Mohon tunggu...
Arisman Riyardi
Arisman Riyardi Mohon Tunggu... Lainnya - its me! hey...

Jika anda berfikir disini terlalu sunyi, yuk ke www.riyardiarisman.com !

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pengangguran Masa Kini!

13 November 2018   17:33 Diperbarui: 13 November 2018   17:31 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan 'horor' belakangan ini bukanlah soal jodoh, bukan lagi "Kapan nikah?", melainkan "Kerja apa?". Pertanyaan yang ketika saya jawab, justru menimbulkan pertanyaan baru, dan semakin membuat pusing saat dijelaskan.

Pengangguran adalah pilihan. Satu hal yang saya dapati ketika berkesempatan hadir di acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), beberapa waktu lalu. Saya suka bagaimana FMB9 berusaha mengubah perspektif tentang pengangguran di mata saya. Di mana acara ini menghadirkan para narasumber yang terpercaya diantaranya Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, yang tentunya membuat acara ini akurat dan terpercaya dalam hal informasi yang disampaikan.

"Jumlah lapangan kerja Indonesia pada 2018 telah melampaui target Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu meningkat 2,99 juta dibandingkan 2017. Dalam rentang 2015-2018, pemerintah telah berhasil menciptakan 9,38 juta lapangan kerja. Secara absolut, jumlah pengangguran juga turun sebesar 40 ribu orang, sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) telah berhasil diturunkan menjadi 4,8 -- 5,2 persen pada 2019." Kata Pak Bambang.

Jujur, ketiak berhadapan dengan angka-angka di atas, kita memiliki dua pilihan. Percaya dan tidak. Kedua pilihan yang sangat wajar mengingat kita tidak terlibat dalam proses survei yang menghasilkan angka tersebut. Dan saya pribadi memilih percaya, karena saya yakin semua dilakukan oleh orang yang tepat.

Terlepas dari data di atas juga. Ketika berhadapan dengan macetnya jalan Jakarta, saya selalu menyempatkan untuk tersenyum, melihat sekitar, dan melihat dengan nyata betapa banyaknya pekerja lepas menghijaukan jalan. Ojek online yang saya maksud. Saya enggak tahu apa jadinya saya tanpa adanya ojek online saat ini, pasrah menanti kejaiban di jalan mungkin.

Sisi lain pengangguran yang saat ini juga saya rasakan. "Ris, sekarang kerja di mana sih? Kok jalan-jalan terus?", ketika berhadapan dengan pertanyaan tersebut saya pasti menjawab, "Saya sekarang jadi freelancer blogger, gitu". Dan beberapa tanggapan selalu sama, "oh... ngapain tuh kerjanya?". Dan selanjutnya membuat saya menjawab, "sekarang lagi nganggur aja". Karena malas menjelaskan, padahal udah jelas, tugasnya jalan-jalan, haha.

Ketika membicarakan soal pengangguran, tentunya kita akan berpikir 'orang yang belum mendapatkan pekerjaan'. Dulu saya berpikir demikian, tapi saat ini saya berpikir "pengganguran adalah mereka yang tak melakukan apa-apa". Kalau kalian?

Pengangguran jika melihat dari sisi kondisi ketenagakerjaan formal di Indonesia saat ini maka kendala terbesarnya dalam keterbatasan keahlian dan ketidakcocokan antara kebutuhan dengan ketersediaan tenaga kerja. Untuk hal ini, pemerintah masih mengupayakan peningkatan kualitas dan keahlian melalui beberapa kebijakan yang dibuatnya. Diantara pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi, serta pemagangan pekerjaan di Indonesia, khususnya untuk SMA/SMK.

Pemerintah menetapkan beberapa strategi untuk pengurangan pengangguran lulusan SMK. Pertama, peningkatan kerja sama dengan dunia usaha dan mengembangkan keahlian khusus di bidang SMK, penyelarasan kurikulum SMA dengan kebutuhan industri, pemagangan siswa dan guru di industri, serta penugasan instruktur ke SMK. 

Kedua, penguatan penyelenggraraan pendidikan dan pelatihan vokasi dengan peningkatan kompetensi guru dan pendidik vokasi, penguatan dari segi bahasa asing, dan peningkatan pendidkan karakter, juga termasuk sarana dan prasarana, serta pengendalian izin. Ketiga, pemerintah juga melakukan peningkatan dalam sertifikasi lulusan SMK melalui penguatan lembaga sertifikasi kompetensi dan sinkronisasi sistem yang tersertifikasi antara sektor pendidikan dan sektor ketenagakerjaan. Dan terakhir, pemerintah juga melakukan penguatan pendidikan kewirausaan di SMK dengan pengenalan kurikulum kewirausahaan dan kerja praktik kewirausahaan.

Tentunya, hal di atas juga butuh sambut tangan dari siswa SMK yang memiliki motivasi untuk maju, tak hanya mengikuti saja, tapi juga diharapkan berinovasi karena perkembangan zaman sejatinya adalah penyelarasan antara perkembangan teknologi dan pola pikir manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun