Mohon tunggu...
Rian Yulianto
Rian Yulianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi Pemuda Kekinian (Sebuah Refleksi terhadap Gambar “Maafkan Aku yang Dulu”)

4 Mei 2016   11:52 Diperbarui: 4 Mei 2016   12:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Era globalisasi merupakan era dimana teknologi semakin berkembang. Hal ini membuat manusia jaman sekarang menjadi semakin mudah untuk berkomunikasi. Orang ingin mengobrolkan sesuatu tidak harus bertemu secara langsung, namun cukup dengan komunikasi elektronik yang sangat canggih. Salah satu alat komunikasi yang cangih saat ini adalah Handphone atau telepon genggam atau manusia sekarang menyebutnya Hape. Dulu alat tersebut diciptakan untuk memudahkan manusia dalam berkomunikasi untuk mengganti telepon rumah dan surat menyurat.

Alat tersebut dulu adalah alat untuk memudahkan manusia dalam berkomunikasi, sehingga manusia tidak usah pergi ke wartel untuk menelepon sanak saudaranya, orang tak perlu ke kantor pos untuk menitipkan surat untuk keluarga atau pacarnya. Hanya cukup pencet kemudian sendatau call semuanya beres. Sungguh luar biasa canggih dan memudahkan, yang dulunya seorang pasangan yang LDR (Long Distance Relation) harus menunggu kedatangan pak pos mengantarkan surat sekarang sudah tidak perlu. hanya cukup pencet sudah bisa telepon dan surat-suratan dari jarak jauh. Cieeeee.......el de er.... (ucap manusia sekarang)

Handphone yang dulunya merupakan alat komunikasi genggam sekarang sudah beralih fungsi. Menurut pengalaman yang didapat penulis selama berhari-hari mengamati melalui sosial media atau media social atau apalah apalah itu, di situlah ditemukan sebuah kemajuan alat komunikasi yang sangat luar biasa yang disebut Android yang kita tidak hanya bisa telepon melalui jarak jauh atau Cuma sms-an namun juga bisa cekrek dan kemuadian upload jadi deh sebuah sejarah hidup yang tergambar di sosial media, baik BBM, WA, FB, Twitter, atau apalah apalah yang lainnya.

Bicara mengenai kejanggalan-kejanggalan yang sangat luar biasa di sosial media yang apalah-apalah itu, hal yang tak terduga dan selalu update-pun sangat luar biasa terjadi. Dari berita hoax atau yang lainnya. Hal-hal yang terjadi di sosial media itu dikarenakan orang kurang berpikir secara mendalam untuk melakukan sesuatu di sosial media, seperti berfoto sara, berfoto dengan lidah dikeluarkan, berfoto dengan apapun yang membuat orang lain menjadi birahi, kemudian orang yang birahi itu menulis sebuah artikel dengan disertai gambar pembanding contoh (maaf) anjing yang menjulurkan lidahnya dan sebagainya. Sungguh memilukan....

Di sini penulis bukan maksud untuk melarang orang untuk bersosial media, namun mengajak untuk berhati-hati dalam meng-uploadsesuatu. Agar senantiasa kita bersama-sama merenungkan diri melihat hal-hal yang terjadi di sosial media yang sangat luar biasa cepat berkembang informasinya. O iya... lupa... kita fokuskan yuk sesuai judul yang ada, saya menulis di paragraf yang sebelumnya adalah untuk mengingatkan akan the utility of handphone (kegunaan hape) yang seringnya salah guna untuk masyarakat modern. Hampir kegunaannya bergeser seolah HP adalah segalanya. Mari kita bahas mengenai gambar “maafkan aku yang dulu”.

Gini, pada awalnya penulis melihat sebuah upload-an foto dari teman di sosial media. Dalam unggahan itu ada dua foto yang satu adalah foto masa lalu dan satunya lagi adalah foto jaman sekarang. Foto masa lalu dipasang dengan muka yang masih kucel dan belum bening (sebut saja karena belum mengenal bedak dan gak berani ambil milik ibu). Dan foto yang sekarang adalah foto yang lebih bening dengan muka yang kelihatan fres (sebut saja karena efek kamera dan sudah berani untuk memakai alat perias seperti bedak, benges,dll., kan dulu belum ada efek kamera yang bgus kayak sekarang neng).... upppsssss... kok malah ngece ya... yowislah tak lanjutke ceritane....

Lanjut ke rasan-rasan berikutnya, dalam dua analogi foto itu diberi keterangan yang atas ada tulisan “mantan” yang bawah bunyinya “maafin aku yang dulu”. Emang dulu kamu kemana aja neng? Dulu kamu kenapa? Dulu yang mana? Apa sekarang kamu berubah?... Lho kok malah ra cetho... lanjut... emang menurut L sekarang L cantik santik atau apalah apalah itu? Biasa saja keles... orang mantanmu aja sekarang sudah sama yang lain yang (kadang) lebih baik dan lebih cantik dari kamu. Loe mau apa neng? Bunuh diri? Atau mau nyemplung jurang terus suruh fotoin orang sambil diupload dan bilang “maafin aku oh mantanku”... hahahaha

(Lagi) yang satu ini sifatnya (ethok-ethok.e)lebih Islami, konsep gambarnya sama dengan penempatan yang sama namun ada yang sedikit berbeda agar (kelihatan) kalau dia telah berhijrah... subekanallah... ehhhh durung rampung critone.... konsep ganmbarnya adalah dua foto dengan gambar yang dulu dan sekarang namun yang bagian atas bertuliskan “ALLAH” dan yang bawah bertuliskan “maafkan aku yang dulu”.... yang ini kekinian Islami... kayakne lho ya....dia memperlihatkan bahwa dia sudah berhijrah ke jalan yang lebih benar dan baik.... dulu kemana aja mbak bro? Sis? Aduhhh... tapi lumayan wis isoh apik saiki...

(saiki rodok formal ora ngece-ngece).... ndak do baper... :D

Melihat dua analogi di atas sungguh ironi sekali dengan manusia masa kini, terlebih hal itu dilakukan oleh mahasiswa. Padahal dalam pembekalan mereka sebelum memasuki dunia akademisi dididik untuk menjadi orang yang menjadi perubah dari yang biasa saja menjadi lebih baik dan maju lagi. Entah kenapa budaya-budaya menulis dan membaca mahasiswa sekarang sangat minim, mahasiswa sekarang kebanyakan hanya lebih senang-senang, lebih memalukan lagi hanya menjadi patung di kelas dan lain sebagainya.

Dua kisah pilu di atas merupakan gambaran dari manusia sekarang yang akan menjadi masa depan bangsa. Generasi ke depan sangat berat tantangannya. Namun ada hal yang bisa diambil nilai positifnya, yaitu berubah, berubah menjadi yang lebih baik, lebih bermutu sehingga melahirkan generasi yang mendekati terbaik ke depannya. Dengan sedikit tulisan ini penulis mengajak mari kita gunakan media sebaik-baiknya dan secukupnya sehingga tidak termakan oleh arus globalisasi yang luar biasa. Budayakan membaca dan mengamati agar tidak salah dalam melangkah, gunakan akal sebaik mungkin karena bisa jadi itu menjadi wujud syukur kita kepada Allah swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun