Mohon tunggu...
Pandu Damanik
Pandu Damanik Mohon Tunggu... Petani - Gondrong bukan berarti brutal

Belajar dan semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku yang Merindumu Menahan Sakit yang Melanda

2 Juni 2019   21:04 Diperbarui: 2 Juni 2019   21:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin yang sepoi bersama sedikit gelapnya hari, menambah suasana dingin yang mencekam.  Disini di sebuah kedai kopi, ku pandang ke arah jalan sambil menikmati kopi, ku lihat dua orang insan muda yang sedang berpacaran, berantam tanpa alasan yang jelas sekejap ku lihat gadis itu menangis tanpa ada kata yang dapat terucao dari bibirnya ia berlari kecil hingga luput dari pandangan ku, lelaki yang membuatnya menangis tadi ku pandang dan kulihat dari raut wajah nya seakan ia menyesal membuat ku larut dalam kenangan sekitar 4 tahun yang lalu.  Aku sungguh dan sangat mencintai mu namun sekarang tak ada lagi kata itu, semua hal yang pernah kita lalui bersama hanya sebuah kenangan yang tak terlupakan. Selalu ku berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar engkau dijaga,  dilindungi,  dan di beri kebahagian. Ribuan mil telah ku tempuh untuk melupakan mu namun apa daya kenangan yang kita lalui telah terukir dan menjadi sejarah di dalam jiwa dan raga.  Setiap detik telah berganti menjadi menit hingga ia menjadi jam namun takkunjung juga dapat ku lupakan akan diri mu, indah lembut senyum di wajah mu tak pernah dapat ku lupakan. 

Sekarang kita telah bertemu di dalam suatu tempat dengan suasana yang bahagia jujur saja selama lima tahun ini begitu banyak wanita yang telah ku temui namun masih hanya kau seorang yang dapat menahlukkan hati  ini. Hati ini menolak untuk ada wanita lain yang masuk ke ruanganya. Setelah melihat mu kata CINTA itu telah kembali. Hati ini berdetak kencang seakan mau lepas, namun pikiran ini menolak untuk menyapa, ada kenangan yang membuatnya merasa enggan untuk menyapa!, apakah engkau mengingat saat kau mempermalukan ku di depan semua siswa dan kepala sekolah?. Hal itu lah yang membuatnya menolak untuk menyapa namun hati kecil ini ingin memeluk dan menyapa mu.

Apakah yang salah dengan keadaan ini?, ingin ku cepat pergi dari tempat ini karena pikiran ku yang tiba-tiba sakit di buat oleh sekecil kenangan yang tidak sebanding dengan kenangan indah yang pernah kita lalui bersama tiba-tiba ada suara dari hati keci ku "apakah kau tak merindunya? Sudah sekian lama engkau menanti nya hinga samapai saat ini aku sendiri dalam kesepian dan penantian", sejenak langkah ku terhenti mendengar perkataan itu, rasanya aku ingin berpaling kemudian menyapa dan memeluknya sangat erat, ingin ku ajak dia ke suatu tempat menghabiskan waktu dengan nya bercengkrama dan bercanda bersamanya seperti waktu yang sudah berlalu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun