Mohon tunggu...
Ahmad Riyo Alfath
Ahmad Riyo Alfath Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengangguran Bebas

Saya hanyalah seorang yang jika gabut dapat menulis artikel, utamanya kritik sosial terhadap tata pelaksanaan di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senioritas, Perlukah dalam Kehidupan Sehari-hari?

15 Oktober 2022   17:00 Diperbarui: 15 Oktober 2022   17:06 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendidikan dan latihan dasar yang umumnya identik dengan praktik perploncoan. Sumber:  https://velinberita.files.wordpress.com

Pada jam istirahat siang yang mendung, saya membaca sebuah kisah mahasiswa sambil menikmati secangkir kopi dan gorengan. Dalam tulisannya yang diterbitkan di media sosial Facebook, dia menceritakan kekecewaan ketika harus bekerja keras demi acara yang membawa nama kampus berakhir dimarahi senior karena sebuah kesalahan penyampaian saat menjelaskan karya yang mereka buat.

Dia menjelaskan bahwa kekecewaan paling besar disebabkan oleh sang senior yang memarahinya tak menjelaskan apa sebenarnya kesalahan yang telah dia perbuat sehingga harus dimarahi dan dicaci maki. 

Akibat dari kejadian tersebut, dia mengaku sudah malas untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang membawa nama kampus karena menganggap usahanya selama prosesi acara berlangsung tidak dihargai.

Saya mulai terkenang akan masa ketika saya menjadi junior di sebuah organisasi mahasiswa yang dibentak dari pagi sampai sore, berulang kali melakukan kesalahan dan diberikan jatah push-up bersama leting saya yang lainnya. 

Hanya saja, ada satu hal yang saya ingat betul dari tindakan senior hari itu dibandingkan dengan cerita seorang di Facebook tersebut, yakni: saya tahu jelas apa kesalahan yang telah saya lakukan, jika saya tidak tahu, maka senior saya akan memberitahukan kesalahan saya sebelum akhirnya dihukum.

Saya sebagai mahasiswa tidak termasuk ke dalam kelompok yang menentang senioritas. Saya berpikir kesalahan yang terdapat pada senioritas bukanlah istilah senior-junior, melainkan pada pelaksanaan sistem tersebut dilaksanakan. 

Kita tak dapat serta merta menyalahkan sistem senioritas, melainkan perlu menelisik hal-hal yang lebih fundamental dari sebuah sistem, yakni kualitas pelaksana.

Ketika saya atau leting saya melakukan kesalahan, senior kami dipanggil oleh senior yang paling sepuh. Dia dimintai pertanggungjawaban mengapa kami bisa melakukan kesalahan, tetapi dia tidak marah kepada kami. 

Dia justru mengajarkan kepada kami bagaimana cara melakukan suatu hal dengan benar, tentu saja tak semua dari kami dapat melakukannya. Dia hanya terus berpesan, "Kalo gak bisa, ulangi terus! Kalo masih gak ngerti, ngomong sama Mbak. Nanti diajarin lagi."

Senioritas tak selalu menjadi hal buruk. Justru senior yang bertugas membimbing junior agar kelak menjadi anggota yang baik bahkan ideal sesuai visi misi organisasi, agar ketika mereka menjadi senior mereka pun dapat menjadi senior yang baik pula. Saya pikir itulah makna senioritas sesungguhnya yang kita harapkan bersama-sama.

Hanya saja kenyataan di lapangan sangat berbeda, senioritas menjadi ajang balas dendam dan kekerasan. Perilaku-perilaku tidak terpuji dan dilaksanakan secara berlebihan terlihat sangat jelas. Teman saya berkata, "Senior itu rata-rata gila hormat." Tentu saja tak bisa saya pungkiri bahwa ada senior seperti itu, banyak pula. Namun saya selalu bertanya, mengapa bisa demikian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun