Mohon tunggu...
Rita Kum
Rita Kum Mohon Tunggu... Pramusaji - Pramusaji

Perempuang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies Baswedan, Joker Milik Siapa?

10 Agustus 2018   22:51 Diperbarui: 10 Agustus 2018   23:04 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ceritanya begini, sekitar setahun lalu, bahkan sebelum kontestasi demokrasi di DKI berlangsung, seseorang mengatakan kepada saya, betapa Jokowi mencemaskan satu nama yang bakal menjadi rivalnya di 2019. Uniknya, nama itu ternyata adalah Anies.

Ketika itu saya berpikir, apa hebatnya Anies? Bahkan sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan di Kabinet Kerja pun dia dinilai tidak kapabel. Sehingga harus di-resuffle.

Jauh sebelum itu, seorang kawan yang lain bahkan mengatakan, Anies tidak cukup memiliki etika yang baik sebagai profesional. Kawan yang lain juga menyoal kemampuan Anies dalam merealisasikan “orasi-orasinya”.

Namun, belakangan, saya memahami kekhawatiran Jokowi, sebagai incumbent. Potret kedekatan Anies dengan tokoh politisi senior, Jusuf Kalla, adalah salah satu penyebabnya. Apalagi, kedekatan itu nyatanya tak sekadar karena keduanya adalah kader HMI. 

Dalam banyak kesempatan, JK bahkan tak ragu-ragu menyampaikan betapa moncernya kepemimpinan dan sosok Anies. JK bahkan pernah mengatakan, terlalu banyak persamaan dirinya dengan Anies. Sebuah ucapan yang agaknya bukan ditujukan untuk merendahkan diri, tapi sanjungan bagi Anies. 

Jika ditarik lebih ke belakang, tentu belum pupus dari ingatan betapa Anies-Sandi sesungguhnya merupakan pasangan yang diusung last minute dalam Pilkada DKI. Tapi, pasangan itulah yang justru berhasil memenangi kontestasi.  

Oleh karena itulah, sebelum akhirnya Jokowi memilih Ketua MUI Kiai Ma’ruf Amin sebagai pendampingnya, saya menilai sejatinya Anies adalah calon terkuat bila disandingkan dengan petahana. Anies telah membuktikan kemampuannya merangkul kelompok umat, yang jelas-jelas berada di seberang Gubernur DKI ketika itu, Basuki Tjahaja Purnama. 

Kemampuan Anies yang sudah ceto welo-welo itu tentu menjadi amunisi andalah incumbent RI1 yang memang tak kunjung reda didera kesan antiislam. Namun agaknya, situasi petahana menjadi terkunci karena beberapa saat sebelumnya, kubu Prabowo keburu melempar nama Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Dalam kondisi itu, menjadi langkah yang blunder, bilamana kubu incumbent memaksa untuk meminang sang gubernur. Yang artinya, sama saja membiarkan Ibu Kota kehilangan langsung kedua leader-nya. Sungguh hal itu bisa dipandang sebagai tindakan yang cenderung tidak bertanggung jawab.

Lantas, jika sang joker gagal dipinang petahana, apakah artinya semua kemungkinan mengereknya ke ring 1 negeri menjadi hangus? Belum tentu.

Pasalnya kemungkinan bagi kubu Prabowo untuk menghitung ulang cawapres terbaik bagi dirinya masih terbuka luas. Itu karena sebagai penantang, tidak ada konsekuensi langsung jika Prabowo mengecak ulang kepada siapa dukungan koalisinya diberikan. Bukan saja sebagai cawapres, tapi juga capres. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun