Mohon tunggu...
Riyan Fernandes
Riyan Fernandes Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik

Seorang pendidik yang bercita-cita sangat sederhana, bagaimana diri yang kecil bisa bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Geliat Kebhinekaan dari "Pecinan" Payakumbuh dan Sumatera Barat

2 Maret 2023   21:20 Diperbarui: 2 Maret 2023   21:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Oh Baiklah, hati-hati ya pulangnya”

“Terima kasih buk, saya pulang dulu”.

Kegiatan belanja pertama itu kemudian seperti menjadi kebiasaan bagi saya, dimana orang tua sering meminta saya untuk belanja ke daerah ”Pecinan” Payakumbuh. Salah satu kelebihan berbelanja dikawasan ini adalah adanya sinergitas diantara para pedagang.

”Oh yo barang ko habis, bali se di kadai situ yow”. Begitulah pernyataan yang saya dapatkan pada beragam kesempatan ketika barang yang saya cari tidak tersedia di salah satu toko. Para pemilik toko tidak akan segan-segan menunjuk toko lain yang memiliki barang yang dicari, walaupun toko tersebut sebenarnya merupakan toko yang menjual barang yang hampir sama dengan tokonya atau saingan.

Pertumbuhan usia dan pengalaman hidup yang terus berjalan kemudian juga membuat saya melihat bahwa ”Pecinan” Payakumbuh dan Pecina-pecinan lainnya di Sumatera Barat adalah potret indahnya toleransi dan Kebhinekaan di Negara Indonesia tercinta.

Hal ini saya saksikan semenjak kecil, bagaimana dulu di Kota Payakumbuh, ketika ada perayaan seperti Pawai kemerdekaan setiap 17 Agustus, pertunjukkan Barongsai selalu menjadi pertunjukkan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, bahkan pemain barongsainya sendiri ada yang asli penduduk lokal. Semua bersorak ketika melihat atraksi Barongsai, siapapun itu, tanpa pernah memandang Suku, ras dan Agama.

Begitu juga dengan juga ketika ada kemalangan atau duka. Budaya Duka dalam kebiasaan masyarakat Tionghoa masih nampak terlihat jelas. Budaya duka itu kemudian juga diikuti dengan adanya perkuburan khusus teman-teman dari Keturuan Tionghoa Minang. Dimana hal tersebut dapat kita temukan di beberapa tempat di daerah Sumatera Barat.

”Kampung-Kampung” Pecinan juga dapat ditemukan di tiga Kota besar utama yang berada di Sumatera Barat. Tiga Kota besar tersebut, yaitu : Kota Padang, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh.

Daerah Pecinan di setiap kota di Sumatera Barat tersebut selalu berdiri berdampingan dengan masyarakat lingkungan sekitar. Khusus untuk Kota Padang, daerah Pecinan yang berada di daerah Pondok menunjukkan begitu Bhinekanya Indonesia, karena ditempati oleh beragam Suku, agama dan Ras, namun selalu terjaga keharmonisannya.

Oleh karenanya, tidak berlebihan kita menyebut bahwa ”Kampung-kampung Pecinan” yang ada pada beragam daerah di Sumatera Barat, dengan  perputaran ekonomi, interaksi Kebudayaan dan interaksi sosial yang begitu tinggi di dalamnya, adalah cermin bahwa kebudayaan Tionghoa keturunan adalah bagian dari Kebhinekaan dan toleransi dari perjalanan panjang Republik bernama Bangsa Indonesia.

”Kami permisi pulang ya!” tanpa terasa obrolan keluarga saya dan keluarga setiawan sudah berlangsung lama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun