Mohon tunggu...
RIYAN AFRIANY
RIYAN AFRIANY Mohon Tunggu... Guru - GURU PKWU SMAN I DARANGDAN PURWAKARTA DAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 5 DARI KABUPATEN PURWAKARTA

Assalamualaikum........perkenalkan, saya adalah seorang Guru PKWU di SMAN I Darangdan Purwakarta dan Guru Penggerak Angkatan 5 dari Kabupaten Purwakarta, menulis merupakan hal baru untuk saya, dan saya ingin menggali potensi saya pada bidang ini melalui media kompasiana.com salah satunya.....semangaaat....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice Implementasi Pembelajaran PBL

24 Januari 2023   18:10 Diperbarui: 24 Januari 2023   18:11 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Biologi  Pokok Bahasan Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas XI MIPA 2  SMAN I Darangdan Tahun Pelajaran 2022/2023

BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi suatu negara. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya Indonesia melakukan perbaikan dalam sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum yakni Kurikulum 2013 sebagai revisi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan (KTSP) untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan  menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itu juga harus memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh sebab itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Di Era transformasi pendidikan abad ke-21 ini merupakan arus perubahan dimana guru dan peserta didik akan sama-sama memainkan peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru bukan hanya sebagai transfer of knowledge atau guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang bisa melakukan apa saja (teacher center), melainkan guru sebagai mediator dan fasilitator yang aktif untuk mengembangkan potensi aktif peserta didik yang ada pada dirinya. Pengetahuan, kemahiran, dan pengalaman guru diintegrasikan dalam menciptakan kondisi pembelajaran efektif dan profesional agar lebih bervariatif bermakna dan menyenangkan.

Proses pembelajaran IPA seharusnya berpusat pada Peserta Didik sebagai subjek belajar yang memiliki kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran IPA tidak hanya melakukan transfer informasi, tetapi juga membangun proses penemuan yang melibatkan peran aktif Peserta Didik untuk mendapatkan konsep secara mendalam bukan hanya sebatas hapalan. Hal tersebut sesuai dengan permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi yang menyebutkan bahwa pembelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis bukan sabagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja (BNSP, 2006).

Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 pada pokok bahasan Gangguan Sistem Pencernaan yang dilakukan selama ini belum berpusat pada peserta didik karena pembelajaran sebagian besar masih dilakukan dengan metode konvensional seperti                                 melalui metode ceramah, diskusi melalui kegiatan tanya jawab dan latihan soal. Selain itu, kegiatan pembelajaran masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), C2 memahami , dan C3 (aplikasi). Guru jarang melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS). Pembelajaran yang dilakukan belum bisa memenuhi semua kebutuhan peserta didik sehingga belum bisa membangkitkan Keaktifan Belajar peserta didik yang berakibat pembelajaran menjadi pasif dan monoton. Hal ini menjadi latar belakang saya untuk menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan model pembelajaran inovatif yaitu PJBL (Project Based Learning).

Terdapat beberapa kondisi yang menjadi latar belakang masalah yang terjadi di sekolah kami SMAN I Darangdan, sehingga menjadi dasar terlaksananya praktik pembelajaran ini, diantaranya, yaitu:

  • Kenyataan yang terjadi pada saat ini, hasil evaluasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam pemahaman konsep biologi masih tergolong rendah baik pada materi yang bersifat konkret maupun pada materi yang bersifat abstrak. Hal ini mungkin terjadi karena sifat materi Biologi itu sendiri yang konkrit dan abstrak. Materi biologi yang bersifat abstrak ini sulit untuk divisualisasikan atau digambarkan sehingga peserta didik kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep biologi tersebut. Selain itu,  dapat terlihat juga dari kurangnya motivasi dan pemahaman terhadap konsep materi Biologi oleh peserta didik yang ternyata mempengaruhi nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang masih tergolong rendah. Kondisi inilah yang mendorong guru untuk mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan motivasi, hasil belajar dan pemahaman konsep peserta didik khususnya pada materi gangguan sistem pencernaan pada manusia kelas XI.
  • Dalam proses pembelajaran yang dilakukan Guru jarang menghadirkan kejadian atau kasus dari kehidupan sehari-hari, sehingga seolah-olah materi biologi yang diajarkan di kelas seperti bersifat teoritis saja.
  • Dalam proses pembelajaran yang dilakukan belum memfasilitasi atau mengakomodir minat, preferensi belajar, dan kesiapan belajar peserta didik. Sehingga peserta didik kurang terlibat aktif, cenderung pasif dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran hanya bersifat satu arah. Dengan kata lain proses pembelajaran bersifat teacher centered learning, hasil belajar mereka juga rendah, juga peserta didik akan merasa tidak nyaman dan bosan selama menempuh proses pembelajaran di kelas.
  • Peserta didik belum mampu melihat urgensi dari manfaat mempelajari materi di kelas dan ini tentunya berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep peserta didik.
  • Kurangnya pemanfaatan media ajar, metode dan model pembelajaran inovatif oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Karena terbatasnya keterampilan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
  • Peserta didik masih dalam proses tahap adaptasi dari proses pembelajaran daring menjadi luring.
  • Pembelajaran inovatif yang diberikan oleh guru belum dapat dipahami oleh peserta didik, karena sintak-nya tidak beralur.
  • Pada saat diskusi dan presentasi kelompok, peserta didik terlihat cenderung pasif dan hanya beberapa yang berani mengemukakan pendapatnya. Kondisi ini dipicu karena rendahnya keterampilan peserta didik dalam bekerja secara kelompok atau tim.
  • Rendahnya tanggungjawab murid dalam pemanfaatan gawai yang selama proses pembelajaran.
  • Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga berdampak terhadap kemampuan mereka dalam memahami pokok bahasan dan LKPD yang masih rendah.
  • Guru kemudian melakukan kajian literatur dan melakukan wawancara untuk mencari berbagai alternatif solusi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari berbagai alternatif solusi, dipilihlah salah satu solusi dengan mempertimbangkan penyebab yang paling berpengaruh terhadap pemahaman konsep peserta didik, pendapat ahli serta hasil kajian literatur, karakter peserta didik, karakteristik materi, potensi sekolah, serta kemampuan guru, saya berencana untuk mengimplementasikan pendekatan saintifik (Scientific approach), TPACK dan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep peserta didik pada materi gangguan sistem pernafasan pada manusia kelas XI.

Bertolak dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas XI MIPA 2  SMAN I Darangdan".

B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan best practice ini adalah kegiatan pembelajaran Biologi dengan menggunakan model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas XI MIPA 2  SMAN I Darangdan, pada tanggal 11 Desember 2022.

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan ini, adalah sebagai berikut:

  • Menjadikan peserta didik ikut serta dan aktif selama proses pembelajaran. Hal ini tentunya merupakan suatu hal yang sangat baik dalam proses belajar.
  • Peserta didik dapat membuat pengetahuan baru dengan berdasarkan hasil penyelidikan atau analisis permasalahan yang telah dilakukan. Kondisi ini tentunya akan membawa dampak positif pula pada motivasi dan pemahaman konsep peserta didik terutama pada materi Gangguan sistem pencernaan manusia di Kelas XI MIPA 2.
  • Sebagai solusi bagi sekolah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran khususnya SMAN 1 Darangdan.
  • Sebagai model pembelajaran bervariasi bagi pendidik yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik, serta menciptakan proses pembelajaran yang menarik.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun