Mohon tunggu...
Antonius Eko Harsiyanto
Antonius Eko Harsiyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - suka nonton dan dengar musik

Orang biasa yang hobi denger musik dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sejarah Perang di Lagu Iron Maiden

12 Februari 2020   11:22 Diperbarui: 12 Februari 2020   11:36 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iron Maiden (foto: loudwire.com)

Perang, baik peristiwa maupun dampaknya, selalu menarik untuk diceritakan melalui lagu. Iron Maiden punya beberapa lagu yang mengambil tema sejarah Perang Dunia I dan II hingga ancaman perang nuklir. Setelah minggu lalu kita menelusuri sejarah dari zaman purba hingga perang Krimea di tahun 1853, sekarang kita melihat sejarah perang di era modern.

PASCHENDALE (DANCE OF THE DEATH, 2003)
Lagu ini  menceritakan perang Passchendaele (begini tulisannya yang benar menurut buku-buku sejarah) yang terjadi pada 31 Juli sampai 10 November 1917.  Perang ini menjadi bagian ketiga dari perang Ypres di Belgia.

Majalah Angkasa pernah membuat edisi koleksi tentang Perang Dunia I yang diberi judul 'The Great War' dan salah satunya membahas perang Passchendaele ini. Perang ini merupakan serangan ofensif pasukan Inggris dan Prancis untuk menghancurkan pangkalan kapal selam Jerman di pantai Belgia.

Meski berhasil menduduki Passchendaele, aksi ini harus dibayar mahal. Inggris dan pasukan sekutu harus kehilangan 310 ribu tantara, sementara tentara Jerman yang tewas mencapai 260 ribu orang.

THE AFTERMATH (THE X FACTOR) 

Lagu ini secara umum bercerita soal kondisi psikologis tentara yang terjun dalam setiap medan pertempuran mulai dari awal abad ke 20 hingga sekarang, Namun kalau kita lihat liriknya ada kata-kata In the mud and rain...What are we fighting for?  Where mustard gas and barbwire bloom..Lumpur, kawat berduri dan gas menggambarkan kondisi  perang parit di front barat di Belgia dan Prancis saat Perang Dunia I. 

DEATH OR GLORY (THE BOOK OF SOULS, 2015) 

Dua puluh tahun setelah "Aces High", Iron Maiden kembali membuat lagu soal perang udara. Kali ini kejadiannya saat Perang Dunia I dan menyoroti kehebatan pilot Jerman Manfred von Richthofen yang dikenal sebagai Red Baron.

Kehebatan Red Baron diakui oleh lawan-lawannya. Menurut data yang dipublikasikan pada tahun 1958, Red Baron mampu menjatuhkan 80 pesawat musuh, 73 diantaranya adalah pesawat Inggris.

Saat terbang di atas wilayah Morlancourt Ridge di dekat sungai Somme, Prancis, pada 21 April 2018, Richthofen bertemu dengan pilot Kanada, Wilfrid "wop" May yang bergabung di Angkatan udara Inggris. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Meski terluka parah, Richthofen mampu melakukan pendaratan darurat.  Richthofen akhirnya meninggal akibat luka-luka yang dialaminya.

EMPIRE OF THE CLOUDS (THE BOOK OF THE SOULS, 2015) 

Lagu ini berkisah tentang kecelakaan pesawat R101 pada Oktober 1930. Ada buku bagus yang judulnya 'The World's Greatest Mistakes' yang menceritakan berbagai musibah besar yang terjadi akibat kesalahan manusia, salah satunya soal jatuhnya pesawar R101 ini.

Kisahnya berawal dari proposal yang diajukan  perusahaan Vickers untuk membuat pesawat Zeppelin model baru yang bisa  menghubungkan Inggris dengan negara-negara jajahannya. Proposal ini diajukan ke pemerintahan partai konservatif pada 1923. Namun belum sampai disetujui, pemerintahan berganti ke partai buruh.

Akhirnya pemerintah punya ide untuk membuat dua pesawat sejenis, R100 dibuat oleh perusahaan swasta sementara R101 digarap perusahaan milik pemerintah. Demi memenangkan persaingan, R101 dibangun dengan terburu-buru dan mengabaikan faktor keselamatan.

Pada 29 Juli 1930, tujuh tahun setelah Vickers mengajukan proposal, pesawat R100 sukses melakukan perjalanan dari Inggris ke Kanada. Pemerintah makin panik. Meski belum siap, pesawat R101 dipaksakan terbang dari Inggris ke India. 

Pesawat berbahan bakar hidrogen itu lepas landas pada bulan Oktober 1930 dengan membawa sejumlah tamu penting. Saat melintas di atas wilayah Beauvais, Prancis pesawat itu jatuh dan terbakar. Dari 54 orang yang ada di R101, hanya enam orang yang selamat dari kecelakaan itu.

Bruce Dickinson membuktikan kehebatannya dalam menulis lagu ini. Bruce paham betul dengan sejarah penerbangan karena dia sendiri adalah pilot profesional. Kalau mau mendengarkan lagu ini siapkan waktu khusus karena durasinya mencapai 18 menit dan menjadi lagu Iron Maiden yang terpanjang.

ACES HIGH (POWERSLAVE, 1984)

Steve Harris menulis lagu ini dari sudut pandang orang pertama sehingga kita bisa ikut merasakan ketegangan yang alami pilot Inggris saat menghadapi pilot Jerman di Perang Britania (Battle of Britain) dari 10 Juli sampai 31 Oktober 1941.

Military-history.org menulis, Jerman awalnya punya rencana menginvasi Inggris dengan menerjunkan 160 ribu tentara di sepanjang garis pantai Inggris bagian tenggara. Serangan ini diberi kode Operasi Singa Laut.  Namun, jenderal-jenderal Hitler khawatir Angkatan udara Inggris (Royal Air Force) mengganggu operasi pendaratan itu. Akhirnya diputuskan menunda invasi itu dan diganti dengan serangan udara ke sejumlah kota di Inggris.

Namun superioritas udara menjadi kunci kemenangan Inggris di Battle of Britain. Selama perang, Luftwaffe (Angkatan udara Jerman) kehilangan 1652 pesawat, termasuk 229 pesawat tempur bermesin ganda dan 533 pesawat tempur bermesin tunggal. Sementara RAF kehilangan 1087 pesawat, 53 diantaranya adalah pesawat tempur bermesin ganda.

Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill sangat bangga dengan kemenangan ini dan memuji para pilot dengan kata-katanya yang terkenal, "Belum pernah dalam konflik manusia, begitu banyak orang sangat berutang pada sedikit orang."

TAILGUNNER (NO PRAYER FOR THE DYING, 1990)

Tailgunner adalah penembak yang biasanya duduk di bagian belakang pesawat pembom. Tugasnya adalah melindungi pesawat dari serangan musuh yang datang dari belakang.

Lagu ini bisa dibilang sequelnya "Aces High", tapi kali ini yang melakukan serangan udara adalah Inggris dan Amerika Serikat. Dari liriknya, kita langsung tahu kota mana yang jadi sasaran, Trace your way back 50 years...To the glow of Dresden, blood and tears. Pemboman di kota Dresden, Jerman terjadi pada 13 hingga 15 Februari 1945.

Aksi ini menuai kontroversi karena sebenarnya tidak ada keuntungan militer dengan membom Dresden. Meski kerusakannya tidak separah Hamburg, peristiwa ini tetap menjadi catatan penting dalam sejarah PD II.

Setelah beberapa kali kehilangan pesawat pembom saat melancarkan serangan udara ke wilayah Jerman, Sir Arthur Harris, komandan pembom saat itu, mengubah strategi dengan mengincar masyarakat sipil ketimbang menyasar kota-kota yang punya industri militer. Atas keputusannya ini Harris dijuluki "Butcher" oleh para kru pesawat Angkatan udara Inggris.

AU Inggris dan Amerika Serikat menjatuhkan lebih dari 3900 ton bom berdaya ledak tinggi yang menyebabkan 25 ribu orang tewas.

THE LONGEST DAY (A MATTER OF LIFE AND DEATH, 2006) 

Judul lagu ini sama dengan judul film keluaran tahun 1962 yang sama-sama mengangkat tema soal pendaratan tentara sekutu di pantai Normandia, Prancis pada 6 Juni 1944

Menurut buku '100 Battles That Shaped World History', perintah serangan itu datang dari Jenderal Dwight D. Eisenhower, komandan tertinggi pasukan sekutu. Sehari sebelum pendaratan, pihak sekutu sudah menyiapkan 1213 kapal perang dan 4126 kapal pendarat di pelabuhan Plymouth, Inggris.

Pasukan sekutu mencapai pantai pada pukul 6.30 waktu setempat dan langsung disambut tembakan gencar dari tentara Jerman yang membangun pertahanan di sepanjang garis pantai. Film 'Saving Private Ryan' menggambarkan dengan jelas kebrutalan perang di pantai Normadia.

Pada malam tanggal 6 Juni, sekutu telah mendaratkan 87 ribu tentara dan 7 ribu kendaraan perang. Dalam serangan ini korban dari pihak Jerman diperkirakan antara 4 ribu hingga 9 ribu orang. Sementara tentara sekutu yang dipastikan tewas mencapai 4414 orang.

BRIGHTER THAN A THOUSAND SUNS (A MATTER OF LIFE AND DEATH, 2006)

Lagu ini punya kesamaan cerita dengan lagu Rush "Manhattan Project".  Judulnya diambil dari kutipan  teks kitab suci Bhagavad-Gita,  "Bila sinar ribuan matahari sekaligus bercahaya semarak di angkasa, itu mungkin menyerupai kesemarakan dari Perwujudan yang sangat agung tersebut."

Kata-kata diucapkan kepala Proyek Manhattan, J Robert Oppenheimer saat menyaksikan uji coba bom atom pada 16 Juli 1945.

"Kami tahu dunia tidak akan sama lagi. Beberapa orang tertawa, ada juga yang menangis, tapi sebagian besar lainnya hanya terdiam," kata Oppenheimer setelah menyaksikan uji coba itu.

"Now I am become death, the destroyer of the worlds," tambah Oppenheimer mengutip bagian lain dari kitab Baghavad-Gita.

Setelah Amerika Serikat, Uni Soviet juga menguji coba bom nuklirnya pada 1949. Disusul Inggris pada 1952 dan Prancis tahun 1960. Sejumlah negara di Asia juga tak mau kalah, Cina melakukan uji coba nuklir tahun 1964 serta India pada tahun 1974.

TWO MINUTES TO MIDNIGHT (POWESLAVE, 1984) 

Setelah Perang Dunia II, perlombaan senjata nuklir makin menjadi-jadi. Dunia ada di bawah ancaman perang nuklir. Sejumlah ilmuwan  membuat Doomsday Clock atau Jam Kiamat sebagai simbol semakin mendekatnya dunia ke kehancuran (jam 12 tengah malam) akibat perbuatan manusia, salah satunya perang nuklir.

Mengutip BBC, Jam Kiamat dikelola sejak tahun 1947 oleh para ilmuwan di Universitas Chicago, Amerika Serikat.  

Ada beberapa kejadian yang membuat dunia hampir mendekati kehancuran alias dua menit menjelang tengah malam, misalnya uji coba nuklir pertama Uni Soviet pada 1949, uji coba bom hydrogen Amerika Serikat tahun 1953, memburuknya hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet di tahun 1984, serta ancaman perubahan iklim dan perlucutan senjata nuklir di tahun 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun