala mogok wal hasil mendorong namun akhirnya sampai juga di Solo Square tempat kami menonton film ini. Antrian panjang pun seperti biasa terjadi, ya karena memang film ini sedang Booming ada yang niatnya ngajakin pacar atau istri dan ada yang iseng cari hiburan seperti kami berempat.

Saat itu kami duduk di tempat yang terpisah dan gak sabar untuk segera menyaksikan film apik dari Falcon Pictures. Film pun diputar, aura warkop sangat terasa ketika Mbah Indro menjadi pembaca berita dalam acara televisi “Dunia dalam Berita”, beritanya informatif, namun tetap akhirnya gak jelas. Ya dari gak jelas itulah banyolan-banyolan dalam film ini diawali. Penonton pun tertawa terbahak, memang rindu akan lelucon dari mbah Dono, Kasino, dan Indro. Kemudian muncullah ketiga aktor terpilih Indonesia untuk memerankan mbah DKI. Mereka adalah Abimana sebagai Dono, Vino G. Sebastian sebagai Kasino dan Tora Sudiro sebagai Indro.

Sekilas mengenai bahasa yang mereka gunakan yaitu, Dono dengan bahasa khas Jawanya, Kasino dengan khas bahasa Ngapaknya, dan Indro dengan bahasa khas Medannya. Ketiganya sangat menikmati perannya, ya walaupun meniru sampai mirip itu susah. Salah satu yang bikin penonton tertawa terbahak-bahak adalah Indro yang disumpahin menjadi botak kemudian Mbah Indro benar-benar muncul, kemudian Kasino dengan kata-katanya yang unik “Dasar Monyet Bau, Kadal Bintit, Muka Gepeng, Kecoa Bunting, Babi Ngepet, Dinosaurus, Brontosaurus, Kirik....!!!! itulah yang dirindukan masyarakat. Keren mereka bertiga.

 “Jangkrik Boss” itulah tema yang disampaikan pada Warkop DKI RebornPart 1 ini. Mereka memerankan diri sebagai CHIPS yang bekerja sebagai agen sosial yang bergerak dalam pelayanan masyarakat. Gaya bicara si Boss yang tidak bisa mengucapkan huruf “r” yang ketika marah malah membuat penonton ketawa, mungkin pemerannya juga di Behind The Scenejuga tertawa, karena itu memaksakan. Hal ini ada sebuah nilai bahwa sesuatu hal yang dipaksakan memang susah namun pasti bisa.

Kembali ke cerita, film tersebut selain sebagai obat rindu bagi masyarakat namun juga bernilai sosial masyarakat yang lumayan tinggi. Pada awalan-awalan pemutaran ditayangkan adegan mengenai kemacetan Jakarta. Sebuah kota metropolitan yang sejak dulu diminati masyarakat luar Jakarta untuk mengadu nasib di sana. Hal ini merupakan pukulan keras kepada pihak pemerintah untuk menyelesaikan tragedi macet di Jakarta, bahkan tempat yang keren dan alami pun sulit didapat di Jakarta. Adegan yang juga merupakan sindiran adalah ketika para CHIPS masuk pada jalur jalan yang satu arah yang berlawanan. Ini sebuah nasehat kepada aparat jangan semena-mena, mentang-mentang punya posisi.

Masih mengenai jalan, sindiran yang diperankan oleh Tora Sudiro sebagai Indro. Pada saat itu Indro bersembunyi di sebuah semak, macam tentara yang akan berperang. Setelah itu Indro menghadang orang di jalan untuk melakukan penilangan. Sebenarnya sudah bagus niatannya untuk menertibkan masyarakat yang tidak tertib lalu lintas. Namun pada akhirnya UUD tetap berlaku di sini, hukum itu bisa dibeli. (UUD sebuah singkatan Ujung-ujungnya Duittttttttt).

Menggelitik memang melihat adegan itu dan rakyat kebanyakan memilih jalan suap sebagai alternatif agar tidak disidang di pengadilan. Itu adalah contoh kecil, belum lagi kasus korupsi di negeri kita yang sampai saat ini belum usai karena oknum-oknum tertentu. Yaaa, di sini penulis sebagai rakyat jelata memaklumi hal itu, mungkin uangnya untuk membeli susu anaknya di rumah, walaupun anaknya udag gede-gede tetep aje disusuin. Loe mah apaaaaa.....? Loe mah begitu.......? terus2in ajeeeee......!!!! Neraka menanti...Oooppppzzzz....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun