SKB Tiga Menteri diharapkan tidak melahirkan sikap-sikap ngelunjak yang justru dapat menimbulkan perpecahan baru pada bangsa yang bhineka ini
Dengan telah diberlakukannya Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Tiga Menteri Indonesia tentang seragam di sekolah, banyak pihak yang merasa lega, namun disisi lain ada juga pihak yang merasa tertekan.
Adanya SKB tiga menteri diharapkan tidak melahirkan sikap-sikap "ngelunjak" karena euforia berlebihan terhadapnya, sebab dikhawatirkan sifat ngelunjak akan justru dapat menimbulkan perpecahan baru pada bangsa yang bhineka ini.
Masih ingat bagaimana bahagianya rakyat negara ini saat di 1998 berhasil menjatuhkan pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa puluhan tahun hingga beberapa generasi, kebebasan pers yang dibungkam, dan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang meraja lela tapi rakyat tak berdaya, namun tiba-tiba berhasil meruntuhkannya melahirkan kebahagiaan dan kepuasan yang luar biasa.
Tetapi sayangnya kebahagiaan dan kepuasaan yang luar biasa itu melahirkan euforia berlebihan, akibatnya reformasi yang diharapkan membawa perubahan yang dicita-citakan justru mandeg di tengah jalan akibat terpecahnya persatuan, sebab ternyata euforia berlebihan justru meningkatkan primordialisme tinggi di berbagai daerah.
Jika suatu bangsa memiliki suku-suku yang berdiri di atas ego kepentingan daerah masing-masing dan menganggap suku lain lebih rendah, akan melahirkan perpecahan model baru yang gampang dipecah belah, bagaimana bangsa yang terpecah belah dapat membangun negara persatuan ini.?
Perlunya kesadaran kebangkitan persatuan nasional
Ingat saat jaman penjajahan Belanda dahulu, ketika perjuangan rakyat negara ini hanya berdasar pada ego kedaerahan, tak pernah mewujudkan kemerdekaan sebagai kemenangan karena mudah dipecah belah.
Penjajah yang bersemboyan devide et impera (pecah belah dan jajahlah) sebagai simbol yang bukan hanya teori bagi mereka, tapi selalu berhasil membuat mereka meraih kemenangan dan menguasai daerah jajahannya, istilanya mereka penjahat propaganda dan bermuka dua, menyamar menjadi tokoh-tokoh ulama yang disegani bangsa Indonesia saat itu demi memata-matai kelemahan bangsa Indonesia sungguh merupakan kelicikan yang tidak dianggap tabu bagi mereka, selalu dilakukan oleh para penjahat yang tidak tahu malu itu, hingga berhasil selama ratusan tahun menguras dan menelan hasil bumi kekayaan bangsa yang sangat polos dan jujur ini.
Untungnya kesadaran kebangkitan persatuan Bhineka tunggal ika lahir di 1928 saat Sumpah Pemuda, bersatulah seluruh suku dalam satu kekuatan Indonesia, hingga berhasil mengalahkan penjajah.
Demikian juga dengan SKB Tiga Menteri hendaklah disikapi dengan bijaksana, menahan diri, sehingga tidak melahirkan euforia berlebihan dengan menjadikan pihak yang kalah sebagai bahan lelucon dan ejekan, yang justru akan melahirkan intoleransi model baru.