Mohon tunggu...
Riyola Wahyunisa
Riyola Wahyunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Keperawatan Universitas Airlangga

passionate about everything

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stop Jadi Yes Person! Mengapa?

14 Juni 2022   08:06 Diperbarui: 14 Juni 2022   09:44 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: agileleanlife.com

"When you say 'yes' to others, make sure you're not saying 'no' to yourself" -- Paulo Coelho

Yes person merupakan istilah bagi seseorang yang memiliki karakter selalu mengiyakan perintah serta berbagai permintaan dari atasan, rekan kerja, teman, hingga orang lain. Ketika seseorang terlalu sulit menolak untuk mematuhi, memenuhi, hingga mengikuti berbagai hal, maka disitulah kata "iya" menjadi solusi baginya. 

Menjadi seseorang yang mampu mengiyakan di setiap kesempatan memang dianggap sebagai hal yang ideal. Akan tetapi, menjadi yes person tidak selamanya baik untuk diri sendiri. Terlebih lagi, permintaan dan perintah tersebut bukan menjadi tanggung jawabnya.

Situasi seperti ini mengingatkan kita pada film berjudul Yes Man yang dibintangi oleh Jim Carey pada tahun 2008 silam. Film ini menceritakan mengenai seseorang bernama Carl yang selalu berkata "iya" pada apapun karena takut melewatkan kesempatan yang ada dihadapannya. 

Pernahkah kalian mengalami sindrom Yes Man seperti yang dialami oleh Carl?

Dari film Yes Man kita tahu bahwa karena rasa takut akan melewatkan berbagai macam kesempatan, akhirnya kita tidak memiliki waktu bersantai karena jadwal yang menumpuk. 

Sayangnya, sebagian besar dari waktunya ia dihabiskan bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain disekitarnya, seperti menemani orang tua jalan-jalan, mengikuti pimpinan pada saat rapat, hang out dengan rekan kerja, dan sebagainya. Terkadang seseorang menjadi yes person karena ingin menghindari konflik dan takut melewatkan berbagai macam kesempatan.

Sindrom yes person ini juga seringkali dialami oleh mahasiswa. Salah satunya pada saat mendapatkan tugas yang harus dikerjakan melalui group discussion, tak jarang sindrom ini muncul. 

Ketika koordinator kelompok telah menetapkan pembagian tugas, terkadang salah satu anggota kelompok yang diberikan penugasan oleh koordinator dalam kelompok meminta tolong kepada rekan kelompoknya untuk mengerjakan penugasan kelompok tersebut. Karena tidak enak hati menolak, pada akhirnya ia mengiyakan apa yang diminta oleh rekan satu kelompoknya. 

Hanya karena rasa sungkan kepada rekan dengan berkata "tidak" yang pada akhirnya membuat seseorang selalu mengiyakan, mematuhi, dan memenuhi permintaan orang lain. Maka, sudah sepantasnya seseorang berhenti dari kebiasaan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun